Inner child yang terlantar sering kali mempengaruhi "perilaku dewasa". Seseorang mungkin terjebak dalam pola perilaku "tidak dewasa", karena emosi dan kebutuhan batin yang tidak terpenuhi terus berpengaruh tanpa disadari.
"Regresi Emosional"
Dalam situasi stres atau konflik, seseorang mungkin bereaksi dengan cara yang tidak proporsional atau tidak sesuai dengan usianya---misalnya, menangis tanpa sebab yang jelas, marah berlebihan, atau mengalami tantrum layaknya anak-anak. Ini disebut "regresi emosional", di mana individu kembali ke pola perilaku masa kecil karena inner child mereka yang terluka tidak mendapatkan perhatian atau penyembuhan.
"Kebiasaan Destruktif"
Inner child yang tidak diakui sering kali mendorong perilaku destruktif sebagai upaya untuk melarikan diri dari rasa sakit atau ketidaknyamanan batin. Ini bisa berupa perilaku adiktif seperti penyalahgunaan alkohol, narkoba, atau kecanduan lainnya yang menjadi bentuk "pelarian" dari luka emosional yang tidak diproses.
"Penghindaran Tanggung Jawab"
Ketika inner child terluka, individu mungkin menghindari tanggung jawab dewasa atau menolak berhadapan dengan kenyataan hidup. Hal ini bisa muncul dalam bentuk ketidakmampuan untuk menghadapi konflik, menghindari masalah keuangan, atau ketidakmampuan untuk berkomitmen dalam hubungan.
"Masalah Fisik dan Kesehatan Mental"
Keterkaitan antara "emosi" dan "tubuh fisik" sangat erat. Inner child yang terlantar dapat memicu masalah kesehatan fisik karena stres yang berkelanjutan dan ketegangan emosional yang terakumulasi dalam tubuh.
"Stres Kronis"
Ketika inner child yang terluka terus diabaikan, tubuh akan merespons dengan memproduksi hormon stres seperti "kortisol". Ini dapat menyebabkan "stres kronis" yang berdampak pada sistem kekebalan tubuh, menyebabkan kelelahan, insomnia, atau masalah kesehatan lainnya.