Mohon tunggu...
Lydia Avry Inayah
Lydia Avry Inayah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Online Learning Communication Science '17

a flight attendant, a student, and full time mother.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Penting untuk Memahami Konflik dengan Pasangan

24 April 2021   13:55 Diperbarui: 1 Mei 2021   14:17 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bernyanyi dengan pasangan (sumber: suriya silsaksom via kompas.com)

Aku yang kesepian berharap dia seharusnya memahami bahwa aku sedang hamil dan ingin ekstra disayang. Aku ingin dipeluk. Seperti lirik lagu grup dangdut Manis Manja yang selalu earworm ditelingaku karena tetangga sebelah kerap menyetelnya :

"Aku mau dimanja-manja,
Tapi kamu cuek-cuek aja..
Aku bete dicuekin..
Aku sebel dibiarin..
Aku keki dianggurin..
Aku bete, bete, bete...."

Sejujurnya, aku tidak serta merta mengungkapkan kekecewaanku dan hanya diam saat melihatnya memunggungiku dan memainkan mobile game VainGlory. Aku dengan senjata ampuh pasif-agresifku stomping my way to the bedroom. 

Membanting pintunya lebih keras  dan menguncinya dari dalam. Suamiku bertanya ada apa dan aku menjawab tidak apa-apa. Aku memilih untuk bungkam dan membiarkannya menerka-nerka apa yang telah ia perbuat sehingga membuatku marah. Aku tidur sambil menangis. Esoknya aku merasa bersalah. 

Bersalah dengan diriku sendiri karena membiarkan konflik tadi malam berlalu tanpa menghadapinya. Bersalah dengan suamiku karena aku 'drama'. 

Aku mengakui sulit bagiku untuk mengungkapkan perasaanku karena gengsi yang terlalu tinggi. Suamiku juga bukan cenayang, ia tidak bisa menebak segala keinginan yang ada di kepalaku. Ini tidak hanya terjadi sekali-dua kali. What went wrong?

---

Seiring dengan bertambahnya tahun pernikahanku, muncul drama-drama yang membumbui hari-hari kami. Banyak yang dapat aku refleksikan disini. It is true that marriage needs abundance of patience and commitment. 

Ketika kita membicarakan konflik, tidak semuanya dapat terlihat secara kasat mata. Kita mengekspresikan ketidaksetujuan dalam berbagai cara. Ada konflik yang terbuka seperti yang sering kita lihat di sinetron---melotot, saling konfrontasi, berteriak, dan menjambak. 

Lalu ada konflik tertutup, seperti yang aku sering alami dalam drama-drama komunikasi ini. Dengan kepasif-agresifanku aku menolak mengakui bahwa aku marah, tapi jelas-jelas sikapku menunjukkan bahwa aku marah. 

Protes ini aku lakukan untuk 'menghukum' suamiku tanpa aku sendiri bertanggung jawab pada hukumannya. Jika ini terjadi terus menerus, hubungan kami akan disfungsional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun