Mohon tunggu...
Jarot Dikitobo
Jarot Dikitobo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Gelandangan bodok

Berhasil tidak dipuji, gagal dicaci maki, hilang tidak dicari, mati tidak diakui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Anak Perempuan Halmahera Bagian 1

1 Desember 2022   18:47 Diperbarui: 3 Desember 2022   17:35 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Langit sudah mulai nampak kuning kemerahan, tandanya sudah sore, itu untuk mendeteksi waktu secara alami. Burung-burung mulai terbang hinggap ke pepohonan mangrove, nampak ceria kicauan yang menghantam udara "aaah, alam ini diberkati".

Namanya Cici, perempuan desa Hale yang berumur 16 tahun, juga salah satu siswi di SMA kelas satu yang rajin mengaji dan belajar. Hari-hari Cici diisi, dengan membaca buku, waktu bermain sangat singkat karena harus ikut" Papa deng Mama di kebun".

Ibunya bernama Fatima, biasa di panggil bibi Ima, dan bapaknya bernama, Ali, orang kampung sebutnya om Ali.

Waktu pukul 18:00 WIT, suasana kampung mulai gelap. Malam ada jadwal di rumah, Cici harus baca Qur'an dan dilanjutkan dengan membaca buku.

Meski sering mendapatkan pelajaran fisika, dan diperkenalkan dengan tokoh-tokoh kesohor ilmu kelistrikan, seperti James Watt, Thomas Edison, Nikola Tesla, tapi sayang, tidak ada listrik di kampung ini, aktivitas produktif harus di lakukan dengan membakar loga-loga (lampu bakar yang terbuat dari kapas dan minyak kelapa).

Pagi datang, Cici yang berdiri di depan rumah menikmati kicauan burung yang turut gembira bermain embun di sekujur daun. Sebaik inikah tuhan, "kata Cici"

Jam 7:00 WIT harus masuk sekolah, Cici bergegas mandi. Mama siapkan sarapan pagi (pisang goreng). Papa duluan duduk, sembari menunggu Cici berpakaian seragam rapi. Setelah memakai seragam, sekeluarga duduk mencicipi hidangan mama.

Suara burung masi riang di udara, bagaikan musik dan ada yang menari-nari, Cici bertanya.

Cici; Papa kenapa hutan pe basar dara kong burung tara tidor di dara.?

Papa; Mungkin, sebelum kampung ada burung itu so ada disini toh, makanya, dong tara rasa terganggu deng torang jadi dong tetap tidur disini.

Kayak yang Allah berfirman dalam QS: An-Nahl ayat 65 "Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi yang tadinya sudah mati. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran). Jadi Ci belajar bae-bae eee, (sambung mama dalam percakapan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun