Para orang tua mengalami kesulitan dalam mendampingi anak belajar. Terutama dalam memahami materi pelajaran yang akan mereka jelaskan kepada anak.
Sedangkan bagi anak, banyaknya tugas dari sekolah membuat mereka mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi. Dampaknya adalah munculnya learning loss, yakni penurunan capaian belajar anak.
Makanya, tidak heran jika beberapa orang tua mengeluh setelah membuka grup whatsapp mereka. “Tugas lagi tugas lagi, youtube lagi youtube lagi”.
Keluhan itu bukan tanpa alasan, kesibukan kerja dan keterbatasan pengetahuan orang tua tentang materi pelajaran membuat mereka merasa terbebani. Sedangkan di sisi lain, ada banyak tanggungjawab yang harus mereka selesaikan selain menemani anak belajar daring di rumah. Hal inilah yang memicu stress ketika membuka grup whatsapp di ponsel.
Sesuai penjelasan dari Staf Sub-bagian Psikologi Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Sanglah Denpasar, Lyly Puspa Palupi yang dipaparkan di laman republika.co.id bahwa belajar jarak jauh atau daring berpotensi memunculkan stres pada anak, bila tidak diatasi dengan pendampingan orang tua di rumah.
Dampak belajar daring yang telah berjalan lebih dari tujuh bulan berdampak pada psikologis anak, mulai dari rasa bosan dengan aktivitas di rumah saja, anak juga dituntut beradaptasi belajar dari rumah yang pasti berbeda dengan di kelas sehingga hal-hal seperti ini bisa menimbulkan kondisi tertekan pada psikis anak dan berpotensi munculnya stres pada anak.
Namun, benarkah belajar daring berdampak psikologis sebesar itu kepada anak? Benarkah anak akan mudah stress jika mereka belajar lewat materi di layar ponsel mereka? Jawabannya adalah belum tentu.
Kebiasaan baru yang dialami anak dalam belajar memang cukup “memukul” anak dan para orang tua. Mereka seolah belum siap dengan model pembelajaran yang “terasa baru” bagi mereka.
Menatap materi lewat layar ponsel yang menyala, membuka-buka buku pelajaran untuk menulis tugas yang diberikan, menggeser-geser layar ponsel untuk mencari jawaban di Mbah Google seakan membuat belajar daring kian rumit dan ruwet. “Bosen Pak, masak belajarnya harus nonton Youtube terus menerus? Apa kita memang belajarnya dari Youtube ya Pak?”. Keluh orang tua murid di rumah.
Suatu perubahan drastis yang terjadi dalam aspek hidup kita, termasuk berubahnya gaya belajar anak, memang sangat memengaruhi psikologis dan mental anak dan para orang tua di rumah.
Pagi berangkat kerja, sore pulang kerja. Dalam kondisi sudah capek, orang tua disambut dengan setumpuk tugas belajar yang harus diselesaikan si anak. Memaksa mereka mau tidak mau untuk mendampingi si anak untuk mengerjakan tugasnya. Dalam kondisi capek. Fisik maupun mental. Coba kita bayangkan.