Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Teroris Masjid

18 Januari 2017   09:03 Diperbarui: 18 Januari 2017   09:07 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

“Kalau rame terus mending tidak usah ke masjid!” bentak Pakde Pete dengan keras dan kasar, ketika selama shalat berjamaah ia mendengar anak-anak berisik tiada henti, pada suatu malam. Sepertinya emosi dan kekesalannya telah mencapai puncaknya kali ini.

Sekalipun masih anak-anak, mereka juga mempunyai hati. Salah satu dari mereka melaporkan kepada orang tuanya.

Akhirnya si orang tua terhasut juga. Ia menemui Pakde Pete dan melakukan protes.

“Daripada mengganggu kekhusyukan beribadah, lebih baik mereka di rumah saja”, bantah Pakde Pete memberi alasan.

“Tapi tidak begitu caranya Pakde. Mengingatkan anak-anak harus pelan-pelan dan dengan cara yang lembut”, sangkal si orang tua.

“Dikerasin saja mereka tak menggubris apalagi dengan lemah-lembut”, sahut Pakde Pete masih membela diri.

“Namanya juga anak-anak Pakde, kalau dikeras terus mereka malah semakin membandel. Kita harus sabar mendidik mereka”

“Kalau bapak tidak suka, anak bapak boleh pindah ke masjid lain!” gertak Pakde Pete tegas.

Si orang tua terperanjat. Mulutnya ternganga. Ia tak menyangka akan memperoleh jawaban seperti itu. Apakah Pakde Pete belum pernah memiliki anak atau cucu. Apakah Pakde Pete juga tak pernah berpikir bahwa anak-anak inilah nantinya yang akan menjadi generasi penerus atau pewaris masjid ini.

Kabar protes si orang tua kepada Pakde Pete segera menyebar. Orang-orang dusun mempergunjingkannya. Pro-kontra menjadi opini keseharian baik di masjid maupun di kampung. Suasana masjid menjadi panas dan tegang. Banyak yang menyesalkan ucapan dan tindakan Pakde Pete yang dirasa telah melampaui batas. Tapi ada sebagian yang membelanya, terutama dari kalangan keluarga dan sanak-familinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun