Sebagai sebuah kisah akademik yang memotivasi sekaligus mendidik para generasi muda agar mampu menciptakan produk praktis nan kontekstual sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat dan bangsa. Kurikulum hanya akan menjadi acuan pendukung dalam suatu tingkatan pendidikan tertentu, bukan hanya sekadar "target SK dan KD yang terpenuhi sesuai kalender Romawi dan jam digital".
Tetapi sebagai pedoman apa yang dapat saya bagi kepada mereka, para gen. muda dari segi teori, sesuai dengan konteks, dan memungkinkan apa yang baru, sah, dan valid mampu memicu rasa ingin tahu dari para gen. muda bangsa - bagaimana bapak/ibu guru bisa membuat sebuah bahan pelajaran seperti itu? kok mirip ya dengan aktivitas saya setiap hari? apa yang saya pelajari kok bisa ya jadi gampang? (mis. kisah anak murid curhat kepada guru, orangtua atau temannya).
Progres pemahaman psikologis dan mentality gen. muda adalah dengan 'mempraktekkan ulang' apa yang Anda nikmati selama masa Pendidikan - bagian mana yang membuat Anda begitu menyukai bidang akademik itu sehingga berani menekuninya sampai pada level ini. Sistem adoptif sibernetika-neural seperti ini, akan menciptakan autopoietika belajar-mengajar yang sangat menyenangkan, baik bagi para pengajar maupun bagi para pelajar (yang satu semi-fanatik, yang lain menikmati ilmiah-praktisnya sebuah produk bidang ilmu pengetahuan).
Filsafat adalah 'landasan dasar dan akar dari semua ilmu pengetahuan', sehingga menjadi materi wajib dalam sistem pendidikan tingkat ini. Kemampuan nalar dan intelektual akademik akan diuji di lapangan pada tingkatan advanced. Anda harus meyakinkan semua orang bahwa Anda mempunyai inteligensia skills dalam menginterpretasikan 'kegunaan Anda' secara praktis mutlak bagi Bangsa dan Negara Tanah Air Internet ini.
Jika Anda murni ingin menjadi seorang ilmuwan dan peneliti, lakukanlah pendalaman moral terlebih dahulu - ini sesuatu yang lebih dari pada menghindarkan Anda dari sekadar penyakit 'mempermainkan teori sebagai bahan dasar pertimbangan' di antara sekian banyak kemungkinan teori yang relevan. Di samping itu, Psikologi adalah 'perbekalan kuat' yang mendongkrak filsafat agar mampu diintegrasikan dengan 'standar kemampuan' personal dan kolektif yang akan dibina dan dididik. Filsafat dan Psikologi akan menjadi 'dua fokus penambal modal penggerak' Guru agar tidak hanya bergerak sebagai robot pendidikan yang kerap berjalan sesuai formalitas, tetapi juga terpaut pada landasan pendidikan berwarna psikologi - sebuah tolak ukur penunjang kemampuan akademik sekaligus memahami bagaimana gen. muda belajar untuk menjadi personal yang lebih kompeten sesuai 'limit' dan kapasitasnya pada taraf yang lebih 'ahli'.
Anda harus menentukan secara jelas dan pasti, teori apa dan mana yang paling cocok dan sah serta punya daya pemecahan masalah paling efektif terkait situasi tersebut.
Tekniknya tidak seperti praktik KKN sejenis di negara tetangga pada level ngejar sarjana S1, yang lebih banyak menghabiskan waktu dan anggaran Pendidikan untuk membuat "rangkuman hasil penelitian lapangan" yang katanya jaman now lebih banyak 'update'an story-story di sosmed biar dibilang keren. Ini lebih kepada penerapan langsung atau realtime-theory implementation yang Anda ciptakan di jenjang S2 dalam situasi yang sekiranya 'identik' dengan konteks kasus yang Anda 'predestinasi'kan dalam tulisan Anda sendiri.
Hasil penerapan teori itu sejatinya harus sesuai dengan hipotesis tingkat advanced yang anda persiapkan secara matang. Kegagalan atau Keberhasilan Anda dalam menginterpretasikan dan mengimplementasikan 'teori baru' atau 'teori yang sudah ada' menjadi "kunci akhir" dari perjuangan mencapai puncak tertinggi dalam strata akademik yang telah disediakan oleh sistem ini - Anda layak atau tidak menjadi seorang GURU bagi semua orang.
Bukan hanya peneliti saja, tetapi semua pihak yang berada di zona perjuangan meraih gelar Doktoral harus membuktikan bahwa 'teori Anda' atau 'produk Anda' layak menjadi tanda sah dan valid (sebuah bukti kerja nyata) bahwa Anda adalah GURU Bangsa Ini. Ini berlaku bagi semua, tanpa terkecuali! Sebab, tenaga Guru yang murni adalah mereka yang secara sah telah membuktikan bahwa:
apa yang saya dapat, saya kenal - apa yang saya kenal, saya tahu - apa yang saya tahu, saya tunjukkan - dan apa yang saya tunjukkan, adalah apa yang menurut Anda, saya, kita, dan mereka adalah "benar" adanya. Itulah Prinsip Guru Sejati.
Dari perjuangan itu, Guru akan mendapatkan kunci istimewa dari Negara untuk menawarkan diri sebagai pengajar di semua tepat/lembaga pendidikan yang membutuhkan guru, dalam semua tingkat pendidikan - entah dasar, menengah, atau tinggi. Pengorbanan dan kesukarelaan Guru sebagai tenaga pendidik bagi gen. muda akan diberi intensi dan tunjangan yang sedikit lebih istimewa daripada Pegawai Negeri (dan keputusan ini sudah diterima dan disepakati secara bulat dan utuh oleh negara tanpa suara sumbang secuil apapun).