Mohon tunggu...
Elsa Veronika
Elsa Veronika Mohon Tunggu... Ilustrator - Murid DH

Cinta Indonesia :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kerajaan Islam di Timur Nusantara

5 September 2019   19:45 Diperbarui: 25 Juni 2021   16:41 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal Pinisi | http://ayokeselayar.com

Pernahkah anda mendengar Kesultanan Gowa-Tallo ? Wilayah kesultanan ini berada di Kabupaten Gowa dan sekitarnya, sering juga disebut Kesultanan Makasar.

Pada abad 16 di Sulawesi Selatan terdapat beberapa kesultanan, diantaranya Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo, dan Sindenreng. Kesultanan Gowa dan Tallo bersekutu di Tahun 1528 dan menjadi Kesultanan Gowa-Tallo atau Kesultanan Makasar. Awal mula masuknya ajaran Islam ke Makassar diperkenalkan oleh Datok Ribandang, ulama dari Sumatra Barat, pada awal abad 16.

Hal ini berdampak Raja Gowa, Daeng Manrabia (1591-1638), memeluk agama Islam dan mengubah namanya menjadi Sultan Alauddiin dan Raja Tallo. Pada masa itu kesultanan Makassar berkembang menadi negara maritimi dan salah satu karyanya dikenal dengan perahu layar lambo dan pinisi.

Baca juga : Hak dan Kewajiban Warga Negara: Pandangan Dalam Nilai-Nilai Islam serta Al Quran

Kapal Pinisi | http://ayokeselayar.com
Kapal Pinisi | http://ayokeselayar.com
Puncak kejayaan Kesultanan Makassar terjadi pada masa Sultan Muhammad Said (1639-1653) dan Sultan Hasanuddinn (1653-1669) yang dijuluki ayam jantan dari timur. 

Sultan Hasanuddin | https://brainly.co.id
Sultan Hasanuddin | https://brainly.co.id
Pada masa ini Makassar dikenal sebagai daerah perdagangan yang maju dan kekuasaannya meluas ke Flores dan Pulau Solor, Nusa Tenggara termasuk Kesultanan Wajo, Bone, Luwu, dan Sopeng. VOC pada abad 17 merasa terganggu dengan cita-cita Hasanuddin untuk menjadikan Makassar sebagai pusat kegiatan perdagangan Nusantara bagian timur karena hal ini mengganggu dan mengancam lalu lintas perdagangan VOC dari Maluku ke Batavia.

Baca juga : Hak Asasi Manusia dalam UUD dan Al-Quran

Akibatnya terjadilah perang antara VOC dan Kesultanan Gowa-Tallo pada tahun 1666-1669 yang dikenal sebagai perang Makassar. Dangan bantuan Sultan Bone, Aru Palaka, VOC (Belanda) berhasil memaksa Hassanuddin untuk menyepakati Pejanjian Bongaya (1667) yang isinya :

  • VOC memperoleh monopoli perdagangan di Makassar,
  • Belanda mendirikan Benteng di Makassar,
  • Melepaskan daerah jajahannya,
  • Mengakui Aru Palaka sebagai Raja Bone.

Setelah Hasanuddin, pimpinan Makasar diberikan kepada putranta, Mapasomba. Mapasomba selalu menetang kehadiran Belanda di Makassar, bahkan melebihi Ayahnya. Pengarahan pasukan besar-besaran oleh Belanda berhasil menghancurkan Mapasomba, sehingga Belanda berkuasa sepenuhnya atas Kesultanan Makassar.

Kehidupan sosial sehari-hari masyarakat, masyarakat diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut Pangadakkang. Masyarakat Makassar juga mengenal lapisan sosial seperti golongan bangsawan dan keluarganya disebut anakarung/karaeng dan rakyat biasa disebut maradeka dan lapisan bawah disebut golongan ata.

Baca juga : Perbandingan Warisan Kesultanan Maritim Gowa-Tallo dan Demak di Indonesia

Posisi Kesultanan Gowa-Tallo yang strategis mengakibatkan Gowa-Tallo menjadi bandar utama untuk memasuki wilayah timur yang kaya akan rempah-rempah. Kesultanan ini juga memiliki pelaut-pelaut yang tangguh yang memperkuat pertahanan laut Makassar.

Kesultanan ini juga kaya akan beras, bahan-bahan makanan yang lain, daging, dan kapur barus hitam. Kemajuan kesultanan ini disebabkan oleh :

  • Banyak pedagang hijrah ke Makassar seteah Malaka jatu ke tangan Portugis pada tahun 1511,
  • Orang-orang Makassar dan Bugis terkenal sebagai pelaut ulung yang dapat mengamankan wilayah lautnya,
  • Tersedia banyak rempah-rempah (dari Maluku).

Kesultanan Gowa-Tallo atau Kesultanan Makassar dengan kebudayaan maritimnya pernah menjadi daerah yang maju dalam perdagangan dan bahkan membuat VOC terganggu dan memerangi Kesultanan Makassar untuk mendapatkan monopoli perdagangan di wilayah Sulawesi. 

Seharusnya Makassar saat ini dapat kembali berjaya seperti di ceritakan dulu oleh para pendirinya yaitu menjadi daerah perdagangan yang maju dengan modal sejarah dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat. 

Sumber :

Ratna Hapsari, M. A. (2016). Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun