"Bukalah matamu Tuan, Tuan telah memiliki sebagian kekuatan hamba. Dengan kekuatan itu Tuan akan mampu menghadapi Bangsa Bawah yang kini sedang mengancam Kota Petra." ucap Dalath melepaskan genggaman cakarnya.
"Mengancam apa maksudmu?" tanya Teana.
"Melenyapkan Dewa Dhushara dan mengganti peradaban bangsa kalian dengan kegelapan."
"Tapi... Tunggu dulu..."
"Maaf, hamba harus pergi sekarang Tuan." ucap Dalath sambil menunduk memberi hormat kepada Teana.
Tubuhnya lenyap perlahan -- lahan seperti pasir yang tertiup angin. Terbang ke udara hingga akhirnya hilang dari pandangan Teana. Obor dalam kuil menyala kembali menerangi ruangan dan angin berhenti berhembus.
Teana berjalan pelan menuruni anak tangga kuil. Ia memakai kerudungnya kembali. Ia tak bisa berhenti memikirkan kejadian yang baru saja dialaminya itu. Mengapa Dalath meninggalkannya begitu saja. Mengapa Dalath berpesan seperti itu kepadanya. Mengapa Dalath memberikan sebagian kekuatannya untuk dirinya. Pikiran Teana kini penuh dengan berbagai pertanyaan yang tidak bisa ia jawab.
Namun satu hal yang pasti, sekarang ia mulai memahami berbagai peristiwa yang telah terjadi di Kota Hegra maupun Kota Petra. Ramalan Dukun Simkath tentang patung Dewa Dhushara, peristiwa terbunuhnya pendeta Kuil Al Khuraimat hingga munculnya makhluk aneh bernama Dalath. Kini itu semua mulai menemukan titik terangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H