"Misalnya industri otomotif, dalam proses produksinya, mereka sudah menggunakan sistem robotik dan infrastruktur IoT," kata Airlangga.
Lantas, faktor penggerak apakah yang harus diperkuat untuk menyambut Industry 4.0 di Indonesia? Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Haris Munandar menjelaskan, ada beberapa bidang yang harus dipersiapkan.
Beberapa di antaranya adalah melakukan peningkatan otomatisasi, komunikasi machine-to-machine, komunikasi human-to-machine, AI, serta pengembangan teknologi berkelanjutan.
Lebih lanjut, dia menyebutkan bahwa untuk melakukan implementasi, ada empat dasar faktor penggerak. Pertama adalah peningkatan volume data, daya komputasi, dan konektivitas. Harusnya juga adanya peningkatan kemampuan analitis dan bisnis intelijen di Industri ini.
"Bentuk baru dari interaksi human-machine, seperti touch interface dan sistem augmented-reality juga merupakan hal yang penting. Tak ketinggalan, pengembangan transfer instruksi digital ke dalam bentuk fisik, seperti robotik dan cetak 3D," tegasnya.
Kalau saya memandang dengan kacamata saya sendiri pendidikan di indonesia sangatlah rendah intensitasnya keselarasan kesejahteraan guru yang mungkin kita sorot. Dan kelayakan bangunan sekolah kalo kita melihat dari hal fisiknya saja diindonesia termasuk terendah. Dan bayangkan gaji guru hanya dibedakan pada tingkat kelulusannya saja tanpa memandang soft skil yang orang lain punya. Begitupun dari kurikulum yang baru ini, tidak hanya dari efeknya yang bebas tetapi dalam rasio anak bagaimana dapat kita batasi dalam proses kurikulum merdeka belajar ini. Jadi tidak ada perkembangan yang signifikan pada tataran pendidikan. Semua berlatar belakang kebebasan belajar dimana anak bisa berfokus pada pembelajaranya.
Dan semua ini dipicu oleh kebijakan pemerintah yang tidak pernah duduk di bangku kulia dimana intelektualitas salah satu penunjang dimana keberhasilan dalam pendidikan. Di era digital ini dapat kita rasakan ibi kita semua berharap antara pendidikan dengan teknologi selalu berkembang secara sejajar karna sama saja kalo pendidikan rendah tetapi teknologi berkembang denga pesat.
Dengan adanya teknologi diharapkan mampu meningkatkan efektifitas proses pembelajaran antara murid dan guru, sebagai wadah pengembangan diri, kecepatan dan ketepatan dalam memperoleh informasi, serta dapat menciptakan pendidikan berkualitas untuk melahirkan SDM yang berkualitas.
Dan semuanya ini dapat kita selaraskan pada argumen bapak soedjatmoko berikut ucapannya "Untuk memfokuskan efek pembangunan secara lebih efektif pada perbaikan banyak individu manusia, kita tentu perlu lebih realistis tentang apa yang telah kita capai sejauh ini dan di mana kita telah gagal."
Â
Menurutnya, pembangunan sumber daya manusia merupakan hal yang paling menentukan dalam keberhasilan pembangunan suatu negara. Soedjatmoko mengungkapkan bahwa pembangunan merupakan proses belajar. Dalam pandangan Soedjatmoko, pembangunan tak bisa hanya diartikan sebagai peningkatan per kapita semata, melainkan pembangunan manusia seutuhnya, baik di bidang sosial, ekonomi, maupun politik. Setiap warga di semua tingkat dan di dalam semua komponen masyarakat harus ditingkatkan kemampuannya sehingga memungkinkan bangsa yang bersangkutan untuk mengurangi kemiskinan, pengangguran, ketimpangan, dan lalu bertahan dan berkembang di tengah dunia yang semakin rumit, tidak stabil, dan ditandai dengan ketatnya persaingan. Karena lebih dimaknai sebagai peningkatan kemampuan atau kapabilitas seluruh komponen bangsa, Soedjatmoko tidak mengartikan pembangunan sebagai sesuatu yang kita perbuat atau kita hasilkan, melainkan sesuatu yang kita belajar (Soedjatmoko, 1986: 4).