Mohon tunggu...
M Zulham T Maradjabesi
M Zulham T Maradjabesi Mohon Tunggu... Lainnya - Kepala Sub Bagian Umum KPPN Tahuna

Seorang ASN yang senantiasa mengasah keterampilan dan mengembangkan diri. Dalam perjalanan eksplorasi saya, menulis telah menjadi sarana kreatif yang memungkinkan saya untuk mengekspresikan ide-ide dan wawasan yang terpendam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Behavioural Economics: Ketika Psikologi Menentukan Kebijakan Fiskal Daerah

29 Agustus 2023   10:53 Diperbarui: 29 Agustus 2023   10:56 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
funeasypopular.com/5-things-you-should-know-about-behavioral-economics/

Dalam mengelola sumber daya keuangan daerah, pemerintah daerah berhadapan dengan berbagai tantangan, salah satunya adalah bagaimana meningkatkan efisiensi penggunaan dana dan memastikan kepatuhan warga dalam memenuhi kewajiban pajak. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pemahaman terhadap ekonomi tidak lagi hanya terbatas pada analisa numerik dan statistik tetapi juga pada bagaimana faktor-faktor psikologis mempengaruhi keputusan ekonomi.

Behavioral economics, atau ekonomi perilaku, mengkaji bagaimana faktor psikologis, sosial, kognitif, dan emosional mempengaruhi keputusan individu dalam berinteraksi dalam perekonomian. Berbeda dengan pendekatan ekonomi tradisional yang cenderung melihat individu sebagai aktor rasional yang selalu memaksimalkan keuntungan, ekonomi perilaku mengakui bahwa dalam banyak situasi, perilaku individu dapat menyimpang dari prediksi model ekonomi rasional.

Dalam konteks fiskal regional pemerintah daerah, pendekatan behavioral economics sangat relevan. Pemerintah daerah memiliki peran penting dalam menyediakan berbagai layanan publik yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari warga. Namun, untuk menyediakan layanan tersebut, pemerintah daerah membutuhkan pendanaan yang sebagian besar berasal dari pajak. Kepatuhan warga dalam membayar pajak sangat mempengaruhi kualitas layanan tersebut. Namun, kepatuhan warga tidak hanya dipengaruhi oleh sanksi hukum atau insentif finansial semata, tetapi juga oleh sejumlah faktor perilaku.

Dengan memahami bagaimana perilaku warga mempengaruhi keputusan fiskal dan sebaliknya, bagaimana kebijakan fiskal dapat mempengaruhi perilaku warga, pemerintah daerah dapat merancang strategi yang lebih efektif dalam mengelola sumber daya daerah. Ini akan membantu memastikan bahwa pemerintah daerah dapat menyediakan layanan berkualitas bagi warganya sambil memastikan keberlanjutan fiskal jangka panjang.

Pengaruh Nudges pada Kepatuhan Pajak

Konsep nudges atau dorongan ringan telah menjadi salah satu instrumen utama dalam behavioral economics yang berfokus pada perubahan perilaku tanpa melibatkan kewajiban atau sanksi. Ini merupakan cara untuk membimbing pilihan individu ke arah yang lebih diinginkan oleh pembuat kebijakan tanpa menghilangkan kebebasan individu untuk memilih.

Nudges adalah intervensi desain yang dirancang untuk mendorong perubahan perilaku tanpa menggunakan pelarangan atau insentif material. Ini berfungsi dengan memanipulasi arsitektur pilihan yang dihadapi individu. Sebagai contoh, mengubah urutan makanan di kafetaria untuk mendorong konsumsi makanan yang lebih sehat adalah contoh dari nudges.

Dalam konteks kepatuhan pajak, beberapa teknik nudging telah diterapkan untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan warga:

  • Informasi Sosial: Menginformasikan warga bahwa mayoritas tetangga atau rekan mereka telah membayar pajak tepat waktu bisa memotivasi mereka untuk melakukan hal yang sama. Ini memanfaatkan keinginan alami manusia untuk berkonformasi dengan norma sosial.
  • Pengingat: Mengirimkan pengingat melalui surat, pesan teks, atau email tentang tenggat waktu pembayaran pajak dapat meningkatkan kepatuhan. Pengingat ini dapat ditingkatkan dengan menyoroti konsekuensi dari tidak membayar pajak atau dengan menunjukkan manfaat dari dana pajak.
  • Simplifikasi Proses: Memudahkan proses pembayaran pajak dengan menyederhanakan formulir dan prosedur dapat dianggap sebagai dorongan. Ini mengurangi hambatan kognitif dan biaya transaksi yang mungkin menghalangi individu dari pembayaran tepat waktu.

Menerapkan konsep nudges dalam sistem pajak memiliki beberapa keuntungan bagi pemerintah daerah:

  • Biaya Rendah: Berbanding dengan insentif finansial atau sanksi, nudges seringkali lebih murah untuk diterapkan namun tetap efektif.
  • Mempertahankan Kebebasan Individu: Nudges tidak membatasi pilihan individu, namun hanya mengarahkannya, sehingga dianggap kurang intrusif dari pendekatan tradisional.
  • Meningkatkan Kepatuhan: Dengan memahami dan memanfaatkan faktor-faktor perilaku, pemerintah daerah dapat meningkatkan tingkat kepatuhan pajak tanpa perlu meningkatkan sanksi atau insentif.

Nudges memberikan cara inovatif bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan kepatuhan pajak dengan memahami dan memanfaatkan perilaku manusia. Ketika diterapkan dengan tepat, nudges dapat menjadi alat yang kuat dalam arsipel kebijakan fiskal daerah untuk mencapai hasil yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah.

Inersia dan Pengumpulan Pajak

Inersia dalam konteks perilaku ekonomi mengacu pada kecenderungan individu untuk tetap berada pada pilihan yang telah ada atau tindakan yang sedang dilakukan, meskipun ada opsi yang mungkin lebih menguntungkan. Dalam dunia perpajakan, inersia seringkali berarti warga mungkin tertunda atau mengabaikan kewajiban pajak mereka, bukan karena tidak mau membayar, tetapi karena perubahan atau tindakan memerlukan usaha ekstra.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan inersia dalam konteks perpajakan:

  • Overload Informasi: Kondisi di mana warga merasa kewalahan dengan informasi atau prosedur yang rumit.
  • Ketidakpastian: Individu mungkin tidak yakin tentang cara terbaik untuk menangani kewajiban pajak mereka atau takut membuat kesalahan.
  • Prokrastinasi: Menunda-nunda pekerjaan yang dianggap sulit atau tidak menyenangkan, seperti mengisi formulir pajak.

Dengan pemahaman akan inersia, pemerintah daerah dapat merancang sistem yang memanfaatkan inersia untuk meningkatkan kepatuhan pajak:

  • Pembayaran Otomatis: Salah satu cara paling efektif untuk memanfaatkan inersia adalah dengan mengatur sistem pembayaran pajak otomatis, di mana pajak secara otomatis dipotong dari sumber pendapatan atau didebit dari rekening bank. Hal ini mengurangi hambatan bagi warga untuk membayar pajak karena tidak memerlukan tindakan aktif.
  • Opsi Default: Saat memberikan opsi kepada warga, pilihan yang diinginkan oleh pemerintah daerah dapat diatur sebagai opsi default. Misalnya, pilihan untuk mendonasikan sebagian dari pengembalian pajak kepada amal bisa diatur sebagai opsi default, meningkatkan kemungkinan partisipasi.
  • Pengingat Terjadwal: Memanfaatkan teknologi untuk mengirimkan pengingat otomatis kepada warga sebelum tenggat waktu pajak dapat memotong kecenderungan untuk menunda.

Mengatasi inersia dalam sistem pajak memiliki manfaat ganda:

  • Kepatuhan yang Lebih Tinggi: Dengan mengurangi hambatan dan membuat proses pembayaran pajak lebih otomatis, pemerintah daerah dapat meningkatkan tingkat kepatuhan dan memastikan aliran pendapatan yang stabil.
  • Kepuasan Warga: Mengurangi kompleksitas dan memudahkan proses untuk warga dapat meningkatkan kepuasan dan mengurangi frustrasi yang berkaitan dengan kewajiban pajak.

Inersia adalah fenomena perilaku yang memiliki dampak signifikan pada keputusan finansial, termasuk kepatuhan pajak. Dengan memahami dan mengatasi inersia, pemerintah daerah memiliki peluang untuk meningkatkan kepatuhan pajak, memperbaiki pengalaman warga, dan memastikan pendapatan pajak yang stabil untuk mendanai layanan publik.

Framing dan Presentasi Informasi

Framing mengacu pada cara informasi disajikan kepada individu. Cara suatu pesan atau informasi diframing dapat mempengaruhi persepsi dan keputusan seseorang. Dalam konteks perpajakan dan kebijakan fiskal, framing yang efektif dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan kepatuhan dan pemahaman warga mengenai kebijakan pajak.

Dalam behavioral economics, telah terbukti bahwa cara suatu informasi disajikan dapat mempengaruhi keputusan seseorang, bahkan jika informasi tersebut objektifnya sama. Misalnya, orang mungkin lebih termotivasi untuk mengambil tindakan jika potensi kerugian ditekankan daripada potensi keuntungan.

Ada beberapa cara framing dapat diterapkan dalam konteks perpajakan:

  • Menyoroti Manfaat: Daripada hanya menyatakan jumlah pajak yang harus dibayar, pemerintah daerah dapat menyoroti bagaimana dana pajak digunakan untuk menyediakan layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
  • Visualisasi Data: Menggunakan grafik, bagan, dan infografik untuk menjelaskan struktur pajak dan bagaimana dana digunakan dapat membantu warga memahami informasi dengan lebih baik.
  • Penggunaan Bahasa: Menghindari jargon teknis dan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti dapat meningkatkan pemahaman dan kepatuhan.
  • Positif vs Negatif Framing: Sebagai contoh, mengkomunikasikan bahwa "90% warga telah membayar pajak mereka tepat waktu" (pendekatan positif) mungkin lebih efektif daripada mengatakan "10% warga belum membayar pajak" (pendekatan negatif).

Menggunakan framing yang tepat dalam komunikasi pajak memiliki sejumlah keuntungan:

  • Peningkatan Kepatuhan: Warga yang memahami tujuan dan manfaat pajak lebih mungkin untuk mematuhi kewajiban pajak mereka.
  • Kepercayaan Publik: Transparansi dan komunikasi yang jelas dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap pemerintah daerah dan sistem perpajakan.
  • Efisiensi Komunikasi: Framing yang tepat memungkinkan pemerintah daerah untuk menyampaikan pesan dengan cara yang lebih singkat dan langsung, menghemat waktu dan sumber daya.

Framing dan presentasi informasi memainkan peran krusial dalam mempengaruhi keputusan dan persepsi warga terhadap sistem perpajakan. Dengan memahami dan memanfaatkan prinsip-prinsip framing, pemerintah daerah dapat meningkatkan efektivitas komunikasi, meningkatkan kepatuhan pajak, dan memperkuat hubungan dengan warganya.

Efek Bandwagon dan Kepatuhan Pajak

Efek bandwagon merujuk pada kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu berdasarkan keyakinan atau tindakan orang lain. Dalam konteks perpajakan, efek ini dapat diterapkan dengan menunjukkan bahwa sebagian besar orang telah mematuhi kewajiban pajak mereka, sehingga memotivasi mereka yang belum membayar untuk mengikuti jejak mereka.

Efek bandwagon dapat dilihat sebagai manifestasi dari kebutuhan manusia untuk berkonformitas dengan norma-norma sosial atau untuk menjadi bagian dari kelompok mayoritas. Individu sering kali merasa lebih nyaman dalam mengambil tindakan ketika mereka percaya bahwa banyak orang lain juga melakukan hal yang sama.

Ada beberapa cara di mana efek bandwagon dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kepatuhan pajak:

  • Informasi Statistik: Menyediakan informasi bahwa sebagian besar warga di suatu daerah telah mematuhi kewajiban pajak mereka dapat mendorong mereka yang belum membayar untuk melakukan hal yang sama.
  • Testimoni: Menggunakan testimoni dari warga biasa yang telah membayar pajak mereka dapat memberikan gambaran personal dan manusiawi tentang pentingnya kepatuhan pajak.
  • Kampanye Media Sosial: Menggunakan platform media sosial untuk mempromosikan kepatuhan pajak dan membangun komunitas di mana orang-orang dapat berbagi pengalaman mereka dapat memanfaatkan efek bandwagon secara digital.

Memanfaatkan efek bandwagon dalam strategi perpajakan memiliki beberapa keuntungan:

  • Peningkatan Kepatuhan: Seperti yang telah disebutkan, mengetahui bahwa orang lain telah mematuhi kewajiban pajak mereka dapat mendorong lebih banyak warga untuk melakukan hal yang sama.
  • Membangun Solidaritas: Menekankan bahwa kepatuhan pajak adalah norma sosial yang diterima dapat memperkuat rasa solidaritas dan tanggung jawab bersama di antara warga.
  • Mengurangi Perasaan Ketidakadilan: Salah satu alasan orang mungkin enggan membayar pajak adalah persepsi bahwa banyak orang lain tidak membayar. Dengan menunjukkan bahwa sebagian besar warga mematuhi, pemerintah daerah dapat mengurangi persepsi ini.

Efek bandwagon, ketika diterapkan dengan cerdas dalam konteks perpajakan, dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan kepatuhan pajak. Memanfaatkan kecenderungan alami manusia untuk mengikuti norma kelompok dapat membantu pemerintah daerah memastikan pendapatan pajak yang konsisten dan memperkuat hubungan dengan warganya.

Biases dan Investasi Daerah

Bias dalam behavioral economics merujuk pada kecenderungan sistematis dalam pengambilan keputusan yang menyimpang dari norma-norma keputusan rasional. Dalam konteks investasi daerah, pemahaman tentang bias-bias ini dapat membantu pemerintah daerah merancang strategi yang lebih efektif untuk menarik investasi dan memastikan alokasi sumber daya yang optimal.

Bias Umum dalam Investasi antara lain :

  • Overconfidence Bias: Kepercayaan berlebihan terhadap kemampuan pribadi atau informasi yang dimiliki. Pemerintah daerah mungkin terlalu optimis mengenai proyek investasi tertentu tanpa mempertimbangkan risiko dengan cermat.
  • Status Quo Bias: Kecenderungan untuk mempertahankan keadaan saat ini dan menghindari perubahan. Hal ini mungkin mencegah daerah dari beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kondisi pasar atau teknologi.
  • Confirmation Bias: Kecenderungan untuk mencari atau menginterpretasikan informasi yang sesuai dengan kepercayaan atau pendapat yang sudah ada. Ini dapat menghambat inovasi dan keterbukaan terhadap pendekatan baru.

Untuk  Mengatasi Bias dalam Investasi Daerah dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

  • Diversifikasi Proyek: Daripada mengandalkan satu proyek besar, daerah mungkin membenefit dari diversifikasi proyek investasi untuk mengurangi risiko dan mengatasi overconfidence bias.
  • Keterlibatan Stakeholder: Melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan dapat memberikan perspektif yang lebih beragam dan mengatasi beberapa bias.
  • Evaluasi Berkala: Melakukan evaluasi berkala terhadap proyek dan strategi investasi dapat membantu mendeteksi kesalahan awal dan memastikan bahwa daerah bergerak dalam arah yang benar.

Potensi Peluang dari Mengatasi Bias antara lain :

  • Pengalokasian Sumber Daya yang Lebih Efisien: Dengan memahami dan mengatasi bias, daerah dapat mengalokasikan sumber dayanya dengan lebih efisien, memastikan ROI (Return on Investment) yang lebih tinggi.
  • Peningkatan Kepercayaan Investor: Transparansi dalam proses pengambilan keputusan dan kesediaan untuk mengakui dan mengatasi bias dapat meningkatkan kepercayaan investor.
  • Inovasi dan Pertumbuhan: Daerah yang terbuka terhadap perubahan dan dapat mengatasi bias cenderung lebih inovatif dan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan.

Bias adalah aspek alami dari pengambilan keputusan manusia, tetapi dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, dampak negatifnya dapat diminimalkan. Dalam konteks investasi daerah, pemahaman dan mitigasi bias dapat memainkan peran kunci dalam memastikan pertumbuhan dan kemajuan yang berkelanjutan.

Mekanisme Insentif dan Dampaknya pada Perilaku

Mekanisme insentif adalah alat yang dirancang untuk memotivasi individu untuk melakukan tindakan tertentu. Insentif dapat berupa pemberian hadiah, pengurangan pajak, subsidi, atau jenis manfaat lain yang diberikan sebagai respons atas perilaku tertentu. Dalam konteks pemerintahan daerah, mekanisme insentif dapat digunakan untuk mendorong kepatuhan pajak, menarik investasi, atau mencapai tujuan kebijakan tertentu.

Jenis-jenis Insentif

  • Insentif Moneter: Ini melibatkan pemberian uang atau bentuk kompensasi finansial lainnya. Contohnya termasuk diskon pajak atau bonus tunai.
  • Insentif Non-Moneter: Ini bisa berupa pengakuan sosial, penghargaan, atau manfaat lain yang tidak langsung berhubungan dengan uang. Contohnya adalah sertifikat penghargaan atau pujian publik.
  • Insentif Positif vs. Negatif: Insentif positif adalah hadiah yang diberikan setelah perilaku diinginkan terjadi, sedangkan insentif negatif (kadang-kadang disebut sebagai hukuman) adalah konsekuensi negatif atau hilangnya manfaat yang terjadi jika perilaku diinginkan tidak dilakukan.

Dampak Insentif pada Perilaku

  • Peningkatan Kepatuhan: Ketika warga mengetahui bahwa mereka akan menerima manfaat untuk kepatuhan, mereka lebih mungkin untuk mematuhi aturan atau regulasi.
  • Stimulasi Aktivitas Ekonomi: Insentif seperti potongan pajak atau subsidi untuk bisnis tertentu dapat mendorong pertumbuhan dan inovasi di sektor-sektor tertentu.
  • Membentuk Norma Sosial: Insentif non-moneter, seperti pengakuan publik, dapat membantu membentuk norma sosial dan mendorong perilaku positif di masyarakat.

Tantangan dalam Penerapan Insentif

  • Kost Efisiensi: Memberikan insentif bisa menjadi mahal, dan manfaat yang diperoleh dari pemberian insentif harus melebihi biaya.
  • Dampak Tidak Terduga: Terkadang, insentif dapat menghasilkan perilaku yang tidak diinginkan atau menimbulkan dampak negatif. Misalnya, insentif untuk mengurangi emisi polusi mungkin mendorong perusahaan untuk memindahkan operasinya ke daerah di mana regulasi kurang ketat.
  • Ketergantungan Insentif: Ada risiko bahwa individu atau organisasi mungkin terlalu bergantung pada insentif dan kurang termotivasi untuk melakukan tindakan diinginkan tanpa insentif tersebut.

Mekanisme insentif adalah alat yang kuat dalam kotak peralatan pemerintah daerah untuk mendorong perilaku yang diinginkan. Namun, penting bagi pemerintah daerah untuk merancang dan menerapkan insentif dengan hati-hati, mempertimbangkan baik manfaat potensial dan risiko yang mungkin muncul. Penerapan yang tepat dari mekanisme insentif dapat membantu daerah mencapai tujuan kebijakannya dan mempromosikan kesejahteraan bagi warganya.

Dalam analisa ini, kita telah mendalami cara-cara di mana prinsip-prinsip behavioral economics dapat diterapkan dalam konteks fiskal regional pemerintah daerah. Berikut adalah poin-poin utama yang dijelaskan:

  1. Pengaruh Nudges pada Kepatuhan Pajak: Teknik nudging dapat digunakan untuk mendorong kepatuhan pajak dengan memberikan dorongan halus tanpa membatasi pilihan individu.
  2. Inersia dan Pengumpulan Pajak: Mengatasi inersia dengan otomatisasi dan kemudahan akses dapat meningkatkan efisiensi pengumpulan pajak.
  3. Framing dan Presentasi Informasi: Cara informasi disajikan mempengaruhi persepsi dan tindakan individu terkait kewajiban pajak.
  4. Efek Bandwagon dan Kepatuhan Pajak: Memanfaatkan kecenderungan individu untuk mengikuti norma kelompok dapat meningkatkan kepatuhan pajak.
  5. Biases dan Investasi Daerah: Mengakui dan mengatasi bias dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas strategi investasi daerah.
  6. Mekanisme Insentif dan Dampaknya pada Perilaku: Insentif, baik moneter maupun non-moneter, dapat digunakan untuk mendorong perilaku yang diinginkan di kalangan warga dan investor.

Dari tulisan di atas, jelas bahwa prinsip-prinsip behavioral economics memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kebijakan fiskal daerah. Namun, penerapan prinsip-prinsip ini memerlukan pemahaman mendalam tentang perilaku manusia serta perencanaan dan evaluasi yang cermat untuk memastikan hasil yang optimal. Dengan pendekatan yang tepat, pemerintah daerah dapat memanfaatkan wawasan ini untuk meningkatkan kesejahteraan warganya dan mencapai tujuan kebijakannya.

Tulisan ini merefleksikan pandangan dan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan, opini, atau kebijakan dari instansi, organisasi, atau lembaga mana pun yang mungkin terkait dengan penulis. Semua kesalahan, ketidaktepatan, atau kesalahan lainnya dalam konten adalah tanggung jawab penulis. Sebelum mengambil tindakan berdasarkan informasi di sini, pembaca disarankan untuk melakukan verifikasi independen atau berkonsultasi dengan ahli yang relevan.

Oleh : Muhammad Zulham Tarmuzi Maradjabesi, SE.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun