Beberapa dari mereka mengalihkan pandangan sambil menahan mual. Ibu Valerya hanya bisa pasrah menerima kematian anaknya yang janggal. Bola mata Valerya berwarna merah darah. Menutupi lensa matanya yang keabu-abuan. Para pelayat seperti melihat manusia bermata merah. Dua remaja lelaki mengambil gambar wajah terakhir temannya itu tanpa sepengetahuan ibu Valerya. Mereka berpose didepan jenazah Valerya yang terbaring didalam sebuah peti kayu berwarna coklat.
"R.I.P Valerya Gamov." gumam lelaki itu. "Send..."
Dalam beberapa jam, foto yang diunggah oleh teman Valerya itu menjadi viral di sosial media. Berbagai komentar memenuhi kolom komentar dibawah foto unggahannya. Mulai dari komentar berbelasungkawa hingga komentar menghujat.
Kau gadis yang baik hati. Tenanglah bersama Bapa di surga @blue_eyes
Kami mencintaimu Val @pink_gal
Hatimu busuk, kau pantas mati. Nerakapun takkan sudi menerimamu @anonim.
Inveztia... Sepertinya kau membutuhkan berita ini @Rusia_Online
Sore menjelang malam, pemakaman Valerya digelar. Pemakaman itu dihadiri oleh beberapa kerabat dekat, guru dan teman sekolah Valerya. Termasuk Dr. Alena Koltsov yang hadir dengan busana serba hitam.
Tidak jauh dari lokasi pemakaman, sebuah mobil van hitam berhenti. Beberapa orang keluar dari dalam mobil dan segera bergabung dengan para pelayat. Mereka adalah para wartawan surat kabar Inveztia. Mereka turut hadir dalam pemakaman itu setelah mendapatkan notifikasi di laman twitter resmi Inveztia.
"Dapatkan berita terbaik untukku. Ini termasuk berita yang sangat langka dan bisa menaikkan oplah surat kabar kita." perintah Oksanochka Ivanenko dari dalam van.
"Tenang saja Oksa, kami pasti mendapatkannya untukmu." balas rekannya.