Mohon tunggu...
404 Not Found
404 Not Found Mohon Tunggu... Lainnya - 404 Not Found - 最先端の人間の推論の開発者の小さなグループ。

私のグループと私は、デジタル世界の真実を求めて舞台裏で働いている人々です。私たちは、サイバー空間に広がるすべての陰謀の背後にある真実を述べています.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ilmu Pengetahuan sebagai "Senjata Teori dan Intelektual" yang 'Menyelamatkan' sekaligus 'Menyesatkan' Manusia Indonesia

18 Januari 2023   00:01 Diperbarui: 21 Januari 2023   06:52 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://i.ytimg.com/vi/hs-jJMTjHoo/maxresdefault.jpg

Saya sebenarnya bisa melakukan counter-unstoppable argument secara praktis, tetapi saya merasa bahwa itu terlalu 'kejam' bagi seorang yang menulis cerita sepele (bagi sebagian besar pembaca) - penanggap punya argumen teoritis, tetapi terlalu idealis pada taraf praktis. Kebuntuan akan terjadi ketika orientasi sederhana dikutip dan ditransformasikan secara ilmiah - mereka senantiasa membungkus semua kisah dengan ideologi teoritis yang hampir tak terbatas - meyakinkan banyak pihak bahwa 'teori akan selalu benar' dan 'nalar adalah salah'. Kesuksesan sebuah ilmu pengetahuan sebagai senjata anti-konspirasi memuncak ketika terciptanya sebuah media pendukung (yang sampai hari ini diakui dunia akademis) yang mampu mematahkan banyak konsep 'liar' yang dikenal dengan buku yang mempunyai nilai atau sifat ilmiah. 

Catatan Penutup

Satu catatan lagi tentang counter-unstoppable argument yang tidak saya lontarkan sebagai sistem 'nuklir tingkat tinggi' kepada salah satu pembaca yang memperdebatkan tulisan saya adalah:

Apa yang telah Anda lakukan untuk daerah Anda? mewartakan teori? tetapi kenapa semakin lama, di daerah Anda semakin rawan bencana manusia? bencana buatan manusia juga ada? itu pada moral-moralnya hilang kemana? terlalu cerdas kah? atau terlalu teoritis kah? kasus-kasus yang mewarnai fakta-fakta atmosfer moralitas di daerah Anda kenapa di media lisan kerap terdengar berita yang tidak menyenangkan, tetapi kenapa Anda berada di sini dan mencoba 'membingkiskan' kisah yang saya ceritakan sebagai sebuah diary kemudian menjadi bahan perdebatan? kenapa tidak Anda mencoba menerapkan teori-teori ilmiah dan akademik itu di daerah Anda? tidak kah itu lebih praktis bagi hidup Anda? saya bercerita bukan untuk meyakinkan bagi saya atau bagi orang lain, dan hanya sekedar sharing. Saya tidak pernah membuka forum ilmiah di dalamnya, tetapi otoritas ilmu pengetahuan macam apa yang membuat Anda mencoba "meluruskan" (secara ilmiah) apa yang saya kisahkan secara "lurus" (menurut nalar saya)? seribu-satu-kata yang Anda wartakan secara ilmiah dan teoritis tidak akan mampu merubah seorang manusia yang secara sadar tidak ingin mewarnai daya berpikirnya dengan teori-teori-teori-teori-teori-teori... Anda tidak akan dapat mem-barter nalar saya dengan teori Anda yang sudah ramai di "pasaran" (sekolah, red.). Artinya saya bukan tidak butuh teori atau sekolah, tetapi momen ini adalah momen bercerita, bukan bertarung argumen. Haruskah saya mendefinisikan apa itu momentum secara etimologis, ontologis, atau menurut beberapa ahli agar Anda percaya bahwa saya juga punya pembekalan teori tertentu meski tidak secerdas Anda.

Mungkin inilah alasannya kenapa banyak sekali orang-orang pintar dan cerdas kerap menyalah-artikan setiap situasi dengan momentum akademik. Anda layak di dunia akademik, tetapi Anda siap 'terancam' untuk dijauhi karena kepekaan Anda yang terlalu 'tebal' - Anda masih 'belum layak' menghadapi situasi praktis dalam lingkungan pergaulan yang tidak se-frekuensi. Jangan berkilah, jangan membela diri. Anda sebenarnya tidak pantas berargumen 'di atas kopi panas' yang diseduh saat gerimis mengundang (situasi santai dan non-akademis). Anda telah dijerat oleh ilmu pengetahuan yang menyesatkan - Anda mencoba mendefinisikan kisah saya dengan konspirasi dalam ilmu pengetahuan ciptaan Anda sendiri dan menuduh seolah saya lah yang menciptakan ruang untuk berargumen (padahal sudah ada footnote "saya tidak peduli").

Saya akan sangat meragukan dan bahkan skeptis dengan pengalaman praktis kehidupan Anda ke depan (tanpa melibatkan aspek akademik sama sekali) di mana Anda yang merasa begitu dominan di zona akademik akan menjadi obyek 'minoritas' di tengah masyarakat karena mereka enggan membahas sesuatu yang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi praktis yang secara teoritis bisa saja hanya mentok dan berhenti pada "hitam di atas putih" (tulisan semata). Saya tidak akan menyajikan topik untuk 'telinga dan mata' Anda secara khusus, karena 'terlalu berbahaya' dan dapat merusak frekuensi psikologi lingkungan sekitar karena gelombang pikiran Anda terlalu 'abstrak' untuk ditangkap oleh dinamika prosesor otak para pendengar atau pembaca lain yang tidak sinergi sama sekali. Belajarlah menyeimbangkan frekuensi otak Anda agar secara moral dan situasional agar Anda tidak hanya mengenal buku dan bongkahan-bongkahan teori yang notabene belum tentu semua kalangan dapat mengunyah dan mencernanya.

Berhati-hatilah, sebab ilmu pengetahuan pada taraf tertentu dapat menjadi candu psikologi yang secara tidak sadar dapat membutakan kepekaan Anda sebagai seorang manusia yang butuh sosialisasi dengan manusia lain - Anda akan menciptakan 'instrumen pengacau' dari diri Anda sendiri dan membuat orang lain tidak dapat merasakan kenyamanan. Sebab, Anda menjadikan ilmu pengetahuan bukan hanya sebagai landasan teoritis pada taraf pembekalan kontekstual dalam menghadapi situasi praktis, tetapi Anda menjadikannya sebagai "Tameng dan Pedang" untuk menyelamatkan diri Anda dari kesalahan demi mencapai kebenaran serta secara tidak sadar 'menyesatkan'  diri Anda sendiri dalam konteks situasional yang tidak se-frekuensi - orang lain merasa 'terancam' dan Anda 'merasa menang' dengan kekuatan Anda - dan itu adalah kebutaan moral paling ironis yang pernah saya jumpai dalam menghadapi seorang individu. 

*translated by 404 - found on Jan, 17th, 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun