Mohon tunggu...
M Abd Rahim
M Abd Rahim Mohon Tunggu... Guru - Khoirun Nas Anfa'uhum Linnnas

Penulis Novel Islami, Welcome Back to School. Penulis Kumpulan Puisi, Jiwa-Jiwa Penggerak. Belajar Menulis untuk Terus Bisa Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bahagia Menyambut Puasa

15 Maret 2023   16:20 Diperbarui: 15 Maret 2023   18:46 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri/diolah dengan canva.com

Bahagia Menyambut Puasa

Oleh: M. Abd. Rahim

***

Baca juga: Menikmati Malam

Bulan puasa Ramadhan segera datang, rumah-rumah enak dipandang dan tempat suci mulai direnovasi, hingga nampak indah dan nyaman di hati. Sebelumnya, warna tembok pudar yang dikit demi sedikit menghilang diterpa halusnya angin. Kini bertahan ketika diterjang badai dan hujan pun warnanya tetap kuat. Cat tembok yang berpadu dengan perabot rumah membuat suasana asri dan aman, membuat para penghuni rumah terkesan kerasan.

"Mas tak kira ini stiker tembok," kataku saat itu mampir di rumah kakak ipar.

"Oh itu sisa kramik dapur," balasnya

"Tapi terlihat bagus mas!" Candaku malam itu, membuat orang rumah tersenyum.

Baca juga: Intropeksi Diri

Puasa Ramadhan tinggal dua Minggu lagi, tapi kakak ipar sudah mempersiapkan diri, membuat suasana rumah lebih nyaman dan aman. Di pekarangan rumah, bunga-bunga dan tanaman bervas tembok terlihat sudah dihias indah. Beberapa bulan yang lalu, kukunjungi pagarnya yang teyeng kini dicat dengan warna yang elegan.

Mushola di dekat rumahnya pun terlihat bersih, kaca-kaca jendela, pintu mulai kinclong, kamar mandi bersih dan wangi. Di masjid sebelah juga ada yang dipasang AC 2 sampai 4 unit. Hal ini semata agar ketika jama'ah pergi salat sunah teraweh merasa nyaman dan semangat beribadah. Tidak sebaliknya tidak pamer kekayaan apalagi menonjolkan kekayaan.

Di dalam kitab suci kita boleh bersedekah secara sembunyi-sembunyi dan boleh secara terang-terangan. Bersedekah secara terang-terangan dengan niat mensyiarkan agama. Agar manusia yang lain, mencontoh dan berlomba-lomba dalam kebaikan sekali lagi bukan pamer kekayaan. 

***

Pagi setelah subuh, aku baru cerita tentang kepulanganku ke tanah kelahiran, Tuban. Aku pulang menjenguk ayah dan mampir ke kakak ipar karena Faiz keponakanku ikut ke Surabaya, dia beberapa hari di rumah dan besok masuk kuliah, setelah itu ngobrol banyak dan menceritakan keadaan kakak ipar beserta rumahnya. 

"Yah, aku ingin nge-cet rumah nenek. Gimana?" Tanya sang istri

Rumah nenek sudah lama warna temboknya pudar dan lima tahun ke belakang ini belum pernah juga dioles lagi. Sejak Hafizah lahir sampai sekarang sudah berumur 4 tahun, warna rumah belum diganti atau dioles dengan cat yang baru.

"Ya sayank, sebenarnya aku sedih di saat menyambut bulan suci Ramadhan ini belum punya uang lebih. Sabar dulu ya, semoga segera ada rezeki!" Jawabku mencoba menenangkannya. 

Sebenarnya sejak dulu ingin memperindah rumah nenek, namun kadang beberapa keperluan urgent datang secara tiba-tiba. Apalagi masih banyak hutang yang belum lunas, dan sementara masih tutup lobang gali lobang.

Di sepertiga jalan menjumpai para pedagang di sepanjang jalan, mereka semangat membawa dagangannya ke pasar. Dengan sekuat tenaga, mereka bahagia bekerja. Walau belum tentu Tuhan memberi rezeki apa yang mereka harapkan.

"Aku harus bahagia, dan semangat seperti mereka!" Kataku dalam hati menyemangati diri.

Ketika merasa sedih, aku percaya ini takdir Tuhan. Takdir yang buruk mengakibatkan normalnya manusia akan merasa sedih. Ketika menerima takdir yang baik manusia akan merasa bahagia. Kedua takdir tersebut harus diterima dengan penuh keikanan. Maka, ketika melewati kerikil-kerikil tajam kehidupan ataupun memperoleh kebahagiaan, mereka akan tetap melakukan kebaikan dan menikmatinya dengan penuh kesadaran dan kesabaran.

"Ya Tuhan, maafkanlah kesalahanku. Izinkanlah aku membahagiakan keluargaku." Doaku dalam hati, istri masih duduk dibelakang sambil melantunkan sholawat.

Aku memutuskan dalam hati menambah penghasilan karena menurutku penghasilan tambahan adalah hal utama untuk membebaskan hidup dari hutang, walau dengan dijalani dengan susah payah. 

Mereka yang sudah cukup kaya, hidupnya akan tenang. Maka yang lebih indah untuk mereka yang kaya raya, jangan menghambur-hamburkan uang. Tapi buatlah persiapan untuk menyambut dan menambah amal di bulan puasa. 

Tapi, biasanya mereka juga lupa bahwa rezeki yang diberi adalah dari Tuhan. Selain itu, mereka tidak taat beragama yakni tidak menjalankan ibadah puasa. Makan dan minum di sembarang tempat atau di pinggir jalan yang sedikit terbuka.

Aku masih melaju menuju tempat kerja, mendapati orang tua renta memikul barang jualannya. 

"Semoga beliau bahagia menyambut bulan puasa. Ya Tuhan, berilah kemudahan dan kesuksesan dalam kerjanya." Doaku dalam hati

Sebelum menuju jalan raya, aku melewati rumah-rumah yang indah, warna rumahnya unik-unik. Juga ada yang ditambah satu lantai. Bahagia hatiku, mereka sudah berbenah untuk datangnya bulan puasa.

"Beli cet dimana yah!" Tiba-tiba istriku menanyakan apa yang aku pikirkan 

"Seperti biasanya aja ya yank, di toko cat sebelum lampu merah di sana juga banyak pilihannya," jawabku

Sebenarnya sudah lama kami merencanakan bahwa sebelum puasa sudah berbenah rumah dan sudah menambah atap halaman rumah. 

"Gimana, beli cat beberapa kilo nanti dibagi. Untuk ngecat di rumah nenek dan di rumah kita!"

"Rumahnya nenek dulu aja!" Jawab istriku

Aku merasakan sesuatu di dalam benak istri saat menolak usulanku. "Ya Tuhan, berilah kekuatan untuk mengecet rumah nenek, dan bisa membahagiakan keluarga. Semoga Engkau memberi rezeki yang tidak di sangka-sangka." Air mataku menetes di bibir-bibir jalan.

***

Sore ini aku mencoba mengaktifkan akun gopartnerku yang sudah lama tidak kugunakan. Setelah beberapa menit aktif, mendapatkan pesanan dari seseorang untuk membelikan cat waterproof beberapa kilogram di suatu toko yang terkenal. Setelah sampai dirumahnya, ku melihat rumah yang megah, mobilnya yang mewah. Beliau menghampiriku dan mempersilahkan aku duduk sebentar.

"Ini sedikit uang untuk menyambut bulan puasa, ini sarung dan baju koko untuk beribadah dan ini sembako, semoga bermanfaat!" Katanya

"Alhamdulillah barokallah. Amin ya rabbal alamin. Terima Pak Nur atas pemberiannya, semoga sukses hidup jenengan"

Setelah mendapat pesangon dari pak Nur aku izin pulang, saya melihat para tetangga diundang, pedagang kaki lima juga menuju di rumah beliau. Sungguh dengan ketulusan hatinya hal ini beliau bukan pamer kekayaan. 

Takdir Tuhan yang bisa dirubah adalah bodoh menjadi pandai, sakit menjadi sembuh dan miskin menjadi kaya. Dan itupun tak lepas dari jerih payah manusia itu sendiri. Hal ini sesuai berfirman Allah, "Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sebelum mereka merubahnya sendiri."

Surabaya, 15 Maret 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun