"Ibu, maafkan kami. Bukan kami tidak memperbolehkan ibu untuk masuk, tapi kami harus bekerja seprofesional mungkin. Nyawa putra ibu adalah hal yang utama bagi kami." jawab pria muda dengan tag nama Dr.Romanovski Zworykin di dadanya.
Beberapa dokter spesialis telah mengelilingi tubuh Dmitriy. Sebuah lampu menyala terang diatas mereka. Sementara itu ibu Dmitriy menunggu dari balik pintu ruang ER.
Pemeriksaan awal dilakukan. Dengan bantuan tiga orang dokter spesialis, Dr. Romanovski mulai membersihkan hidung Dmitriy yang mengeluarkan darah segar terus menerus. Selang oksigen terpasang didalam mulut pemuda itu.
Setengah jam berlalu, tidak ada perubahan yang berarti pada tubuh Dmitriy. Suhu tubuhnya tetap panas, darah mengalir pelan dari kedua hidungnya terus menerus. Bahkan kini dari kedua sudut mata di bagian dalam juga mengeluarkan darah. Sedikit demi sedikit dan tidak mau berhenti.
"Dokter, apa yang harus kita lakukan? Jika begini terus, pemuda ini bisa mati kehabisan darah. Detak jantungnya mulai kurang stabil."
"Segera panggil ahli anestesi, kita akan lakukan operasi untuk menghentikan darah yang keluar." perintah Dr.Romanovski.
Beberapa menit kemudian datanglah ahli anestesi itu. Ia mulai melaksanakan tugasnya. Setelah memastikan Dmitriy dalam keadaan terbius sempurna, Dr. Romanovski mulai menyuntikkan larutan Polystat melalui urat nadi di tangan kanan Dmitriy. Dalam dosis yang tepat, perlahan darah di hidung dan sudut mata Dmitriy mulai berhenti mengalir. Para dokter dan perawat terlihat sedikit tenang. Seorang perawat memeriksa denyut jantung pemuda itu. Memastikan parameter elektrokardiogram normal kembali.
"Dokter, aktivitas jantung pasien mulai normal kembali." ucap si perawat.
"Bagus, suntikan Polystat tadi mulai bereaksi. Segera siapkan peralatan bedah, setengah jam lagi kita akan melakukan pembedahan jantung kepada pasien ini."
"Baik dokter."
Semua orang di ruangan ER terlihat sibuk dengan urusannya masing-masing, hingga mereka tidak menyadari bahwa sesuatu sedang terjadi pada tubuh Dmitriy. Tubuh pemuda itu mendadak kejang-kejang. Kedua bola matanya melotot. Dari dalam mulutnya menyembur darah segar. Parameter elektrokardiogram menunjukkan garis lurus yang sempurna. Dr. Romanovski segera mengambil pacemaker, menempelkannya diatas dada Dmitriy. Berharap kejutan listrik itu bisa membuat detak jantungnya kembali. Tapi sayang, semua sudah terlambat. Dmitriy telah tiada.