Mohon tunggu...
Lya Elyawati
Lya Elyawati Mohon Tunggu... Lainnya - Pemula
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Semoga Bermafaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendekatan Mimetik pada Novel 5CM karya Donny Dhirgantoro

10 Januari 2022   08:46 Diperbarui: 10 Januari 2022   08:48 5068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau inget kejadian Ian menemukan dirinya sendiri, yang Ian namakan "Finding Ian", nggak sadar mereka berempat tersenyum dan tengok-tengok sendiri. Dari kejadian "Finding Ian" itu bukan cuma Ian yang belajar, tapi semuanya belajar banyak banget. Ngeliat Ian yang sekarang, bukanlah Ian yang dulu. Ian yang sekarang lebih berisik (tetep!). Ian yang apa adanya, yang lucu, jago nyanyi, jago main gitar, dan ngefans sama Indomie, Manchester United, dan juga Happy Salma." (Hal. 53)

Kutipan diatas menggambarkan permasalahan yang dialami salah satu dari kelima sahabat itu yang bernama Ian tidak menjadi dirinya sendiri. Mereka mengatasi masalah persahabatan tersebut dan akhirnya Ian berubah menemukan jati dirinya sendiri.

Cinta merupakan sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Kisah cinta dalam novel 5 CM karya Donny Dhirgantoro ini tergambar pada tokoh Zafra yang menyukai Dinda adik dari salah satu sahabat mereka. Genta menyukai Riani namun ternyata Riani menyukai Zafran. Akhirnya Riani dan Zafran pun menikah dan dikaruniai seorang anak. Dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

"...Mata Riani sudah berkaca-kaca, tetapi tak ada sedikit pun air mata menetes. Entah kenapa kekecewaan Genta malam itu seperti hilang begitu saja. Melihat bagaimana kekuatan di mata Riani berbinar-binar bercerita tentang segala rasanya untuk Zafran, segala impiannya, segala tingkah laku Zafran yang selalu bisa membuat Riani tersenyum. Genta belum pernah melihat Riani sebahagia itu. Keduanya melewati malam yang indah bertaburan bintang di Ranu Kumbolo." (hal.367)

Kemiskinan merupakan permasalahan sosial yang keberadannya selalu ada di masyarakat. Masalah kemiskinan disebabkan oleh berbagai faktor. Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial, apabila perbedaan kedudukan ekonomis para warga masyarakat ditentukan secara tegas. Pada masyarakat yang bersahaja susunan dan organisasinya, mungkin kemiskinan bukan merupakan masalah sosial karena mereka beranggapan bahwa semuanya telah ditakdirkan sehingga tidak ada usaha-usaha untuk mengatasinya.

 Realitas kemiskinan dalam novel 5 CM karya Donny Dhirgantoro digambarkan pada penjual nasi pecel di Stasiun Lempuyangan. Penjual nasi pecel tersebut adalah seorang ibu tua yang menggunakan pakaian khas Jawa dan kain batik lusung, mengusung gendongan makanannya menawarkan dagangannya. Menjual makanan di tengah malam adalah usaha agar kebutuhannya terpenuhi. Dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

"Cari makan, Nak. Kalau ndak jual nasi, Mbok ndak punya uang." (hal.174) 

Kutipan diatas menggambarkan bahwa Mbok penjual nasi, sangat menggantungkan hidupnya dengan berjualan nasi. Meski usianya sudah enam puluh tahun tetapi semangatnya masih menggebu.

Realitas sosial tokoh Mbok sama seperti yang dialami oleh penjual nasi di Alun-alun kota Malang. Dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

"Alun-alun kota Malang, tempat yang begitu rindang di siang yang terik. Duduk di bangku taman ditemani es kelapa, sungguh nikmat. Tak lama ada seorang nenek renta penjual nasi bungkusan keliling menjajakan nasi sehargaRp. 2000,00. Pada usia yang cukup renta, 90 tahun tetapi masih mempunyai semangat yang cukup menggebu-gebu."

Masalah kejahatan tampak pada kejadian selepas di stasiun kereta api Blitar. Rombongan empat pria setengah baya yang berdiri berdesakan yang menaiki kereta tidak memiliki tiket. Alhasil mereka harus membayar tiket dua kali lipat harga asli jika beli di loket stasiun. Rombongan itu menganggap bahwa banyak juga yang tidak membeli karcis kereta. Dapat dibuktikan pada kutipan berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun