Dalam setengah jam mereka telah sampai di depan pelataran Al Khazneh. Pelataran itu dikelilingi oleh tembok tinggi beratap. Terdapat tiga pintu utama menuju Al Khazneh. Yakni pintu barat, pintu selatan dan pintu utara.
Banyak sekali pedagang yang berjualan di pintu barat. Di sekitar Al Siq. Para pedangang dari Persia, India dan Arab berkumpul disana menggelar barang dagangan mereka. Parfum, gading, kain sutera, mantel bulu hewan dan barang lainnya.
Suasana pagi itu cukup ramai. Para wanita Petra satu – persatu mendatangi Al Khazneh. Mereka merias diri mereka secantik mungkin. Tubuh mereka sangat bersih. Aroma Myrrh begitu harum semerbak ke udara.
Didalam kuil, patung Dewi Uzza telah menunggu. Sebuah guci keramik kebiru – biruan berdiri di bawah altar patung. Mengepulkan aroma harum dari batang kemenyan yang dibakar.
Sebelum memasuki kuil, para wanita itu menata letak kerudung mereka, melepas alas kaki mereka dan membawa persembahan di tangan mereka. Persembahan untuk Dewi Uzza – dewi tertinggi Bangsa Nabataea.
Dengan sambutan hangat dari para pendeta kuil, wanita – wanita itu menyerahkan persembahan yang dibawanya kepada mereka.
“Terimakasih Nyonya, semoga Dewi Uzza memberkatimu.”
“Iya pendeta, aku juga berharap demikian. Aku ingin sekali memiliki anak.” jawab wanita muda itu.
“Silakan Nyonya berdoa disana, dibawah kaki Dewi Uzza. Panjatkan permohonan Nyonya. Berdo’alah sekhusyuk mungkin.” bimbing pendeta itu.
“Terimakasih pendeta.” jawab wanita muda itu sambil menundukkan kepalanya sebagai tanda penghormatan kepada si pendeta.
Wanita itu kini telah bersimpuh dibawah Patung Dewi Uzza. Membuka kerudungnya lalu mengambil tiga batang kemenyan dari dalam guci biru. Lalu ia merapalkan do’a – do’a.