Mohon tunggu...
404 Not Found
404 Not Found Mohon Tunggu... Lainnya - 404 Not Found - 最先端の人間の推論の開発者の小さなグループ。

私のグループと私は、デジタル世界の真実を求めて舞台裏で働いている人々です。私たちは、サイバー空間に広がるすべての陰謀の背後にある真実を述べています.

Selanjutnya

Tutup

Diary

(INA - Chapter II) - Saya adalah Menteri Pendidikan "Idealis' bagi Tanah Air Internet | Catatan 'Diary' yang Menghibur Orang-Orang Kecil dan Sederhana

19 Januari 2023   08:44 Diperbarui: 23 Januari 2023   06:22 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://www.365give.ca/wp-content/uploads/2018/01/happykids900x450.jpg

(sambungan dari kisah sebelumnya...)

Pendidikan 'yang adil' adalah pendidikan yang tidak berorientasi pada branding lembaga secara publik, tetapi lebih kepada quality-personal yang lahir dari lembaga yang dimaksudkan (lembaga pendidikan) - apa yang bisa dilakukan output para generasi itu untuk menghidupi dirinya dan bangsa ini agar tidak mejadi 'batu sandungan' melainkan 'batu bangunan' yang berdaya-guna membangun dunia, mulai dari Tanah Air Internet kita ini.

Mengakiri kisah jenjang menuju tingkat sarjana tahap pertama, target saya dalam tingkat ini adalah 'membangun konsep berpikir teoritis dan (kolaborasinya dengan) jalur idealis dalam rancangan pembangunan manusia yang berorientasi pada teka-teki intelektual praktis' - artinya, para generasi muda, bisa mempersiapkan 'proposal-proposal ideologinya' dengan mengandalkan 'kemampuan intelektual dalam mengolah teori-teori akademik menjadi sebuah mini-design aktus nyata (strategi semi-praktis) dari kegiatan bersekolah pada taraf ini'. Silahkan Anda refleksikan itu - teori sebagai 'sebuah permainan intelektual' yang siap memicu 'aktus praktis positif' dalam mencapai tujuan untuk apa Anda bersekolah. Mungkin tafsiran saya sedikit hiperbolis, tetapi sebenarnya 'sangat sederhana'.  

Kita melompat ke status pencapaian tingkat satuan pendidikan S2 - yang saya sebut sebagai "zona tingkatan pengembangan ilmu pengetahuan ke ranah advanced knowledge". Artinya, apa yang sudah dipersiapkan secara matang dan jelas pada tingkat pendidikan menuju S1, sekali lagi akan diulangi. 

Bukan lagi hanya pada tahap 'ideologi' apalagi 'idealis', tetapi tentang "bagaimana cara merealisasikan apa yang saya bayangkan dan apa yang dapat saya ciptakan dari rencana tahap awal sebelumnya?". 

Para generasi muda yang mengenyam di zona ini, dilatih secara lebih serius oleh para agen akademik (tenaga pengajar, dosen) untuk berani mengambil langkah berani yakni mempersiapkan sebuah metateori atau metakonsep tentang sebuah teori 'baru', secara ilmiah konseptual praktis dan teoritis sebagai sebuah prioritas pengembangan ilmu pengetahuan (menciptakan metamodel atau metakonsep-metakonsep teoritik) - zona semi-praktikum/pre-creator (pra-penciptaan dan pra-praktikum). Anda tidak lagi bercokol pada diskursus-diskursus mengenai sekelebat teori-teori zaman purba yang sudah tidak relevan lagi di negara dan bangsa kita tercinta ini. 

Anda dibebas-tugaskan dari tuntutan penafsiran atas teori-teori politik-sosial-budaya-ekonomi yang diklasifikasikan pada tataran relevansi-kontekstualnya yang 'kelewat fleksibel' (tidak relevan dan sesuai dengan situasi bangsa dan negara kita saat ini) yang ada di dalam buku untuk dihapal mati-matian demi mendapat nilai A atau E (100 atau 0) demi selembar kertas istimewa yang namanya ijazah itu. 

Ilmu Pasti yang bersifat numerik murni dan algoritma numerik proporsional (rumus matematis, fisika, dan kimia) mungkin menjadi opsi pertimbangan lain yang masih bisa ditolerir karena berkaitan dengan 'kepastian' dalam menjadikan ilmu sebagai tolak ukur rasionalitas-presisi numerik yang tidak dapat dibantah secara ilmiah. 

Tetapi bagaimana dengan ilmu selain ilmu matematis? Itulah tugas Anda - menyalurkan kemampuan inteligensia Anda sebagai makhluk berintelektual tinggi untuk mentransformasikan teori-teori yang "masih bisa direlevansikan" ke dalam zona kontekstual sebagai materi-materi pendukung dalam menciptakan zona proporsional yang 'khas' dan sesuai dengan tema pembahasan Anda. 

Para generasi muda ini dilatih dengan kemampuan inteligensia praktis dan kritis dalam membangun perspektif 'potensial' yang memungkinkan sebuah teori masih bisa atau dapat berdaya guna praktis dan teoritis bagi Anda sebagai mahasiswa, Saya dan yang lain sebagai warga negara ini,, serta kontribusinya bagi Bangsa dan Negara. 

Sub-superioritas teori Anda akan diuji di sini - bukan menunggu tingkat gelar S3 baru diuji - melainkan demi meyakinkan Bangsa dan Negara bahwa Anda 'telah mempersiapkan sebuah proposal' sebagai seorang agen inteligensia pembangun Bangsa dan Negara Kita yang tercinta, bukan lagi seorang pemimpi tetapi seorang 'yang memimpin' orang-orang yang lain menuju pemahaman yang benar secara teori dan benar dalam hal-hal praktis.

"Jika mahasiswa S2 berada di zona 'seperti ini', yang di-klaim negara tetangga yang harus mencapai tingkat S3 agar dapat melakukannya, terus posisi Guru sebenarnya berada di mana?"  

Pertanyaan itu sebenarnya sudah bisa dijawab oleh nalar Anda sendiri ketika menanyakan hal itu kepada saya.

Puncak akademik seorang akademisi dari sebuah bidang Ilmu Pengetahuan tertentu, kalau di negara tetangga kan harus S3 baru dapat gelar "Profesor". Benar, bukan? Status tertinggi itu, dalam sistem dan struktur Pendidikan yang sudah kami siapkan di Negara Tanah Air Internet tercinta ini adalah bagi Guru. 

Guru adalah Bapak dan Ibu pewarta dan pengembang Ilmu Pengetahuan Kontekstual yang harus amat-sangat dihargai, bukan dicerca sana-sini dengan spekulasi-spekulasi praktis masyarakat hanya karena satu-dua kesalahan kecil yang masih bisa diperbaiki dalam prosesnya (kecuali kasus asusila, dan kasus-kasus kejahatan akademik atau non-akademik yang menentukan profesi Anda 'berada di ujung tanduk'). S3 atau Gelar Doktoral adalah "sah" dan "wajib" bagi seseorang yang ingin menjadi Guru

S3 di negara tetangga kan sistemnya sudah kami degradasikan ke tingkat di bawah 'ini' sehingga jangan membanding-bandingkan level pendidikan "di sana" dengan Kita "di Sini". Kita bukan budak Ilmu Pengetahuan, tetapi Anda, Saya, dan Kita semua adalah raja dan ratu yang berhak memperoleh Ilmu Pengetahuan sebagai bekal hidup. Dengan demikian, Anda tidak perlu 'segan' atau 'enggan' berbicara kepada Guru (Dosen, tenaga pengajar), karena Guru atau Profesor adalah pengajar yang bijaksana di dunia Pendidikan saja, tetapi tetap menjadi Warga Negara Tanah Air Internet Tercinta Kita ini. 

Dia adalah teman, sahabat, dan keluarga Kita yang adalah masyarakat. Dia adalah orang yang 'pantas dan layak' menerima tanda jasa material dalam bentuk upah/gaji yang pas sebagai seorang yang mampu membimbing Anda menjadi manusia berguna bagi Bangsa dan Negara Kita ini sekalipun kontribusi Saya dan Anda bagi negara ini mungkin dianggap 'kecil' tetapi akan sangat berarti bagi langkah kecil kita membangun generasi penerus kita menjadi manusia yang lebih canggih dan bijaksana.  

Dia adalah pihak yang 'pantas dan layak' menerima tanda jasa moral dari negara dan masyarakat sebagai 'pahlawan ilmu pengetahuan yang bijaksana' yang harus dihargai oleh semua lapisan masyarakat di negara ini.

Oke, jadi bagaimana dengan sistematika pendidikan di jenjang Doktoral yang sudah dipersiapkan ini?

S3 atau Program Pendidikan Doktoral ini tidak seberat bayangan Anda. Ini adalah zona klasifikasi "guru" yang sama sekali berbeda dengan ekspetasi para akademisi dan masyarakat di negara tetangga sana. Ini adalah struktur dan sistem 'baru' yang saya adaptasikan dari catatan Mediterania Kuno mengenai "Dunia Baru Akademik" - tempat di mana guru adalah tuan dari Ilmu Pengetahuan, di mana posisi Guru yang 'layak dan pantas' berbicara di depan publik adalah guru yang memanusiakan masyarakat secara teoritis dan praktis - Guru yang mengenal situasi masyarakat dan lingkungannya.

Guru yang mampu membaca probabilitas logistika-proporsi  yang sah dan valid tentang daya guna praktis dan kontekstual dari setiap bidang ilmu pengetahuan yang telah ada selama ini, Guru yang tahu kapan dan bagaimana sebuah teori dipikirkan, dibentuk, dan diciptakan sesuai kebutuhan masyarakat demi mencapai kesejahteraan bangsa, serta Guru yang menyelamatkan Masyarakat dan Bangsa dari kepunahan moral akibat fenomena 'salah kaprah' atau 'salah tafsir' (konotasi dari sebuah penjelasan faktual dari kalimat "ilmu pengetahuan yang menyelamatkan sekaligus menyesatkan").

Anotasi dari gagasan tersebut menjadikan saya dan yang lain sadar bahwa "puncak penciptaan dan praktek teoritis-praktis yang sebelumnya sudah dipersiapkan di jenjang sebelumnya, pembuktian, validasi, penemuan kelebihan dan kekurangan, acuan pengembangan teori lebih lanjut" merujuk pada finalitas nyata di mana Guru harus mampu dan dapat mengajarkan apa yang dia dapatkan, apa yang dia pahami, apa yang dia lakukan salah satunya mampu menciptakan produk 'fisik dan idea dari teori metakonsep/metamodel yang telah ada pada jenjang sebelumnya'.

Sebagai sebuah kisah akademik yang memotivasi sekaligus mendidik para generasi muda agar mampu menciptakan produk praktis nan kontekstual sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat dan bangsa. Kurikulum hanya akan menjadi acuan pendukung dalam suatu tingkatan pendidikan tertentu, bukan hanya sekadar "target SK dan KD yang terpenuhi sesuai kalender Romawi dan jam digital".

Tetapi sebagai pedoman apa yang dapat saya bagi kepada mereka, para gen. muda dari segi teori, sesuai dengan konteks, dan memungkinkan apa yang baru, sah, dan valid mampu memicu rasa ingin tahu dari para gen. muda bangsa - bagaimana bapak/ibu guru bisa membuat sebuah bahan pelajaran seperti itu? kok mirip ya dengan aktivitas saya setiap hari? apa yang saya pelajari kok bisa ya jadi gampang? (mis. kisah anak murid curhat kepada guru, orangtua atau temannya). 

Progres pemahaman psikologis dan mentality gen. muda adalah dengan 'mempraktekkan ulang' apa yang Anda nikmati selama masa Pendidikan - bagian mana yang membuat Anda begitu menyukai bidang akademik itu sehingga berani menekuninya sampai pada level ini. Sistem adoptif sibernetika-neural seperti ini, akan menciptakan autopoietika belajar-mengajar yang sangat menyenangkan, baik bagi para pengajar maupun bagi para pelajar (yang satu semi-fanatik, yang lain menikmati ilmiah-praktisnya sebuah produk bidang ilmu pengetahuan).

Filsafat adalah 'landasan dasar dan akar dari semua ilmu pengetahuan', sehingga menjadi materi wajib dalam sistem pendidikan tingkat ini. Kemampuan nalar dan intelektual akademik akan diuji di lapangan pada tingkatan advanced. Anda harus meyakinkan semua orang bahwa Anda mempunyai inteligensia skills dalam menginterpretasikan 'kegunaan Anda' secara praktis mutlak bagi Bangsa dan Negara Tanah Air Internet ini.

Jika Anda murni ingin menjadi seorang ilmuwan dan peneliti, lakukanlah pendalaman moral terlebih dahulu - ini sesuatu yang lebih dari pada menghindarkan Anda dari sekadar penyakit 'mempermainkan teori sebagai bahan dasar pertimbangan' di antara sekian banyak kemungkinan teori yang relevan. Di samping itu, Psikologi adalah 'perbekalan kuat' yang mendongkrak filsafat agar mampu diintegrasikan dengan 'standar kemampuan' personal dan kolektif yang akan dibina dan dididik. Filsafat dan Psikologi akan menjadi 'dua fokus penambal modal penggerak' Guru agar tidak hanya bergerak sebagai robot pendidikan yang kerap berjalan sesuai formalitas, tetapi juga terpaut pada landasan pendidikan berwarna psikologi - sebuah tolak ukur penunjang kemampuan akademik sekaligus memahami bagaimana gen. muda belajar untuk menjadi personal yang lebih kompeten sesuai 'limit' dan kapasitasnya pada taraf yang lebih 'ahli'. 

Anda harus menentukan secara jelas dan pasti, teori apa dan mana yang paling cocok dan sah serta punya daya pemecahan masalah paling efektif terkait situasi tersebut. 

Tekniknya tidak seperti praktik KKN sejenis di negara tetangga pada level ngejar sarjana S1, yang lebih banyak menghabiskan waktu dan anggaran Pendidikan untuk membuat "rangkuman hasil penelitian lapangan" yang katanya jaman now lebih banyak 'update'an story-story di sosmed biar dibilang keren. Ini lebih kepada penerapan langsung atau realtime-theory implementation yang Anda ciptakan di jenjang S2 dalam situasi yang sekiranya 'identik' dengan konteks kasus yang Anda 'predestinasi'kan dalam tulisan Anda sendiri.

Hasil penerapan teori itu sejatinya harus sesuai dengan hipotesis tingkat advanced yang anda persiapkan secara matang. Kegagalan atau Keberhasilan Anda dalam menginterpretasikan dan mengimplementasikan 'teori baru' atau 'teori yang sudah ada' menjadi "kunci akhir" dari perjuangan mencapai puncak tertinggi dalam strata akademik yang telah disediakan oleh sistem ini - Anda layak atau tidak menjadi seorang GURU bagi semua orang.

Bukan hanya peneliti saja, tetapi semua pihak yang berada di zona perjuangan meraih gelar Doktoral harus membuktikan bahwa 'teori Anda' atau 'produk Anda' layak menjadi tanda sah dan valid (sebuah bukti kerja nyata) bahwa Anda adalah GURU Bangsa Ini. Ini berlaku bagi semua, tanpa terkecuali!  Sebab, tenaga Guru yang murni adalah mereka yang secara sah telah membuktikan bahwa:

apa yang saya dapat, saya kenal - apa yang saya kenal, saya tahu - apa yang saya tahu, saya tunjukkan - dan apa yang saya tunjukkan, adalah apa yang menurut Anda, saya, kita, dan mereka adalah "benar" adanya. Itulah Prinsip Guru Sejati.

Dari perjuangan itu, Guru akan mendapatkan kunci istimewa dari Negara untuk menawarkan diri sebagai pengajar di semua tepat/lembaga pendidikan yang membutuhkan guru, dalam semua tingkat pendidikan - entah dasar, menengah, atau tinggi. Pengorbanan dan kesukarelaan Guru sebagai tenaga pendidik bagi gen. muda akan diberi intensi dan tunjangan yang sedikit lebih istimewa daripada Pegawai Negeri (dan keputusan ini sudah diterima dan disepakati secara bulat dan utuh oleh negara tanpa suara sumbang secuil apapun). 

Para Tenaga Pengajar dengan status 'honorer' tidak akan diancam untuk 'dihapus' seperti isu-isu media yang pernah beredar di negara tetangga. Sebaliknya, kalian akan diberi pelatihan khusus sebagai tenaga penunjang akademik alternatif jangka-panjang oleh Kementerian Pendidikan dengan label istimewa 'Pejuang Pendidikan' meski tingkatannya agak sedikit di bawah gelar 'Doktor' yang S3 itu dan 'Magister' yang S2. Sebab, tidak menutup kemungkinan bahwa tidak semua orang ingin menjadi guru karena dianggap "terlalu berat" dengan 1001 alasan.

Namun dengan upah yang 'tidak dicanda-tawakan' oleh segelintir kaum skeptik/haters negara (yang kerap mengeluh karena gaji pas-pas an), Anda sudah menunjukkan semangat untuk membangun karakter generasi penerus bangsa dan Tanah Air Internet kita tercinta. Kurang lebih, visualisasi rancangan dan penerapan sistem ter-update ini mampu menunjang pertumbuhan dan perkembangan Pendidikan di negara ini, bagi masyarakat dan para proklamator masa depan untuk menuntaskan kolonialisme purba teoritik yang kerap mempersenjatai ilmu pengetahuan dengan seperangkat operasional 'ilmiah' sehingga menjadi bom atom bagi zona praktik berpikir konseptual yang lebih maju. 

Ilmu pengetahuan sebenarnya tidak mampu memperbudak manusia, tetapi manusia lah yang terlalu 'polos' untuk mengikuti prosedural-akademik yang 'mengekang kreativitas berteori dan berpraktik ilmiah' manusia pada tataran praktis-kontekstual. Jadilah 'tanah liat' yang kemudian akan menjadi 'batu sandaran' bagi fondasi bangunan Negeri ini sebagai bukti Anda, saya, dan kita semua mencintai Tanah Air Internet kita ini. Sekian!

______________

Surat Edaran Resmi Menteri Pendidikan "IDEALIS" bagi Masyarakat Tanah Air Internet Tercinta yang berisi sebagai berikut:

Ada satu tingkatan pendidikan "khusus" yang sudah dirancang dan dipersiapkan bagi siapa saja yang ber-KTP Warga Negara Tanah Air Internet yang pada zaman kolonialisme pendidikan zaman purba dari negara tetangga dianggap 'terpaksa' (dan mungkin 'dipaksa' untuk bersekolah) demi memenuhi ekspetasi keluarga dan masyarakat, yang mungkin juga hanya sebagai bentuk pelarian dari 'penunjang sertifikat istimewa' yang dikenal dengan ijazah kuno, namun belum kunjung mendapatkan pekerjaan selama ini, akan kami tunjang dengan perubahan curriculum vitae Anda.

Yakni dengan menambahkan status riwayat pendidikan terakhir dengan form yang sedikit istimewa, yakni tingkat satuan pendidikan buruh dan tenaga kerja, sebagai bentuk revolusi keadilan bagi masyarakat yang merasa 'dikhianati' oleh sistem pendidikan yang gagal pada zaman dahulu kala untuk menjadikan Anda sebagai 'batu bangunan' bagi bangsa tercinta ini.

Dengan demikian, Anda sekali lagi diizinkan untuk mengikuti pendidikan khusus pada taraf semi-adaptif, antara metode pematerian pendidikan semi-tingkat menengah atas dan pengaplikasian metode berpikir dan bertindak pada taraf semi-perguruan tinggi. 

Harap Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementeriaan Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, serta lembaga-lembaga negara yang terkait dengan itu semua diminta untuk turut berkontribusi penuh dalam memenuhi kebutuhan masyarakat kita sendiri demi kesejahteraan seluruh lapisan kehidupan makhluk berakal budi di negara kita yang tercinta ini - dengan kami, Kementerian Pendidikan "IDEALIS" Negara Tanah Air Internet, sebagai kepala utama penanggung jawab penuh atas kebijakan dan implementasi yang nyata ini. 

Bukan sekadar berkoar-koar seperti para pemimpin di negara tetangga - memimpin cuman pake strategi 'hitam di atas putih', praktik kerja-nyata dipermainkan dengan menciptakan kritik yang awalnya dijadikan sebagai alat pendukung kinerja yang konstruktif justru diprovokasi oleh masyarakat (yang suka senyum dengan notifikasi m-banking atau e-wallet di sosmed sebagai cuan buat 'beli rokok') melalui kecacatan moral dalam menafsirkan produk media berita (dan bisa saja memang rancangan 'media massa'), serta oknum-oknum yang "bebas-bersyarat" (tidak meremehkan kinerja kerja nyata pemerintah).

karena kata-kata dan tulisannya yang cenderung ilmiah, teoritik, dan valid (sah) secara akademik yang secara 'gratis' diterima dan diwartakan oleh media tetapi gagal menciptakan pemahaman bagi seluruh lapisan masyarakat di tanah mereka sendiri bahwa negara tetangga senantiasa 'tidak ada yang beres' padahal oknum-oknum ini justru kalau berdiri di posisi yang di-kritik PASTI PASTI PASTI PASTI DAN PASTI GAGAL 1001% dalam menanggulangi kompleksitas persoalan yang terjadi di negara tetangga itu sendiri (ngomong doang kok tapi strategi bacotan-nya mentok di kertas doang, nggak lebih). 

Jika Anda dan saya menginginkan Pendidikan sebagai sebuah harta-warisan intelektual yang tak tergantikan, jangan biarkan masing-masing kementerian 'dicekik' oleh situasi yang sarat akan konflik kepentingan kolektif. Kita mulai merevolusikan negara kita ini dengan mengolaborasikan peran kita masing-masing sebagai pelengkap satu dengan yang lain, bukan bersaing menjadi yang terbaik "sesuai" konstruksi berpikir neokolonialisme-kapitalisme modern

Kita ciptakan 'demokrasi nasional' yang sesungguhnya - bukan demokrasi ala negara-negara Barat seperti yang Anda baca berabad-abad di buku pelajaran dan percaya bahwa itu adalah 'demokrasi praktis' - merupakan cita-cita yang pada zaman dahulu kala hanya diwarnai dengan spekulasi teoritik yang men-cap apa yang sudah saya rancang dan siap diterapkan hanya sebagai "idealisme" belaka. Bukan demi kabinet ini atau itu, tetapi demi anak Anda, anak saya, anak mereka, dan anak KITA SEMUA sebagai "anak-anak" dari ibu pertiwi Tanah Air Internet Kita Tercinta Ini. Saya siap! Anda siap? Kita siap? Kalian siap? Mari kita bergerak?!!! Salam.

*translated by 404 - found on Jan, 19th, 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun