Mohon tunggu...
M. Fatah Mustaqim
M. Fatah Mustaqim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Membaca dan menulis apa saja yang terlintas di pikiran

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Tantangan Gerakan Mahasiswa Hari Ini, Sebuah Otokritik dan Pembaruan Peran Sosialnya

16 November 2023   08:00 Diperbarui: 21 November 2023   03:45 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laju perkembangan kemajuan zaman saat ini menuntut gerakan mahasiswa lebih responsif menjawab tantangannya. 

Responsif di sini lebih dimaknai sebagai upaya pembaruan peran sosial gerakan mahasiswa di tengah tantangan zaman kini yang semakin maju namun juga dirundung begitu banyak persoalan. 

Meski demikian, hingga kini kapasitas gerakan mahasiswa dalam mengupayakan pembaruan peran sosialnya di tengah tantangan zaman belum juga terlihat secara kualitatif (substansial). 

Pola gerakan mahasiswa cenderung menggunakan referensi model gerakan di masa lalu yang sudah usang. Gerakan mahasiswa saat ini seringkali masih tampak bergerak sporadis dan reaksioner dalam menanggapi berbagai isu yang berkembang.

Seringkali gerakan mahasiswa lebih terdorong gerakan sesaat yang cenderung reaktif-kasuistis dalam merespons persoalan. 

Bahkan muncul kecenderungan bahwa gerakan mahasiswa tidak lagi dipandang sebagai bagian dari kelompok sosial yang mampu memberikan sumbangsih buah pikir dalam merumuskan suatu persoalan. 

Bahkan kini tidak sedikit masyarakat kita yang telah memandang gerakan mahasiswa dengan kesan (stereotipe) negatif sekedar kelompok demonstran jalanan yang seringkali berujung pada tindakan anarkistis. 

Tak bisa dipungkiri bahwa pasca reformasi, gerakan mahasiswa cenderung mengalami defisit gagasan dan cenderung kurang populer di kampus-kampus, terutama bagi para mahasiswa baru (maba) karena dianggap terlalu serius dan berat.

Dari segi kuantitas, jumlah anggota gerakan mahasiswa dari tahun ke tahun pun terus mengalami kemerosotan. Bahkan, dalam setiap agenda rutin, mereka masih saja berkutat dengan persoalan keterbatasan keuangan dan masalah-masalah teknis mendasar lainnya. 

Sehingga "tradisi proposal" terpaksa terus berlanjut tanpa ada upaya yang cukup berarti untuk mengubah agar lebih mandiri dalam skema fund raising atau pembiayaan mandiri. 

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hingga kini gerakan mahasiswa masih belum beranjak dari persoalan mendasar di internalnya sendiri.

Belum Beranjak dari Utopia

Kini retorika dan wacana mengenai gerakan mahasiswa, saya pikir juga belum beranjak dari romantisme masa lalu yang meyakini peran bombastis gerakan mahasiswa sebagai pelopor perubahan tanpa melihat secara lebih seksama mengenai kondisi kapasitas gerakan mahasiswa saat ini. 

Wacana mengenai gerakan mahasiswa tersebut pada ujungnya akan berakhir sebagai slogan, jargon atau bahkan utopia semata apabila berkaca pada kondisi nyata gerakan mahasiswa saat ini. 

Bagaimana mungkin berharap agar gerakan mahasiswa mampu berperan mengubah kondisi bangsa ini jika persoalan teknis mendasar dari-diri-mereka-sendiri-saja belum mampu mereka ubah dengan baik.

Belum lagi masalah terpecahnya persatuan diantara mereka, tidak adanya persatuan diantara gerakan mahasiswa telah mengakibatkan polarisasi gerakan mahasiswa serta pudarnya independensi gerakan mahasiswa dari berbagai tarikan (pengaruh) kepentingan politik golongan tertentu.  

Tidak adanya persatuan gerakan mahasiswa telah mengakibatkan mereka mudah sekali terpengaruh oleh tarikan kepentingan politik dari berbagai pihak di luar. 

Tidak jarang gerakan mahasiswa saat ini telah larut sekedar sebagai sekadar underbow (alat) dari kepentingan politik golongan tertentu. 

Sehingga, kini gerakan mahasiswa tidak mampu memainkan perannya sebagai eksponen independen yang punya peluang membikin perubahan sosial baru di masyarakat.

Cita-cita pembaruan peran sosial gerakan mahasiswa hanya akan terwujud apabila gerakan mahasiswa kembali bersatu minimal dalam hal isu perjuangan (keberpihakan) bersama yang mereka rumuskan sendiri. 

Dengan keterbatasan sumberdaya yang ada, sangat sulit, apabila setiap gerakan mahasiswa bergerak maju tanpa jaringan. Egosentrisme dan sikap saling curiga di antara mereka, seyogyanya tidak lagi ditonjolkan. 

Persatuan perjuangan, independensi gerakan serta pembenahan internal gerakan mahasiswa adalah syarat mutlak yang harus dimiliki apabila gerakan mahasiswa tidak mau cita cita pembaruan peran sosial mereka hanya akan menjadi utopia semata.

Dalam konteks negara demokrasi di Indonesia saat ini, gerakan mahasiswa pada level arus bawah umpamanya bisa bergerak mengupayakan pendidikan cara berpikir kritis kepada rakyat terutama pendidikan sosial dan politik terkait dengan kewajiban dan hak rakyat sebagai sebagai warga negara. 

Pendidikan yang diajarkan terutama mengenai cara berpikir dan pola-pola komunikasi yang keliru yang telah diangap lazim (biasa) ditengah masyarakat kita padahal cara berpikir dan pola komunikasi yang keliru tersebut sangat merugikan rakyat sendiri.

Iustrasi Mahasiswa. Sumber: istockphoto.com
Iustrasi Mahasiswa. Sumber: istockphoto.com

Pendidikan cara berpikir kritis bisa diamplifikasi dan disebarkan melalui berbagai saluran media dengan bekerjasama dengan pihak media maupun konten kreator tertentu. 

Sedangkan di level suprastruktur yang lebih besar, gerakan mahasiswa bisa mendorong perubahan struktural terkait dengan percepatan penerapan undang-undang yang sangat urgen serta peninjauan kembali undang-undang yang berpotensi merugikan rakyat. 

Selain itu, gerakan mahasiswa juga dapat mengupayakan terwujudnya penegakan hukum dengan mengawal setiap proses penegakannya, umpamanya.

Namun, upaya perjuangan gerakan mahasiswa tersebut hanya akan mungkin terwujud dengan baik serta memperoleh kepercayaan masyarakat apabila gerakan mahasiswa itu sendiri minimal tidak menjadi bagian dari kultur cara berpikir lama yang korup. 

Ketidakikutsertaan gerakan mahasiswa di dalam kultur cara berpikir yang korup tentu merupakan sebuah tantangan bagi gerakan mahasiswa untuk membuka lapangan perjuangan sendiri dan tidakbergantung pada siapapun selain pada kemandirian serta kewarasannya sendiri.

Mahasiswa sebagai pelopor pemuda intelektual seharusnya mampu menjadi contoh terdepan bagi rakyat secara umum bahwa lapangan perjuangan baru yang tidak menganut kultur cara berpikir dan tindakan korup sekalipun sesungguhnya masih bisa hidup dan berkembang dengan mandiri menggapai cita cita nya.      

Maka, untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut, gerakan mahasiswa hari ini harus pula mempunyai kemampuan yang lengkap dan menyeluruh. 

Gerakan mahasiswa hari ini haruslah mempunyai kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan para elit maupun eksponen masyarakat sebagaimana dimiliki oleh angkatan gerakan mahasiswa 1966.

Gerakan mahasiswa hari ini juga harus tampil dengan otentisitas (kejujuran) aspirasi atau amanat gerakan nya serta sifat non partisannya sebagaimana angkatan 1974 dan 1978  sekaligus kemampuan dan kemauan untuk terjun langsung melakukan aksi aksi pemberdayaan dan advokasi konkret di masyarakat sebagaimana gerakan mahasiswa angkatan 1980-an.

Di samping aksi aksi konkretnya di masyarakat, gerakan mahasiswa angkatan 1980 an juga tetap menjaga keseimbangan semangat gerakan aksi-refleksinya melalui kedalaman pemikiran intelektual dalam diskusi diskusi publik di kampus. Serta yang terakhir ialah independensi gerakan serta kepemimpinan yang lebih terbuka sebagaimana dimiliki gerakan mahasiswa angkatan 1998.

Kelengkapan kemampuan yang menyeluruh haruslah dimiliki oleh gerakan mahasiswa saat ini sebagai bekal utama untuk menjawab tantangan jaman mulai dari tingkat lokal hingga nasional. 

Apabila gerakan mahasiswa tidak mampu menjawab tantangan jaman yang semakin kompleks saat ini maka gerakan mahasiswa lambat laun akan kehilangan signifikansi peran nya di tengah masyarakat.

Apalagi jika di tingkat lokal saja mereka (gerakan mahasiswa) tidak mampu memecahkan persoalan yang ada, bagaimana mungkin kita akan berharap gerakan mahasiswa mampu merubah kondisi bangsa dan negara yang besar dengan segala persoalan nya yang sangat rumit saat ini? 

Tetapi sebaliknya, apabila gerakan mahasiswa mampu menjawab tantangan tantangan jaman yang ada saat ini minimal di lingkungan terdekat mereka sendiri, maka gerakan mahasiswa tidak akan pernah kehilangan elan vital nya sebagai gerakan moral yang akan dikenang abadi di tengah masyarakat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun