Mohon tunggu...
Shofyan Kurniawan
Shofyan Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Arek Suroboyo

Lahir dan besar di Surabaya. Suka baca apa pun. Suka menulis apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

A Philosophy of Walking: Ada Makna di Balik Jalan Kaki

23 Maret 2021   06:17 Diperbarui: 23 Maret 2021   08:43 1818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya cukup sepakat dengan Gros. Terlebih, setelah saya mengetikkan "olahraga" dalam kotak google demi menemukan arti olahraga secara umum, saya cenderung mendapati berita-berita olahraga di media daring yang mengabarkan kemenangan klub sepakbola ini dan itu, mengabarkan si anu dari cabang olahraga badminton barusan memenangkan kejuaraan, atau siapa yang baru lolos ke final di cabang tenis.

Saya jadi sepenuhnya sepakat, tatkala Gros menjelaskan lebih rinci, mengenai perbedaan mencolok antara jalan kaki dan olahraga, lewat pernyataannya berikut:

"Jalan kaki itu bukanlah sejenis olahraga. Melangkahkan satu kaki di depan kaki satunya itu mudah sekali. Bila para pejalan kaki berkumpul, tidak perlu ada hasil dan catatan waktu (seperti dalam olahraga)."

"Berjalan kaki merupakan cara terbaik untuk melaju lebih lambat dari pada metode mana pun yang pernah ditemukan. Untuk berjalan kaki, Anda harus memulai dengan dua tungkai. Selebihnya opsional."

Jalan kaki yang dimaksud oleh Gros, sepertinya adalah aktivitas untuk memulihkan kesehatan mental. Membaca buku ini sebenarnya membuat kesal, sepanjang buku ini kau bakal dipameri pengalaman spiritual apa yang bakal kau dapati dengan berjalan kaki yang bakal membuatmu iri dan ingin mencobanya. 

Untuk meyakinkan kita bahwa jalan kaki jauh lebih bermanfaat dari yang kita perkirakan sebelumnya, Gros membagikan pengalaman jalan kaki dari para filsuf, seperti: Nietzsche, Rimbaud, Rousseau, Thoreau, Nerval, Kant dan Mahatma Gandhi. Selain berbagi pengalaman, di sini Gros juga ikut mengupas makna di balik jalan kaki para filsuf tersebut, apa yang mereka rasakan, petualangan batin apa yang mereka peroleh.

Nietzche mengaku bahwa ia adalah seorang pejalan kaki hebat. Jalan kaki membuat Nietzche merasa bugar dan membantunya mendapat ide-ide menarik untuk bukunya. Ia bahkan menasehati begini,

"Duduklah sesedikit mungkin; jangan percayai ide apa pun yang tidak lahir dari udara terbuka dan dari gerakan kaki yang bebas. Semua prasangka berasal dari aktivitas duduk diam (saya sudah mengatakannya tadi). Hal itu merupakan dosa nyata kepada Roh Kudus."

Sebelum masuk ke pengalaman jalan kaki milik Rimbaud, Gros menjelaskan jalan kaki merupakan satu cara yang bisa membebaskan kita dari ilusi tentang kecepatan. Ketimbang melakukan banyak hal dalam waktu yang terbatas, Gros justru menyarankan kita untuk bergerak lambat dan pelan. Tujuannya agar kita dapat menikmati setiap momen dengan baik dan merekamnya secara utuh di benak kita dan menjadikannya sebagai milik kita.

Dari Rimbaud kita mendapat tujuan dari jalan kaki adalah untuk melarikan diri. Rimbaud mengatakan bahwa untuk bisa jalan kaki dibutuhkan amarah. Amarah yang bagaimana? Amarah yang datang dari perut yang kosong, dari pedihnya keberadaan di sini, tak tahan tetap di tempatmu berada, tak tahan terkubur hidup-hidup, atau tak tahan untuk sekadar menatap. 

Ya, sepertinya Rimbaud ingin melarikan diri dari kehidupan yang monoton dan menjemukan, ia tak tahan dengan rutinitas membosankan yang ia rasa akan membuatnya mandeg. Visi jalan kaki antara Rimbaud dan Nietzsche agaknya saling beririsan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun