Itu jugalah yang agaknya mendorong Rosseau meninggalkan hidupnya yang gemilang untuk berjalan kaki selayaknya mimpinya di masa muda. Rosseau memutuskan berjalan kaki dan hidup menggelandang hingga dibenci orang-orang demi menemukan kedamaiannya kembali.
Di antara sekian banyak filsuf yang disebutkan oleh Gros, kisah dari Thoreau merupakan salah satu yang paling menarik. Thoreau lewat bukunya berjudul Walden menceritakan pengalamannya menaklukan alam liar. Ia tinggal di hutan selama dua tahun untuk berjalan kaki di antara pepohonan rindang dan sungai-sungai yang mengalir tenang.Â
Lewat itu semua Thoreau seakan hendak menunjukkan pada kita betapa pentingnya untuk lepas dari hasrat mencari kekayaan secara berlebihan. Ia mengatakan, "Kerja menghasilkan kekayaan sebanyak kemiskinan." Hal itu dibuktikannya juga di bukunya tatkala ia menjelaskan bahwa rumah yang dibangunnya di hutan hanya memakan biaya 28 dolar dari tabungannya.
Thoreau menjelaskan, saat berjalan kaki, manusia menyimpan perasaan-perasaan yang hidup dan kenangan-kenangan yang cerah untuk dikenang saat malam-malam musim dingin tiba. Ia menulis, apa yang ia lihat, ia jadikan miliknya. Seakan hendak menghubungkan Thoreau dengan filsuf-filsuf sebelumnya, Gros mengutip salah satu perkataan milik Thoreau,Â
"Betapa sia-sianya duduk untuk menulis sementara kau belum pernah berdiri untuk hidup."
Para filsuf yang disebutkan oleh Gros sepertinya bersepakat dalam satu hal bahwa jalan kaki adalah suatu cara untuk membebaskan diri dari belenggu duniawi, untuk menjernihkan pikiran dan menemukan kebenaran, satu kesempatan yang kita miliki untuk mengenal diri kita kembali. Jadi apa kau tertarik untuk jalan kaki mulai sekarang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H