“Belum jeng, sama sekali belum”
“Norak ya kamu, padahal di desamu dulu, kamu terkenal dengan sebutan Ratu Mbanong. Raaaaatu. Masak seorang Ratu tidak pernah berkunjung kemari? Hahahahaha….” Jeng Rizki tertawa lebar menggelegar seperti menertawakan kepolosan temannya jeng Rina.
“Aaaah… sudahlah, ayo kita lihat – lihat baju di butik itu. Lihat – lihat saja. Tak usah kau beli. OK !” ajak Ratu Ebor yang diikuti anggukan kepala Jeng Rina.
Tak terasa sudah hampir tiga jam lamanya mereka berdua berkeliling di PTC. Dari satu etalase ke etalase yang lain. Dari satu fitting room ke fitting room yang lain. Namun setelah keluar dari fitting room selalu jawabannya sama.
“Mmm… maaf mbak, modelnya saya kurang suka”. Atau “maaf mbak, ukurannya terlalu kekecilan”. Padahal sejatinya mereka berdua tidak memiliki uang untuk membeli baju – baju itu. Namun karena gaya hidup mereka yang berkelas. Sosialita kelas atas, mereka terpaksa mencobanya satu persatu. Untuk memenuhi keinginan yang tak mungkin bisa terpenuhi alias mimpi.
Malam itu setelah puas mencoba dan mencoba baju, mereka pulang ke paviliun mereka dengan wajah sumringah.
***
Keesokan harinya….
Bagai disambar petir di pagi buta. Mendadak seluruh penghuni kompleks PJS berhamburan keluar.
“Ada apa ini? Ada apa kok bising sekali diluar?”
“Entahlah aku tak tahu ada apa”