Pada akhirnya, Uni Soviet dikalahkan oleh Taliban di Afghanistan. Soviet runtuh pada tahun 1991, dan Taliban yang terlanjur begitu kuat mengambil alih pemerintahan Afghanistan di tahun 1996. Namun di tahun 1991, Saddam Hussein dari Irak menyerang Kuwait dan mengancam untuk melancarkan invasi ke Arab Saudi jika kerajaan tersebut nekad menentang Saddam.
Hal ini membuat murka negara-negara Arab lainnya. Bin Laden yang kini memimpin al-Qaida (salah satu sayap Taliban) menawarkan jasanya kepada Raja Saudi untuk melancarkan “Jihad” melawan Saddam Hussein, yang malah ditolak oleh Pemerintah Saudi. Arab Saudi dan sekutu Teluk-nya justru memilih AS sebagai juru selamat mereka. Alhasil, jutaan pasukan “kafir” AS yang menginjakkan kaki di Jazirah Arab membuat Bin Laden murka dan sakit hati, hingga ia bersumpah ingin melawan hegemoni AS dan Barat di negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim.
II. Irak
Setelah Saddam Hussein lengser, AS mendirikan pemerintahan Irak yang baru. Namun hal ini menjadi fenomena unik, sebab di Era Saddam Hussein, aspek sosial-politik Irak didominasi oleh suku Arab beragama Islam Sunni. Pemerintahan Irak Pasca-Saddam didominasi oleh suku non-Arab (Kurdi) dan Arab Syi’ah. Suku Kurdi banyak yang menjadi Presiden Irak Pasca-Saddam, seperti Fuad Masum dan Jalal Talabani. Perdana Menteri Irak didominasi oleh Arab Syi’ah, seperti mulai dari Iyad Allawi, Ibrahim al-Jafari, Nuri al-Maliki, hingga yang kini dijabat Haider al-Abadi.
Awalnya, tujuan utama mereka sekedar mendirikan negara Islam di Irak dan Suriah, kemudian setelah bertambah kuat, tujuan ISIS dibesarkan menjadi seluruh Timur Tengah. Pada tahun 2014, ISIS menaikkan level tujuan mereka untuk mendirikan sebuah kekhalifahan di seluruh dunia.
4 ALASAN ISIS LEBIH BERBAHAYA
1. Membunuh umat Muslim adalah tujuan, bukan hanya “collateral damage”
Ketika melancarkan serangan bom bunuh diri, al-Qaida hampir selalu menargetkan lokasi yang menjadi simbol atau berfungsi mewakili kepentingan Barat dan AS. Muslim yang terbunuh dianggap sebagai resiko yang harus dibayar untuk mencapai tujuan mereka (collateral damage). ISIS, di lain pihak, secara terang-terangan ingin menghukum seluruh umat Muslim yang tidak setuju dengan mereka. Uniknya, hal ini menjadi motivasi mereka untuk melancarkan serangan bom di Sarinah.