Mohon tunggu...
404 Not Found
404 Not Found Mohon Tunggu... Lainnya - 404 Not Found - 最先端の人間の推論の開発者の小さなグループ。

私のグループと私は、デジタル世界の真実を求めて舞台裏で働いている人々です。私たちは、サイバー空間に広がるすべての陰謀の背後にある真実を述べています.

Selanjutnya

Tutup

Diary

"I'm Unpredictable Person" | Membongkar 'Mimpi' Generasi Muda yang "Sok Dewasa" Jaman Now

25 Januari 2023   12:50 Diperbarui: 25 Januari 2023   15:12 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://www.abvsolicitors.co.uk/wp-content/uploads/2019/01/Anon-article-image-1.jpg

Bocah di era-60an tanpa perlu saya baca atau telusuri semua jenis cerita, literasi sejarah-media, dan buku catatan untuk memberi tinta baru guna melukiskan 'kanvas tua ini' sudah amat sangat terpetakan dengan jelas hanya dengan cara melihat, memandang, berkata-kata dalam keluh-kesah-canda, berkerut-wajah ramah dan marah, mengekspresikan situasi yang amat 'berbeda jauh' dan 'ketinggalan jaman'. Mereka hidup di bawah tekanan 'rotan bertanduk emas' dan apresiasi 'imajinatif' generasi sebelumnya guna sebagai mata panah yang harus dipahat dengan 'kayu berlapis debu' untuk menghidupi hidupnya sendiri. 

Bentuk dasar kemanusiaan yang dipetakan saya dalam ruang lingkup era-60an sampai 80an tidak jauh-jauh amat - tidak perlu buka 'diary orang' atau 'google' untuk menelusuri sejauh mungkin apa yang bisa didapatkan dari kisah djaman doeloe untuk saat ini, tapi cukup dengan 'menggerus ekspresi wajah mereka dengan protes sepele' sudah menjadi strategi saya untuk meledakkan 'bungkusan casette lagu lama yang sudah terlalu usang' yang tersimpan di otak dan hati mereka - seputar "pra-new era" dan sebagai "motivator jaman now". 

Tidak seperti sekarang, semua serba hiruk-pikuk. Raut wajah para manusia dewasa ini (prediksi untuk gen. muda era-60an-80an) seakan 'aman-aman saja' tetapi 'panik dalam diam' tentang kisah ekonomi-politik negara ini karena kurangnya informasi yang tidak se-fleksibel dan 'terlalu hancur' jika dibandingkan dengan saat ini. Gen. muda ini seakan punya 'mimpi mulus' namun sederhana: mereka menikmati yang namanya kampung halaman lebih sungguh daripada gen. muda jaman now (soalnya sekarang yang kampung dan kampungan sudah tidak dapat dibedakan lagi - itupun terjadi kepada manusia lain di kota-kota besar saat ini). 

Kenapa saya sebut 'inovator'? Soalnya, dari 'cara menasehati' mereka, saya secara kebetulan 'terlempar ke dimensi berpikir yang jauh berbeda dari sebelumnya' (bukan imajinasi apalagi pakai mesin waktu, tetapi seakan saya 'sedang duduk bersama mereka di tempat yang sama pada waktu yang bersamaan' namun dalam dimensi waktu yang jauh lebih kuno dan sederhana - memasuki alur psikologi orang lain secara subyektif). 

Gen. muda musim-60an s/d 80an sepertinya lebih menyukai koran, novel, radio, televisi satu untuk semua (sekampung NoBar, biar warnanya hitam-putih saja dan siaran cuman ada sekali-seminggu) atau saingannya layar tancap, kesenian, lomba antar-kampung/desa, olahraga ramai-ramai di lapangan kampung/kompleks, dan masih banyak hal 'sederhana' namun sangat menyenangkan. Persoalannya, saya 'pada waktu itu' tidak bisa berdiri bersama dan bergabung dengan kelompok itu kenapa - yang bisa bergerak cuman bola mata saja dan menarik nafas. 

Tetapi saya tidak ingin menangis karena saya tidak tahu 'apa yang membuat saya merasa haru' waktu menoleh ke arah mereka yang sangat bersemangat dalam kesederhanaan-kesederhanaan semacam itu. Di samping itu, saya sedikit berguling-tertawa waktu sadar ternyata istilah 'playboy' memang sudah ada dari sononya waktu saya melirik-tajam sebuah adegan konyol seorang 'abang' membuka majalah 'dewasa' tapi buru-buru dimasukkan ke dalam bajunya waktu dipanggil-panggil emaknya (saya rasa majalah itu bukan dibeli, tetapi dicolong atau dipinjam saya pun tak peduli). 

Mereka dari segi penampilan 'jelas sangat jadul' kalau dibandingkan dengan sekarang, tetapi tidak dengan otak mereka. Kecerdasan masa itu memang sungguh bertautan dengan 'ekonomi' - terlalu sulit untuk disandingkan dengan saat ini. Yang di rumah syukurlah kalau ada 'lampu gas', kalau bukan pelita yang jadi PLN-nya. Mungkin itu di kampung yah, agak sedikit berbeda dengan yang di kota. Tapi, keduanya tetap punya zona identik yang hampir serupa. 

Media hiburan pure dengan naturalisasi lingkungan yang serba ada-nya, dengan polemik-polemik dasariah masyarakat yang mengalir secara alami - masa depan, punya duit, punya kerjaan, punya isteri, dan punya-punya hal lain yang 'saat sekarang' sudah dapat tercapai berkat 'motivator diri sendiri dan keluarga'. Menolak gerobak pendidikan dengan harap-harap cemas informasi dari Kantor Pos dan menyapa santuy para peneguk miras yang sopan membuat pengalaman hidup gen. 

Muda yang kian menua kini menjadi 'karakter tegas' namun 'sepi perhatian' dari generasi penerus mereka sendiri. Saya juga mungkin merasa bersalah pernah menciptakan situasi ini ketika berhadapan dengan 'leting' yang berbeda tetapi pada akhirnya saya lebih memilih memaksakan pikiran saya sendiri daripada harus dikekang dengan regulasi sepihak yang kurang demokratis dari orang yang lebih tua. Saya mengerti dan tahu betul situasi 'jadoel' dan 'jaman now', bahkan tanpa perlu tahu lebih jauh susah-senangnya seperti apa karena 'saya merasakan hal yang serupa sendirian' tetapi tidak dipahami oleh para 'inovator'. 

Saya tidak dapat menangisi diri sendiri karena Tuhan pun di sisi lain memberi nasihat dengan jalan yang tidak sama - tujuannya untuk baik, tetapi tidak harus mulus seperti yang diharapkan. Era transisi peradaban saya juga sempat rasakan, meski tanpa perlu dikaitkan dengan tali layang-layang orangtua setiap saat dan setiap detik. 

Yang membuat saya 'menangis dalam diam' adalah cara memahami penderitaan diri sendiri dari kacamata 'generasi yang berbeda' - dan itulah kesalahan gen. muda era-60an-80an yang bagi saya mencoba mengintervensi 'motivasi dasar' dari dalam diri yang sudah terlanjur 'melampaui psikologi bocah jaman now' dan 'tidak biasa' ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun