Victor Frankl, seorang psikolog Yahudi menyebut gejala krisis makna hidup itu dengan istilah neurosis noogenic. Â Menurut Frankl, orang yang mengalami krisis makna hidup ini harus melakukan logoterapi, atau 'terapi makna' sehingga hidupnya kembali mendapat makna. Dengan logoterapi hidup seseorang akan kembali memiliki arti. Tetapi cukupkah?Â
Ketidakbahagiaan yang menerpa manusia-manusia akhir zaman ini sebenarnya bukan bersumber dari kekurangan makna saja tetapi bersumber dari kegersangan ruhani. Â Jiwa yang tak pernah disiram dan diberi pupuk tentu saja tak akan membuahkan makna bagi kehidupan, bahkan akan layu dan mati.Â
Hati yang tak pernah dibersihkan akan menjadi cermin yang buram bagi kehidupan sehingga kita kehilangan tujuan. Untuk itulah kita perlu mendalami dan menjalani tasawuf.  Mendalami tasawuf bukan berarti melarikan diri dari kehidupan dunia ini, akan tetapi melakukan usaha untuk membekali dan mempersenjatai diri kita dengan nilai-nilai ruhaniah. Dalam tasawuf kita menghidupkan cahaya dalam diri kita melalui  sumber cahaya kehidupan, sumber gerak, sumber norma, sumber motivasi, dan sumber nilai,  Sang Maha Nyata (Al-Haqq). Wallaahu a'lam,
Luthfi Musthofa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H