Pernahkah anda mendengar Kesultanan Gowa-Tallo ? Wilayah kesultanan ini berada di Kabupaten Gowa dan sekitarnya, sering juga disebut Kesultanan Makasar.
Pada abad 16 di Sulawesi Selatan terdapat beberapa kesultanan, diantaranya Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo, dan Sindenreng. Kesultanan Gowa dan Tallo bersekutu di Tahun 1528 dan menjadi Kesultanan Gowa-Tallo atau Kesultanan Makasar. Awal mula masuknya ajaran Islam ke Makassar diperkenalkan oleh Datok Ribandang, ulama dari Sumatra Barat, pada awal abad 16.
Hal ini berdampak Raja Gowa, Daeng Manrabia (1591-1638), memeluk agama Islam dan mengubah namanya menjadi Sultan Alauddiin dan Raja Tallo. Pada masa itu kesultanan Makassar berkembang menadi negara maritimi dan salah satu karyanya dikenal dengan perahu layar lambo dan pinisi.
Baca juga : Hak dan Kewajiban Warga Negara: Pandangan Dalam Nilai-Nilai Islam serta Al Quran
Baca juga : Hak Asasi Manusia dalam UUD dan Al-Quran
Akibatnya terjadilah perang antara VOC dan Kesultanan Gowa-Tallo pada tahun 1666-1669 yang dikenal sebagai perang Makassar. Dangan bantuan Sultan Bone, Aru Palaka, VOC (Belanda) berhasil memaksa Hassanuddin untuk menyepakati Pejanjian Bongaya (1667) yang isinya :
- VOC memperoleh monopoli perdagangan di Makassar,
- Belanda mendirikan Benteng di Makassar,
- Melepaskan daerah jajahannya,
- Mengakui Aru Palaka sebagai Raja Bone.
Setelah Hasanuddin, pimpinan Makasar diberikan kepada putranta, Mapasomba. Mapasomba selalu menetang kehadiran Belanda di Makassar, bahkan melebihi Ayahnya. Pengarahan pasukan besar-besaran oleh Belanda berhasil menghancurkan Mapasomba, sehingga Belanda berkuasa sepenuhnya atas Kesultanan Makassar.
Kehidupan sosial sehari-hari masyarakat, masyarakat diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut Pangadakkang. Masyarakat Makassar juga mengenal lapisan sosial seperti golongan bangsawan dan keluarganya disebut anakarung/karaeng dan rakyat biasa disebut maradeka dan lapisan bawah disebut golongan ata.
Baca juga : Perbandingan Warisan Kesultanan Maritim Gowa-Tallo dan Demak di Indonesia
Posisi Kesultanan Gowa-Tallo yang strategis mengakibatkan Gowa-Tallo menjadi bandar utama untuk memasuki wilayah timur yang kaya akan rempah-rempah. Kesultanan ini juga memiliki pelaut-pelaut yang tangguh yang memperkuat pertahanan laut Makassar.
Kesultanan ini juga kaya akan beras, bahan-bahan makanan yang lain, daging, dan kapur barus hitam. Kemajuan kesultanan ini disebabkan oleh :
- Banyak pedagang hijrah ke Makassar seteah Malaka jatu ke tangan Portugis pada tahun 1511,
- Orang-orang Makassar dan Bugis terkenal sebagai pelaut ulung yang dapat mengamankan wilayah lautnya,
- Tersedia banyak rempah-rempah (dari Maluku).
Kesultanan Gowa-Tallo atau Kesultanan Makassar dengan kebudayaan maritimnya pernah menjadi daerah yang maju dalam perdagangan dan bahkan membuat VOC terganggu dan memerangi Kesultanan Makassar untuk mendapatkan monopoli perdagangan di wilayah Sulawesi.Â
Seharusnya Makassar saat ini dapat kembali berjaya seperti di ceritakan dulu oleh para pendirinya yaitu menjadi daerah perdagangan yang maju dengan modal sejarah dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat.Â
Sumber :
Ratna Hapsari, M. A. (2016). Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H