Mohon tunggu...
M. Khaliq Shalha
M. Khaliq Shalha Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat literasi bersama anak didik

Pustakawan MTs Al-Wathan Sumenep

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Problema Filosofis Dalam Pendidikan Modern

28 November 2014   09:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:38 1328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Memasuki abad ke-20 M juga muncul teori-teori pendidikan yang menurut Brameld diklasifikasikan menjadi empat aliran: Progressivisme, Esensialisme, Perenealisme, dan Rekonstruksionisme.[10] Progresivisme berpendirian bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar untuk menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang bersifat menahan atau menggancam keberadaan manusia dalam usahanya untuk mengalami kemajuan (progres). Sedangkan sarana utamanya untuk memperoleh pengetahuan adalah pengalaman yang dibantu dengan kecerdasan.Esensialisme berpendirian bahwa pendidikan berfungsi sebagai pemelihara kebudayaan, karena itu pendidikan harus didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.

Sedangkan Perenealisme muncul sebagai reaksi terhadap kebudayaan manusia yang sedang krisis. Aliran ini memberikan pemecahan dengan jalan kembali pada prinsip umum yang telah menjadi dasar tingkah laku dan perbuatan zaman kuno dan abad pertengahan. Dalam arti, kepercayaan-kepercayaan aksiomatis mengenai pengetahuan, realitas dan nilai dari zaman ke zaman tersebut. Berbeda dengan Perenialisme yang memilih jalan kembali kepada prinsip umum yang telah menjadi dasar tingkah laku dan perbuatan zaman kuno dan abad pertengahan, maka Rekonstruksionisme ingin merombak tatanan hidup kebudayaan yang sama sekali baru, melalui lembaga dan proses pendidikan yang dipandang sebagai suatu kebutuhan mendesak untuk kepastian bagi kebudayaan zaman modern sekarang ini.

D.DAMPAK NEGATIF DAN ALTERNATIF JALAN KELUARNYA

Pendidikan dan kehidupan adalah dua hal yang identik tak terpisahkah, bagaikan air dengan ikannya. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan manusia. Demikian juga sebailiknya, berbicara tentang kehidupan manusia berarti harus mempersoalkan masalah kependidikan.

Perkembangan filsafat pendidikan sebagaimana terurai di atas dari waktu ke waktu selalu dinamis. Namun di balik itu, dalam satu sisi memiliki dampak negatif yang cukup serius. Sampai dewasa ini masalah pendidikan tetap menjadi persoalan manusia dan bangsa manapun. Jika pendidikan mengalami krisis, berarti semua orang atau bangsa di dunia ini sedang mengalami krisis kependidikan yang pasti menyebabkan krisis multi dimensi.Biladisimak secara saksama masalah pendidikan dalam masyarakat, tampak jelas bahwa komersialisasi pendidikan berbanding lurus dengan krisis moral. Hal ini terjadi karena ada pendangkalan orientasi kependidikan sebagai akibat dari sistem ekonomi pasar dunia yang material-kapitalistik ini melekat mulai dari titik kebijakan hingga pada praktik penyelenggaraan pendidikan.

Beberapa abad yang lalu, di Eropa mengalir dua arus revolusi, yaitu revolusi industri di Inggris dan revolusi politik di Prancis. Ketika dua arus revolusi ini bertemu, terbentuklah suatu sistem kekuasaan politik kolonial dan sistem perekonomian kapitalistik. Secara revolusioner pula, kedua sistem itu memfasilitasi potensi nafsu manusia baik secara individual maupun sosial, yang berkembang menjadi watak dan perilaku serakah.[11]

Revolusi industri tersebut mempengaruhi terhadap aliran filsafat pendidikan, misalnya Progressivisme.[12] Era industrialisasi pengaruhnya sangat besar atas sikap manusia terutama pada masalah-masalah kekuatan manusia atas alam dalam rangka eksplorasi alam (bumi) dan penggunaan tenaga mesin untuk produksi. Secara psikologis memberikan dasar kepercayaan pada diri sendiri di mana manusia mempu menguasai alam. Manusia mulai sensitif atas kebebasan dan kemerdekaan dalam sistem ekonomi yang didasarkan pada kompetisi dan persaingan bebas. Ujung-ujungnya akan menciptakan kepribadian manusia ke arah serakah sebagaimana disebut di atas sehingga terciptalah apa yang disebut dehumanisasi dan demoralisasi, sehingga sekarang pun masih dirasakan.

Bertitik tolak dari problematika tersebut maka perlu adanya alternatif jalan keluarnya, yaitu salah satunya merubah orientasi pendidikan. Penulis menawarkan sebuah solusinya, yaitu Ilmu Pendidikan Profetik yang diproyeksikan mampu memberikan keseimbangan bagi manusia dalam menjalankan hidupnya.

Ilmu Pendidikan Profetik penulis derivasi dari gagasan Kuntowijoyo, yaitu Ilmu Sosial Profetik. Gagasan ini muncul untuk transformasi sosial dan memberikan petunjuk ke arah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa dan oleh siapa. Oleh karena itu ilmu sosial profetik tidak sekedar merubah demi perubahan, tetapi mengubah berdasarkan cita-cita etik dan profeti tertentu. Dalam pengertian ini maka ilmu sosial profetik secara sengaja memuat kandungan nilai dari cita-cita perubahan yangdiidamkan masyarakatnya. Perubahan tersebut didasarkan pada cita-cita humanisasi/emansipasi, liberasi dan transendensi, suatu cita-cita profetik yang diderivasikan dari misi historis Islam sebagaimana terkandung dalam ayat 110, surat Ali Imran :[13]

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun