Belum juga kasus itu reda, Pakde Pete membuat ulah lagi. Kali ini ia memarahi seorang remaja yang baru saja mengumandangkan adzan. Remaja itu ditegur lantaran suara adzannya kurang bagus dan belum tepat pada waktunya. Pernah pula sebelumnya seorang remaja lain juga ditegur perihal adzan. Menurut Pakde Pete, masjid itu sudah ada muadzin khusus, jadi orang lain tak berhak mengambil alih.
Lebih dari itu, Pakde Pete pun pernah memarahi anak-anak muda yang di waktu malam tidur di dalam masjid. Alasannya mengganggu orang shalat tahajjud atau mengotori karpet karena terkena iler, atau susah dibangunkan ketika Subuh tiba.
***
Waktu terus bergulir. Perlahan tapi pasti, satu per satu anak-anak mulai meninggalkan masjid. Mereka lebih memilih shalat di rumah atau pindah ke masjid lain. demikian halnya dengan sebagian dari para orang tua mereka. Para remaja pun enggan ke masjid. Mereka lebih suka nongkrong di gardu, kumpul di jembatan, atau menghabiskan waktu di warnet atau bermain PS.
Tak ada lagi anak-anak yang belajar mengaji di masjid itu. Tidak pula ada remaja yang mau mengumandangkan adzan. Masjid tak lagi menjadi tempat yang menarik bagi mereka. Kecuali kenangan sekaligus trauma akan sosok seorang horor yang seram nan menakutkan. Waktu shalat Jum’at sepi, pengajian akbar juga sunyi.
Tiada lagi yang peduli dengan masjid megah dan luas itu. Angker. Sepi. Kotor. Masjid tak lebih hanya seonggok bangunan mati. Redup. Simbolisme keagamaan yang tanpa nyawa. Tiada lagi terdengar canda-tawa, teriakan, jerit-tangis, kegaduhan. Semuanya memalingkan muka, semuanya menutup telinga, semuanya menjauhkan langkah.
Sang imam tersadar dari lamunan panjangnya. Ia baru menyadari para jamaah di hadapannya telah pulang. Tak terasa, bulir-bulir kecil membasahi pipinya yang kian menua dan berkerut. Penyesalan mulai memenuhi ruang jiwanya. Bayangan wajah anak-anak yang dulu ia omeli kian meremukkan batinnya.
[1] Membeli dengan cara borongan ketika buah masih di pohon
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H