Mohon tunggu...
Muhammad Saefudin
Muhammad Saefudin Mohon Tunggu... karyawan swasta -

HAMBA ALLAH yang sedang mempunyai cita-cita ''ingin menjadi tukang cukur rambut presiden mancanegara''.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terima Kasih

20 Mei 2013   00:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:19 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ibu memelukku tak tahu rasa seperti di surga

Dikemudian tahun-menahun Ibu pergi tanpa jasadi

Hatiku telanjang tak tahu tentang kematian

Kuterima secarik kertas berwarna kuning lalu kusimpan rapi

Tertulis surat kematian dengan kilatan pena legam

Disini aku menatap diriku dalam balutan pilu

Naluriku berbaring lemah di hari ke empat puluh

Kau yang telah menyandang Almarhumah

Kukenang sebaik-baiknya kenangan terindah

Tetesan keringat bukti tanda pengabdianku

Adakah daun-daun yang menguning tak pernah berjatuhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun