Mohon tunggu...
Shofyan Kurniawan
Shofyan Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Arek Suroboyo

Lahir dan besar di Surabaya. Suka baca apa pun. Suka menulis apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

A Philosophy of Walking: Ada Makna di Balik Jalan Kaki

23 Maret 2021   06:17 Diperbarui: 23 Maret 2021   08:43 1818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis             : Frederic Gros 

Ukuran            : 14 x 21 cm 

Halaman         : 284 halaman 

Cetakan           : Februari 2020 

ISBN                : 978-602-1201-86-2 

Penerbit          : Renebook

"Jalan kaki bukanlah sejenis olahraga."

Begitulah Frederic Gros membuka buku ini. Cukup mengejutkan, mengingat saya memahami jalan kaki sebagai sejenis olahraga santai yang bisa dilakukan guna melatih fisik---terdegar seperti olahraga bukan? Gros lalu menjelaskan, 

"Tentu saja, olahraga juga bisa berarti aktivitas untuk memupuk ketahanan, memupuk rasa suka dengan jerih payah, memupuk disiplin ...."

"... Olahraga adalah sebuah pertunjukkan. Ia menunjukkan sebuah upacara megah untuk santapan awak media, yang dipadati oleh konsumen berbagai merek."

Saya cukup sepakat dengan Gros. Terlebih, setelah saya mengetikkan "olahraga" dalam kotak google demi menemukan arti olahraga secara umum, saya cenderung mendapati berita-berita olahraga di media daring yang mengabarkan kemenangan klub sepakbola ini dan itu, mengabarkan si anu dari cabang olahraga badminton barusan memenangkan kejuaraan, atau siapa yang baru lolos ke final di cabang tenis.

Saya jadi sepenuhnya sepakat, tatkala Gros menjelaskan lebih rinci, mengenai perbedaan mencolok antara jalan kaki dan olahraga, lewat pernyataannya berikut:

"Jalan kaki itu bukanlah sejenis olahraga. Melangkahkan satu kaki di depan kaki satunya itu mudah sekali. Bila para pejalan kaki berkumpul, tidak perlu ada hasil dan catatan waktu (seperti dalam olahraga)."

"Berjalan kaki merupakan cara terbaik untuk melaju lebih lambat dari pada metode mana pun yang pernah ditemukan. Untuk berjalan kaki, Anda harus memulai dengan dua tungkai. Selebihnya opsional."

Jalan kaki yang dimaksud oleh Gros, sepertinya adalah aktivitas untuk memulihkan kesehatan mental. Membaca buku ini sebenarnya membuat kesal, sepanjang buku ini kau bakal dipameri pengalaman spiritual apa yang bakal kau dapati dengan berjalan kaki yang bakal membuatmu iri dan ingin mencobanya. 

Untuk meyakinkan kita bahwa jalan kaki jauh lebih bermanfaat dari yang kita perkirakan sebelumnya, Gros membagikan pengalaman jalan kaki dari para filsuf, seperti: Nietzsche, Rimbaud, Rousseau, Thoreau, Nerval, Kant dan Mahatma Gandhi. Selain berbagi pengalaman, di sini Gros juga ikut mengupas makna di balik jalan kaki para filsuf tersebut, apa yang mereka rasakan, petualangan batin apa yang mereka peroleh.

Nietzche mengaku bahwa ia adalah seorang pejalan kaki hebat. Jalan kaki membuat Nietzche merasa bugar dan membantunya mendapat ide-ide menarik untuk bukunya. Ia bahkan menasehati begini,

"Duduklah sesedikit mungkin; jangan percayai ide apa pun yang tidak lahir dari udara terbuka dan dari gerakan kaki yang bebas. Semua prasangka berasal dari aktivitas duduk diam (saya sudah mengatakannya tadi). Hal itu merupakan dosa nyata kepada Roh Kudus."

Sebelum masuk ke pengalaman jalan kaki milik Rimbaud, Gros menjelaskan jalan kaki merupakan satu cara yang bisa membebaskan kita dari ilusi tentang kecepatan. Ketimbang melakukan banyak hal dalam waktu yang terbatas, Gros justru menyarankan kita untuk bergerak lambat dan pelan. Tujuannya agar kita dapat menikmati setiap momen dengan baik dan merekamnya secara utuh di benak kita dan menjadikannya sebagai milik kita.

Dari Rimbaud kita mendapat tujuan dari jalan kaki adalah untuk melarikan diri. Rimbaud mengatakan bahwa untuk bisa jalan kaki dibutuhkan amarah. Amarah yang bagaimana? Amarah yang datang dari perut yang kosong, dari pedihnya keberadaan di sini, tak tahan tetap di tempatmu berada, tak tahan terkubur hidup-hidup, atau tak tahan untuk sekadar menatap. 

Ya, sepertinya Rimbaud ingin melarikan diri dari kehidupan yang monoton dan menjemukan, ia tak tahan dengan rutinitas membosankan yang ia rasa akan membuatnya mandeg. Visi jalan kaki antara Rimbaud dan Nietzsche agaknya saling beririsan.

Itu jugalah yang agaknya mendorong Rosseau meninggalkan hidupnya yang gemilang untuk berjalan kaki selayaknya mimpinya di masa muda. Rosseau memutuskan berjalan kaki dan hidup menggelandang hingga dibenci orang-orang demi menemukan kedamaiannya kembali.

Di antara sekian banyak filsuf yang disebutkan oleh Gros, kisah dari Thoreau merupakan salah satu yang paling menarik. Thoreau lewat bukunya berjudul Walden menceritakan pengalamannya menaklukan alam liar. Ia tinggal di hutan selama dua tahun untuk berjalan kaki di antara pepohonan rindang dan sungai-sungai yang mengalir tenang. 

Lewat itu semua Thoreau seakan hendak menunjukkan pada kita betapa pentingnya untuk lepas dari hasrat mencari kekayaan secara berlebihan. Ia mengatakan, "Kerja menghasilkan kekayaan sebanyak kemiskinan." Hal itu dibuktikannya juga di bukunya tatkala ia menjelaskan bahwa rumah yang dibangunnya di hutan hanya memakan biaya 28 dolar dari tabungannya.

Thoreau menjelaskan, saat berjalan kaki, manusia menyimpan perasaan-perasaan yang hidup dan kenangan-kenangan yang cerah untuk dikenang saat malam-malam musim dingin tiba. Ia menulis, apa yang ia lihat, ia jadikan miliknya. Seakan hendak menghubungkan Thoreau dengan filsuf-filsuf sebelumnya, Gros mengutip salah satu perkataan milik Thoreau, 

"Betapa sia-sianya duduk untuk menulis sementara kau belum pernah berdiri untuk hidup."

Para filsuf yang disebutkan oleh Gros sepertinya bersepakat dalam satu hal bahwa jalan kaki adalah suatu cara untuk membebaskan diri dari belenggu duniawi, untuk menjernihkan pikiran dan menemukan kebenaran, satu kesempatan yang kita miliki untuk mengenal diri kita kembali. Jadi apa kau tertarik untuk jalan kaki mulai sekarang?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun