Ketika "inner child" tidak dikenali, diabaikan, atau terlantar hingga "mati" secara psikologis, dampaknya bisa sangat dalam dan merusak pada berbagai aspek kehidupan individu, baik secara emosional, psikologis, maupun sosial. "Inner child" yang terabaikan sering kali mengacu pada bagian diri yang mengandung emosi, ingatan, dan pengalaman masa kecil yang tidak terselesaikan. Ketika aspek ini diabaikan dalam jangka waktu lama, dampaknya meluas, menciptakan berbagai bentuk ketidakseimbangan dalam kehidupan dewasa. Berikut adalah dampak-dampak spesifik yang bisa muncul:
"Perasaan Terasing dan Kehilangan Diri"
"Inner child" adalah sumber dari banyak aspek diri kita yang murni, seperti kreativitas, spontanitas, dan rasa ingin tahu. Ketika inner child diabaikan, kita bisa merasa terputus dari bagian diri yang sejati, yang berujung pada "perasaan terasing" dan kehilangan identitas. Seseorang mungkin merasa tidak lagi mengenal dirinya sendiri, merasa kosong, hampa, atau tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Ini sering kali menciptakan ketidaknyamanan emosional dan ketidakpuasan yang mendalam.
"Kehilangan Keaslian"
Tanpa inner child yang sehat, seseorang dapat merasa kehilangan koneksi dengan sifat alaminya. Kehilangan keaslian ini membuat individu berusaha keras memenuhi harapan orang lain, tetapi sering kali merasa tidak utuh dan hidup tanpa arah yang jelas.
"Disonansi Internal"
Ketika inner child terlantar, terjadi "disonansi internal" atau ketidakselarasan antara kebutuhan emosional batin dan realitas eksternal. Ini bisa menyebabkan konflik batin yang konstan dan rasa ketidaknyamanan yang sulit dijelaskan.
"Kecemasan dan Depresi"
Salah satu dampak paling umum dari inner child yang terlantar adalah munculnya masalah "kecemasan" dan "depresi". Inner child sering kali menyimpan trauma masa kecil atau perasaan tidak dicintai, dan ketika ini tidak diakui atau diproses, perasaan tersebut akan terus mengganggu kesejahteraan emosional seseorang di masa dewasa. Akibatnya, individu mungkin merasa tertekan, gelisah tanpa sebab yang jelas, atau bahkan mengalami kesulitan menikmati hidup.
"Kecemasan Berkelanjutan"
Seseorang dengan inner child yang tidak dikenali mungkin selalu merasa cemas atau takut akan penolakan, kegagalan, atau penghakiman. Ini berasal dari luka masa kecil yang tidak terselesaikan, seperti merasa tidak aman, tidak cukup baik, atau tidak berharga.
"Depresi yang Mendalam"
Karena inner child adalah sumber sukacita alami, kreativitas, dan harapan, kehilangan koneksi dengannya bisa menyebabkan "depresi". Individu mungkin merasa sulit menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana, kehilangan motivasi, atau merasa kehidupan tidak memiliki makna.
"Pola Hubungan yang Tidak Sehat"
Ketika inner child tidak dikenali dan terlantar, dampaknya sering kali terlihat dalam "pola hubungan yang tidak sehat". Inner child menyimpan kebutuhan akan cinta, perhatian, dan penerimaan, dan ketika kebutuhan ini tidak dipenuhi atau diabaikan, seseorang cenderung mencari validasi dari luar dengan cara yang tidak sehat.
"Ketergantungan Emosional"
Seseorang mungkin menjadi "tergantung secara emosional" pada orang lain, mencari validasi dan cinta yang tidak pernah mereka terima di masa kecil. Hal ini dapat menyebabkan pola hubungan yang penuh ketergantungan, di mana individu merasa tidak lengkap atau tidak aman tanpa kehadiran pasangan atau orang terdekat.
"Mengulangi Pola Trauma"
Inner child yang terluka sering kali membawa kita untuk "mengulangi pola trauma masa kecil" dalam hubungan dewasa. Seseorang mungkin secara tidak sadar memilih pasangan yang memperlakukan mereka dengan cara yang sama seperti orang tua atau figur otoritas di masa kecil yang menyebabkan luka batin. Pola ini bisa menciptakan siklus hubungan yang menyakitkan, seperti hubungan yang penuh konflik atau kekerasan.
"Sulit Membentuk Koneksi Emosional"
Di sisi lain, individu dengan inner child yang terluka mungkin merasa "sulit untuk terhubung secara emosional" dengan orang lain. Mereka mungkin menjaga jarak, takut disakiti, atau tidak mempercayai orang lain karena luka masa kecil yang masih membekas.
"Perilaku Tidak Dewasa dan Tidak Seimbang"
Inner child yang terlantar sering kali mempengaruhi "perilaku dewasa". Seseorang mungkin terjebak dalam pola perilaku "tidak dewasa", karena emosi dan kebutuhan batin yang tidak terpenuhi terus berpengaruh tanpa disadari.
"Regresi Emosional"
Dalam situasi stres atau konflik, seseorang mungkin bereaksi dengan cara yang tidak proporsional atau tidak sesuai dengan usianya---misalnya, menangis tanpa sebab yang jelas, marah berlebihan, atau mengalami tantrum layaknya anak-anak. Ini disebut "regresi emosional", di mana individu kembali ke pola perilaku masa kecil karena inner child mereka yang terluka tidak mendapatkan perhatian atau penyembuhan.
"Kebiasaan Destruktif"
Inner child yang tidak diakui sering kali mendorong perilaku destruktif sebagai upaya untuk melarikan diri dari rasa sakit atau ketidaknyamanan batin. Ini bisa berupa perilaku adiktif seperti penyalahgunaan alkohol, narkoba, atau kecanduan lainnya yang menjadi bentuk "pelarian" dari luka emosional yang tidak diproses.
"Penghindaran Tanggung Jawab"
Ketika inner child terluka, individu mungkin menghindari tanggung jawab dewasa atau menolak berhadapan dengan kenyataan hidup. Hal ini bisa muncul dalam bentuk ketidakmampuan untuk menghadapi konflik, menghindari masalah keuangan, atau ketidakmampuan untuk berkomitmen dalam hubungan.
"Masalah Fisik dan Kesehatan Mental"
Keterkaitan antara "emosi" dan "tubuh fisik" sangat erat. Inner child yang terlantar dapat memicu masalah kesehatan fisik karena stres yang berkelanjutan dan ketegangan emosional yang terakumulasi dalam tubuh.
"Stres Kronis"
Ketika inner child yang terluka terus diabaikan, tubuh akan merespons dengan memproduksi hormon stres seperti "kortisol". Ini dapat menyebabkan "stres kronis" yang berdampak pada sistem kekebalan tubuh, menyebabkan kelelahan, insomnia, atau masalah kesehatan lainnya.
"Gangguan Psikosomatis"
Seseorang mungkin mulai mengalami "gangguan psikosomatis", yaitu kondisi fisik yang dipicu oleh masalah emosional yang tidak terselesaikan. Ini bisa berupa nyeri kronis, gangguan pencernaan, sakit kepala, atau kondisi medis lainnya yang sebenarnya berakar pada trauma emosional yang belum diatasi.
"Masalah Kesehatan Mental"
Keterlambatan dalam mengenali dan menyembuhkan inner child sering kali berkontribusi pada masalah kesehatan mental yang lebih serius, seperti gangguan kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), atau gangguan kepribadian.
"Kehilangan Kreativitas dan Rasa Ingin Tahu"
"Inner child" adalah sumber utama kreativitas dan rasa ingin tahu. Ketika terlantar, seseorang kehilangan koneksi dengan imajinasi dan kemampuan untuk menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana. Ini bisa menyebabkan hilangnya "inovasi", "kreativitas", dan "antusiasme" terhadap hidup. Individu mungkin terjebak dalam rutinitas monoton tanpa kegembiraan, kehilangan inspirasi, atau tidak mampu menghasilkan ide-ide baru.
"Kehilangan Kemampuan untuk Menikmati Hidup"
Anak batin yang sehat memberi kita kemampuan untuk menikmati hidup, merasakan kebahagiaan dari momen-momen kecil, dan menikmati spontanitas. Ketika inner child mati, kehidupan bisa terasa "kering" dan "hampa", bahkan ketika segala sesuatu di luar terlihat baik-baik saja. "Kehilangan kebahagiaan batin" ini sering kali tidak mudah dikenali, tetapi secara mendalam mempengaruhi kualitas hidup.
"Kurangnya Empati dan Keterhubungan dengan Orang Lain"
Inner child juga merupakan sumber dari empati alami, karena anak-anak secara intuitif merasakan emosi mereka dan emosi orang lain. Jika inner child terlantar, seseorang mungkin kehilangan kemampuan untuk benar-benar "berempati" dengan orang lain. Mereka bisa menjadi lebih terputus dari lingkungan sosial, sulit memahami perasaan orang lain, dan mungkin mengalami hubungan yang datar atau dangkal.
Inner child yang terlantar atau "mati" secara psikologis menciptakan berbagai ketidakseimbangan dalam hidup yang mempengaruhi kesehatan emosional, hubungan sosial, kreativitas, hingga fisik seseorang. "Penyembuhan" dan "pengakuan inner child" adalah langkah penting untuk mencapai kesehatan mental yang optimal, keseimbangan batin, dan kebahagiaan. Ketika inner child diberi perhatian, kasih sayang, dan perawatan, individu dapat menemukan kembali sukacita, kedamaian batin, dan keterhubungan yang lebih dalam dengan diri mereka sendiri dan orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H