Suasana menjadi hening. Teana berdiri mematung tepat didepan Dalath. Angin padang pasir berhembus cukup lembut. Langit terlihat cukup cerah malam itu. Sambil membuka kedua sayapnya dan menelungkupkannya di tubuh Teana, Dalath menyentuhkan ujung paruhnya diatas kepala Teana. Sebuah pendar cahaya kebiruan mengelilingi tubuh mereka berdua. Pendar cahaya itu perlahan -- lahan menghilang seiring dengan jatuhnya bulu -- bulu sayap milik Dalath.
"Ambillah ebra itu Tuan, gunakan sebagai senjatamu untuk melawan Bangsa Bawah." ucap Dalath setelah melepaskan pelukannya dan kemudian terbang menghilang ke langit Kota Hegra.
"Terimakasih Dalath." gumam Teana dalam hati.
Lima helai bulu halus berwarna biru safir dengan kilau kehijauan kini berada ditangan Teana. Ebra, nama bulu itu. Bulu dari seekor makhluk berbadan singa berkepala elang yang memiliki sepasang sayap di tubuhnya.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H