Mohon tunggu...
404 Not Found
404 Not Found Mohon Tunggu... Lainnya - 404 Not Found - 最先端の人間の推論の開発者の小さなグループ。

私のグループと私は、デジタル世界の真実を求めて舞台裏で働いている人々です。私たちは、サイバー空間に広がるすべての陰謀の背後にある真実を述べています.

Selanjutnya

Tutup

Diary

"I'm Unpredictable Person" | Membongkar 'Mimpi' Generasi Muda yang "Sok Dewasa" Jaman Now

25 Januari 2023   12:50 Diperbarui: 25 Januari 2023   15:12 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://www.abvsolicitors.co.uk/wp-content/uploads/2019/01/Anon-article-image-1.jpg

Gen. 90an dapat dipetakan karakteristiknya dari 'seni berekspresi yang terlalu polos' untuk dikenal. Kemunafikan dan senyum masam menjadi sisi lain yang secara ekspresif dapat ditebak ketika 'duduk dalam circle yang tidak se-frekuensi. Semua jenis algoritma berpikir standar tidak akan dapat memprediksi secara akurat, rahasia apa di balik kebohongan aktivitas hariannya (baik saat sendiri, maupun dalam keramaian). Jika Anda masuk dalam Golongan Tua, silahkan lempar satu pertanyaan krusial seperti ini: "sudah pernah lihat bokep?". 

Yang munafik dengan sendirinya akan memberi jawaban pura-pura menolak, tetapi tidak sedikit yang jujur atau terlalu polos dengan nilai moral yang menjawabnya sebagai "film pengganti iklan hasrat yang sesekali 'numpang lewat' pas buka gadget". Mereka bahkan sudah lebih tahu sebelum Anda dan yang lain sedang duduk dan memikirkan "sosialisasi tentang reproduksi" demi masa depan bangsa dan negara.

Anda (dan saya cukup menyimak) sebagai Generasi yang berbeda dari kelompok mereka akan dianggap 'mengancam privasi' karena suka menelusuri isi pikiran mereka dengan pertanyaan-pertanyaan konvensional atau trik-trik kuno apalagi 'teknik headshot' seperti lontaran pertanyaan tadi. Gen muda era-90an sampai zona milenial punya spesifikasi otak 'yang lebih mudah dikacaukan' dengan gadget dan internet daripada 'dinasehati sampai kerongkongan kering'.

Mereka lebih takut kalau dinasehati melalui sosmed daripada di depan mata. Kata kunci untuk mematahkan kasus ini cuman satu: "internet". Boleh dianggap sepele dengan zona ini, tetapi saya punya cara tersendiri untuk merepresentasikan karakter seseorang tidak hanya dengan berbicara langsung atau via sosmed, tetapi juga melalui 'identifikasi karakteristik via sosial media'. Utilitas media sosial kalau tidak dimanipulasi sedemikian rupa, akan 'amat-sangat mudah' untuk ditebak bagi para pakar peneliti media tentang manusia yang menjadi obyek penelitiannya kalau hanya jago text-book saja. 

Saya mungkin adalah orang yang sangat beruntung berkat Tim (orang-orang yang sangat peduli dengan saya di dunia digital) karena mereka senantiasa mengajarkan saya bagaimana cara menghindarkan diri dari pencuri digital yang suka sekali membajak/hack akun sosial media orang lain di internet, termasuk men-duplikasi sebanyak-banyaknya akun sosial media pribadi agar menjadi 'cermin labirin' bagi mereka yang terlalu berani untuk menargetkan 'korban pelet online' sebagai media penipuan paling canggih. 

7-11 akun Facebook, 4 akun Instagram, dan 3 akun Whatsapp mungkin menjadi sampel bagus untuk diakses dan mampu mengendalikan daya intuituf liar para 'pembajak sawah sosmed' di era digital ini agar kebingungan - mana yang padi, mana yang ilalang pada saat tumbuh dan berkembang. Ini cuman salah satu contoh bagaimana saya mengendalikan dunia digital (internet) yang terlalu luas untuk dijajaki satu-per-satu sesuai domain yang disediakan oleh 'para pemilik modal emas digital' demi menciptakan "Bumi versi digital". 

Meskipun langkah saya menjadi 'terkesan ilegal' karena dapat memengaruhi algoritma analisis Big Data para pakar komunikasi di internet tentang kumpulan data-data terkait users interface-database para budak sosial media, tetapi saya lebih memilih menyelamatkan diri dari 'cybercrime' yang terus memangsa manusia dalam bentuk apapun guna menghindari 'tanggungan dosa digital' yang dipersiapkan oleh 'excavator liar' demi 'uang canggih'. 

Metode ini sebaliknya 'ditentang' oleh generasi muda yang berdalih tentang originalitas diri yang nyata di internet - dan saya bukan anonymous, tetapi 'mengikuti saran mereka' dan bukan menjadi bagian dari mereka sepenuhnya - agar 'dapat dikenal oleh orang lain'. Saya tidak peduli sungguh bukan karena faktor sosial, tetapi karena 'keterbelakangan mental' para budak sosmed yang tidak menyadari 'proses penelanjangan privasi di balik layar' yang sedang berjalan. 

Sebaliknya, mereka justru mempersembahkan jiwa-raga gila mereka hanya untuk berkutat di dunia yang katanya dapat menghasilkan cuan demi makan sehari sepanjang saat. Anda tidak tahu, bahwa saya dan yang lain sesungguhnya 'sudah lebih dahulu' mengantisipasi kemungkinan brain-shock yang telah dipersiapkan oleh 'pengendali internet' - situasi total-offline yang adalah 'bom waktu internet' yang dapat mengguncang situasi Global dalam waktu singkat atau lama - dan hanya menunggu waktu saja.

Teruslah 'bekerja keras' demi kesuksesan dan kemapanan digital Anda karena saat ini 'belum waktu yang tepat' untuk meledakkan kesadaran digital Anda semua yang 'terlalu berharap' pada media saat ini. Teruslah membuka buku dan membaca 'kisah-kisah kontekstual yang bisa diteladani dengan tindakan' dan bukan sekadar 'merefleksikan tradisi kritisisme Anda yang 'terlalu mengawang' tanpa 'tindakan langsung' yang justru akan membuat diri Anda sungguh-sungguh tidak berguna sebagai manusia yang masih memijakkan kaki di atas tanah ini. 

Saya bukan 'menjilat ludah sendiri' karena sebelumnya dianggap merendahkan Ilmu Pengetahuan dari buku, tetapi makna inverted yang seharusnya disadari oleh pembaca sebagai kata ganti 'teka-teki berpikir baru' yang senantiasa saya tulis dalam diary ini adalah 'identik dengan yang barusan saya tulis dengan teks bold tersebut. Intinya, bahwa 'kerja keras di dunia digital' akan amat-sangat-sungguh tidak berguna jika Anda mulai sadar dengan realitas gelap internet yang senantiasa saya 'petakan' dengan gaya aneh ini, termasuk dalam semua cerita saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun