Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wanita yang Merindukan Hujan

26 Mei 2016   10:50 Diperbarui: 26 Mei 2016   14:27 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitulah Warsini saat musim hujan tiba. Ia selalu merintih dalam do’a. Setiap hari. Terdengar sangat sering. Sesering hujan yang turun di musim hujan. Sebanyak tetes air yang dibawa oleh hujan dan diantar oleh angin kerumahnya. Lalu turun membasahi halaman rumahnya yang telah lama mengering.

Wanita itu keluar rumah. Menyambut kedatangan hujan dengan penuh sukacita. Berlari mengejar hujan yang rinainya tertiup angin. Seperti gerakan – gerakan menari di udara. Meliuk – liuk sangat indah. Seindah tarian Warsini.

Warsini menari – nari dibawah guyuran hujan. Menari bersama anaknya. Mengayun – ayunkan tangannya seperti menggendong bayi dalam ayunan. Menyanyikan lagu kerinduan seperti yang dinyanyikannya dulu saat anaknya masih dalam kandungan.

“Rinai… peluk ibu nak…” ucap Warsini. Lalu ia tersenyum bahagia.

Ya.. Anak Warsini bernama Rinai. Begitulah ia memanggilnya. Seperti hujan. Yang rinai airnya selalu turun seperti ribuan jarum yang menghunjam ke bumi.

Namun mendadak Warsini berhenti menari…

“Mana ayahmu? Kenapa ia tak datang bersamamu?”

Warsini menghentikan gerakan tangannya, ia menempelkan tangan  kanannya ke telinga, seolah berkonsentrasi mendengarkan sesuatu.

“Oooh begitu? Baiklah, aku akan menunggunya” ucap Warsini sambil tersenyum bahagia.

***

Setahun telah berlalu sejak kematian anaknya. Kematian yang diiringi deras air hujan. Kadangkala ia melakukan gerakan berputar – putar dengan tangan terayun ke depan. Seperti sebuah gasing. Seolah – olah ia sedang menggandeng tangan seseorang. Tangan yang tak akan pernah dilepasnya lagi. Karena dimatanya, itu adalah anaknya yang ingin bermain – main dengannya. Anaknya yang ia beri nama Rinai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun