Mohon tunggu...
Lya Munawaroh
Lya Munawaroh Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Suka bertualang

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengejar Senja di Pantai Panduri Tuban

10 Februari 2024   11:20 Diperbarui: 10 Februari 2024   11:30 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Area ayunan hammock di Pantai Panduri/Do. Pribadi/Lya Munawaroh

Semilir angin menerpa tubuhku, kuhirup udara dalam-dalam dan mengembuskannnya perlahan. Ah, aroma pantai ini sudah lama kurindukan. Sudah lama sekali rasanya tidak pergi ke pantai, sudah lama pula aku tak melihat birunya laut ataupun mendengar suara deburan ombak.

Merasakan suasana ini aku jadi teringat masa lalu, dulu sewaktu kuliah aku pergi ke pulau yang pantainya sangat indah bersama teman-teman komunitas. Menyelam bersama juga, lalu bermain bersama dengan anak-anak pulau setempat yang sangat antusias. Rasanya masa-masa itu mustahil untuk terulang kembali. Kini aku hanya bisa mengenangnya sebagai pengalaman yang berharga dan sangat aku syukuri karena pernah merasakannya.

Senja di Pantai Panduri

Sinar jingga yang perlahan muncul, menyadarkanku dari lamunan. Kutengok ke arah barat, senja yang kukejar akhirnya datang. Segera kutarik handphone-ku dari saku. Tak ingin melewatkan pemandangan cantik ini, aku harus mengabadikannya. Memang benar, seperti yang ada di instagram, senja di Pantai Panduri ini sangat memesona. Beberapa kapal nelayan yang terparkir di atas air berombak yang berkilau, juga menampakkan siluet yang indah.

Puas berfoto dan membuat video, kami pun hanya duduk santai menikmati suasana senja sore itu. Melepas kepergian matahari dan menyambut petang datang. Air laut di depan kami makin pasang, semakin lama bergerak makin mendekati kaki kami. Aku sebenarnya sudah gemas ingin bermain air, kalau saja kami datang lebih siang, pasti aku tak akan melewatkan berenang di pantai ini.

Sayangnya kali ini aku tidak bawa baju ganti, pun langit sudah makin gelap, tak ada yang berani berenang saat laut pasang seperti ini. Akhirnya aku hanya bisa melepas sendalku dan membiarkan air berombak itu menghantam kakiku.

“Yuk salat!” ajakan temanku itu, menginterupsiku untuk menyudahi aktivitasku bermain air.

Kami pun mencari mushola untuk melaksanakan Salat Maghrib. Usai salat di sebuah mushola yang terbuat dari bambu, kami lanjut mencari tempat untuk duduk. Kulihat lampu-lampu neon di atas tenda-tenda itu kini sudah menyala, menerangi mereka yang sedang berkemah.

Suasana camping ground di Pantai Panduri saat malam hari/Dok. Pribadi/Lya Munawaroh
Suasana camping ground di Pantai Panduri saat malam hari/Dok. Pribadi/Lya Munawaroh

Waktunya Pulang

Tak kunjung dapat tempat duduk yang pas, akhirnya kami singgah di sebuah warung di sebelah parkiran. Kami menghabiskan waktu dengan mengobrol dan menyeruput kuah mi dalam cup. Setelah perut kami terisi, meski agak enggan, tetapi sudah saatnya kami melakukan perjalanan pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun