Mohon tunggu...
Luthfy Avian Ananda
Luthfy Avian Ananda Mohon Tunggu... Penulis - Kuli Tinta

Pernah belajar di Fakultas Hukum UII, Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sudah Saatnya PSIR Rembang Naik Kelas

26 Januari 2018   03:23 Diperbarui: 26 Januari 2018   14:35 3974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain dan Suporter PSIR Rembang (Foto tribunnews.com)

Kompetisi kasta kedua Liga Indonesia atau Liga 2 yang baru saja berakhir September 2017 lalu menyisakan kisah manis bagi tim berjuluk Laskar Dampo Awang, PSIR Rembang. Kesebelasan yang musim lalu diracik oleh duet legenda Uston Nawawi sebagai pelatih kepala dan Hadi Surento menjabat Direktur Teknik tersebut mampu bersaing dalam ketatnya kontestasi sepak bola nasional dengan bertahan di Liga 2 musim depan  sekaligus sukses melempar klub bersejarah, Persik Kediri ke jurang degradasi Liga 3. 

Total 60 tim yang berpartisipasi dalam Liga 2 musim lalu, sebanyak 36 diantaranya dipastikan turun kasta. Itu artinya lebih dari separuh kontestan harus merelakan nasib untuk bermain di liga amatir musim depan. Itulah mengapa, ketika memastikan diri bertahan di Liga 2 dengan mengalahkan Persik Kediri 1-0 pada babak playoff  seluruh jajaran manajemen tim menunjukkan ekspresi kegembiraan yang luar biasa.

Tidak banyak yang mengira bahwa tim berkostum oranye ini mampu melepaskan diri dari ancaman degradasi karena ketatnya kompetisi musim lalu dibanding musim-musim sebelumnya. Apalagi ketika menjalani babak penyisihan grup 4, klub yang bermarkas di Stadion Krida Rembang ini harus bersaing dengan tim raksasa macam PSIS Semarang, Persis Solo, dan Persiba Bantul. 

Meski hanya bermaterikan pemain muda lokal Rembang dan beberapa dari luar daerah, namun Heru Wibowo dan kawan-kawan akhirnya mampu berada di peringkat 3, yang artinya PSIR bersama Persipur Purwodadi di peringkat 4 berhak untuk mencicipi kesempatan bertahan di Liga 2 dengan melalui playoff. Pada babak penyisihan terakhir ini pun langkah mereka juga tidak mudah karena sudah ditunggu oleh mantan juara Liga Indonesia, Persik Kediri.

Pergantian nahkoda dari Hadi Surento ke tangan legenda hidup Persebaya Surabaya, Uston Nawawi demi memenuhi regulasi terkait lisensi kepelatihan ternyata membuahkan hasil manis dengan mengamankan posisi PSIR dari jeratan degradasi karena memuncaki klasemen Grup F babak playoff  dan mengantongi perolehan nilai 7 hasil dua kali menang, sekali imbang, dan tanpa kekalahan. 

Direktur Tenik, Hadi Surento mengatakan jika kunci prestasi yang diraih timnya adalah mental semangat, kerja keras, dan pantang menyerah dari kick off sampai berakhirnya pertandingan. Namun, dirinya juga mengevaluasi bahwa permainan anak asuhannya pada pertandingan tersebut tidak dalam peak performance. Beruntungnya, kemauan keras seluruh jajaran tim yang saling bahu membahu untuk bertahan di Liga 2 mampu menjadi pemicu hasil yang bagus. 

"Meskipun saya akui permainan kurang bagus, tapi semangat pantang menyerah para pemain lah yang menjadi kuncinya. Saya sangat respek," kata Hadi Surento.

Keikutsertaan PSIR Rembang pada kompetisi musim lalu tidak berjalan dengan persiapan yang cukup matang. Pasalnya ketika menjelang liga berjalan, tim ini masih dilanda serba keterbatasan, mulai dari minimnya anggaran untuk operasional, perekrutan pelatih, serta pemain, hingga belum adanya pengelola yang mau untuk menghibahkan diri menjadi pengelola klub. 

Ketidakjelasan itu akhirnya terjawab setelah Wiwin Winarto, sang putera daerah yang juga menjabat sebagai Anggota DPRD Jawa Tengah Fraksi Gerindra bersedia untuk menjadi Manajer PSIR Rembang dalam mengarungi kompetisi 2017 lalu. Mengetahui bahwa waktu persiapan hanya sedikit, pria yang juga alumni Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta tersebut langsung menggelar seleksi pemain yang akan memperkuat tim.

Sang manajer langsung menunjuk legenda hidup PSIR, Hadi Surento untuk menjadi pelatih kepala sekaligus memimpin perekrutan pemain. Tetapi, permasalahan tidak selesai sampai disitu saja. Persyaratan yang wajib dipenuhi klub-klub peserta Liga 2 adalah ditangani oleh pelatih dengan lisensi B AFC, sedangkan Hadi Surento baru memiliki lisensi B Nasional. Oleh sebab itu, statusnya selama mengarungi babak awal penyisihan grup hanya sebagai pelatih sementara, sebelum  manajemen tim menunjuk Uston Nawawi untuk menjadi juru taktik ketika memasuki babak playoff. 

Demikian pula saat akan dijamu oleh Persiba Bantul di laga perdana Liga 2 musim lalu, urusan administrasi pemain juga belum benar-benar beres karena manajemen tim masih terhambat dalam penyelesaian kontrak dengan punggawa PSIR Rembang, padahal saat itu waktu sudah mencapai H-2 jelang laga tandang menghadapi Laskar Sultan Agung. Akibatnya, saat berangkat ke Bantul (22/4/2017), Hadi Surento berencana hanya membawa 14 pemain. Setelah komunikasi antara manajemen, pemain dan operator liga dilakukan, tepat pada hari H pertandingan akhirnya 4 pemain lainnya dapat disahkan oleh PSSI.

Dengan kenyataan tersebut, kita dapat menilai bahwa persiapan yang dilakukan oleh PSIR Rembang pada musim lalu jauh dari kata standar tim-tim pesaing lainnya di Liga 2. Sebagai perbandingan, PSIS Semarang yang juga menjadi pesaing PSIR di grup 4 sudah memiliki kepastian skuad terhitung sejak Maret 2017. Sedangkan Laskar Dampo Awang hingga hari H pertandingan perdana baru beres menyelesaikan urusan administrasi pemain. 

Artinya walaupun mampu selamat dari degradasi, namun pola persiapan yang seperti ini bisa dikatakan asal-asalan, apalagi status klub profesional juga disematkan bagi yang berkompetisi di Liga 2. Dengan pengelolaan yang serba terbatas saja PSIR mampu menorehkan prestasi bertahan di Liga 2, bayangkan jika pada musim selanjutnya manajemen tim melakukan persiapan yang lebih matang jauh-jauh hari sebelum kompetisi. Fans berhak bermimpi klub pujaannya mampu meraih hasil yang lebih baik, juara, atau minimal mendapatkan satu tiket promosi ke Liga 1, kasta tertinggi sepakbola Indonesia yang sudah lama tidak kita rasakan.

Saya juga berpendapat bahwa keuangan bukan menjadi satu-satunya jalan keluar jika ingin membawa langkah PSIR untuk melaju lebih jauh lagi di kancah persepakbolaan nasional. Kita kembali pada musim kompetisi Divisi Utama 2009/2010. Manajemen tim saat itu yang dipimpin oleh Maliki Nurudin mengeluarkan dana yang cukup besar untuk mendatangkan beberapa nama-nama tenar seperti pelatih Eddy Simon Badawi (Mitra Kukar), Christian Rene Martinez (Persib Bandung), Aulia Siregar (PSMS Medan), dan Leonardo Felicia (Mitra Kukar). 

Meskipun demikian, dana besar dan pemain bintang ternyata tidak sebanding dengan prestasi pada musim itu karena PSIR menduduki papan bawah, tepatnya pada posisi 8 klasemen akhir Grup 3 dari 11 tim yang ikut serta. Prestasi yang terkesan jalan di tempat ini terus berlanjut hingga musim-musim berikutnya. Meski selalu lolos dari jurang degradasi, namun menilik sejarah PSIR Rembang yang pernah lolos ke babak 8 besar pada era perserikatan musim 1993/1994 rasanya tidak pantas jika tim ini terlalu lama duduk di papan bawah kasta kedua Liga Indonesia.

Torehan yang diraih pada musim 2017 memang juga belum bisa dikatakan sebagai sebuah kemajuan, namun mengingat regulasi dari PSSI yang cukup ketat hingga berimbas pada membludaknya jumlah tim yang harus terdegradasi ke Liga 3, bertahan di kasta kompetisi yang sama rasanya menjadi sebuah cerita manis yang patut disyukuri oleh semua pihak, namun hanya untuk musim lalu saja. Musim ini persaingan juga tidak bisa diremehkan, karena diprediksi akan semakin ketat dengan hadirnya klub-klub yang terdegradasi dari Liga 1 seperti Persiba Balikpapan, Semen Padang, dan Persegres Gresik United.

Jika salah satu dari ketiga kesebelasan tersebut berada satu grup dengan PSIR, sudah dipastikan perjuangan akan semakin berat. Namun kesempatan untuk tetap menorehkan tinta emas bukan berarti tertutup. Syaratnya, seluruh stakeholder yang terlibat dalam PSIR Rembang harus mengelola klub ini secara profesional dan yang paling terpenting adalah dengan hati. Artinya, siapapun yang akan duduk di jajaran manajemen haruslah mereka yang benar-benar paham sepakbola dan memiliki ikatan batin kuat dengan Laskar Dampo Awang.

Seperti halnya orang tua dengan anaknya, PSIR Rembang saat ini membutuhkan sosok bapak asuh yang mengerti apa yang dibutuhkan oleh tim untuk dapat berbicara banyak di kompetisi nasional. Saya pikir semua orang berhak untuk menjadi bapak asuh atau dalam hal ini adalah manajer klub, dari latar belakang apapun baik itu birokrat, pengusaha, politisi, atau masyarakat sipil. Namun yang harus digarisbawahi adalah seberapa besar mereka bisa memberikan hatinya untuk klub kebanggaan masyarakat Rembang ini. 

Jika orientasinya hanyalah materi, saya rasa terlalu instan mengharapkan PSIR bisa berprestasi lebih baik lagi. Akan percuma jika dana tak terbatas namun manajer tidak dapat memberikan motivasi yang menggelorakan semangat bertanding para pemain di lapangan, padahal salah satu faktor meraih kemenangan adalah terbentuknya mental juara dari masing-masing punggawa tim.

Ketika masih menjabat sebagai manajer musim lalu, Wiwin Winarto mengaku punya resep khusus untuk meningkatkan performa klub di atas lapangan hijau. Pria berkulit sawo matang ini menekankan bahwa komunikasi antar setiap pihak yang terlibat dalam tim harus diintensifkan agar terbentuk kesepahaman antara satu dengan lainnya dan rasa memiliki klub. Dengan demikian, maka semangat kerja keras dan pantang menyerah di atas lapangan otomatis akan timbul. 

"Yang penting koordinasi antar semua elemen, baik pelatih, pemain, maupun manajemen tim,". Wiwin juga menegaskan pentingnya motivasi dari manajer kepada staf pelatih dan para pemain, oleh karena itulah dirinya sering terlihat di stadion tidak hanya saat pertandingan, namun juga ketika PSIR smenggelar latihan rutin pada pagi dan sore hari sekedar untuk memberikan arahan yang positif atau menyemangati pasukannya. "Motivasi kepada para pemain itu bagus, apalagi jika hal itu diberikan saat usai latihan atau jelang pertandingan," ujarnya.

Beberapa waktu yang lalu netizen sempat dihebohkan dengan munculnya postingan di salah satu akun media sosial yang memberikan informasi mengenai jadwal lengkap pelaksanaan kompetisi Liga Indonesia musim 2018 dari Liga 1 hingga Liga 3. Rinciannya kompetisi Liga 1 akan dimulai pada 24 Februari 2018 dan berakhir 24 Oktober 2018. Kasta Liga 2 dijadwalkan melaksanakan kick off pada 3 Maret 2018 hingga 18 November 2018. Sedangkan kompetisi Liga 3 dikabarkan akan berlangsung sejak 24 Maret 2018 sampai 21 Oktober 2018. 

Namun  PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi belum juga memberikan tanggapan apapun terkait beredarnya jadwal tersebut. Meski belum ada kepastian jadwal, saya menilai akan lebih baik jika PSIR Rembang tidak lagi mengulangi masalah klasik seperti musim-musim sebelumnya dengan mempersiapkan tim pada waktu yang sangat mepet. Karena harus diakui jika kurang matangnya persiapan akan berimbas pada minornya penampilan klub ketika kompetisi berlangsung.

Tahap awal persiapan yang mendesak untuk segera dicarikan solusi adalah menemukan sosok yang tepat untuk ditugaskan mengelola PSIR Rembang pada peta persaingan kompetisi musim ini. Mengenai nama-nama kandidatnya, ada beberapa tokoh yang saya kira sudah terbukti dan teruji kualitasnya dalam mengemban amanah sebagai manajer tim. Mereka adalah Wiwin Winarto (Anggota DPRD Jawa Tengah dan manajer musim lalu), Heri Kurniawan (Anggota DPRD Rembang dan Manajer PSIR musim 2016), alternatif lainnya ialah Nugroho "Fadlun" Ghozali (Komandan Lapangan Ganster). Ganster (Gabungan Suporter Rembang) adalah fans fanatik yang selalu mendukung PSIR di manapun berlaga. 

Saya pribadi memunculkan nama Nugroho "Fadlun" Ghozali karena merasa terobosan untuk melibatkan pihak suporter duduk di jajaran manajemen tim adalah langkah yang baik didukung faktor kedekatan emosional antara pemain dan suporter. Dengan demikian ketika terjadi dinamika yang berpotensi mengurangi kekompakan tim, sosok suporter yang duduk di jajaran manajemen bisa menjadi penengah. Selain itu tokoh dari kalangan suporter juga pasti mempunyai pengetahuan yang luas tentang sepakbola, dengan dilibatkannya mereka dalam pengelolaan tim maka dipastikan terjadi pertukaran informasi dan masukan yang baik kepada kesebelasan demi kemajuan klub kebanggaan.

Jika manajer klub sudah ditemukan, maka tahapan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menentukan peramu strategi yang cocok untuk menukangi PSIR musim depan. Untuk hal ini saya lebih cenderung memilih agar musim depan Laskar Dampo Awang tetap ditukangi oleh duet pelatih musim lalu, yakni Uston Nawawi sebagai pelatih kepala dan Hadi Surento menjabat Direktur Teknik atau bisa juga ditempatkan menjadi asisten pelatih. Hal itu lantaran kedua nama tersebut sama-sama sudah mengenal kultur sepakbola di Kabupaten Rembang berbekal pengalaman dan kemampuannya mengantarkan PSIR lolos dari babak playoffdegradasi musim lalu.

Sebelumnya banyak pihak khususnya kalangan suporter yang mengharapkan agar Hadi Surento saja yang ditugaskan menahkodai PSIR Rembang mengingat ikatan batin yang kuat karena merupakan legenda hidup sekaligus putera daerah. Namun satu hal yang perlu diingat, jika hal itu dipaksakan akan muncul lagi masalah seperti musim lalu terkait tuntutan lisensi yang harus dipenuhi. 

Kabar terakhir pada November tahun lalu, mantan playmaker Persebaya, PSIS, dan PSIR itu sedang menjalani kursus lisensi C AFC dan selanjutnya menunggu jadwal kursus kepelatihan lisensi B AFC yang diperkirakan berlangsung pada triwulan pertama 2018 ini. Artinya, sekarang ia belum benar-benar mengantongi lisensi B AFC yang menjadi persyaratan seorang pelatih menukangi klub di Liga 2. Seharusnya hal ini menjadi pertimbangan matang jajaran manajemen agar segera mencari alternatif pelatih dari luar daerah yang sudah memenuhi syarat. Maka dari itulah saya berpendapat nama paling masuk akal ialah Uston Nawawi.

Mengenai nama-nama pemain yang akan direkrut untuk memperkuat tim musim ini, menurut hemat saya 70 persen skuad musim lalu layak dipertahankan, khususnya mereka yang berasal dari Rembang. Duet striker Rudi Santoso dan Koko Hartanto sudah terbukti subur di depan gawang lawan dengan 11 gol yang mereka sarangkan. Aliran bola yang memanjakan dari kaki gelandang Yoni Ustaf dan Radikal Idealis juga mampu menciptakan permainan yang cantik. 

Pecinta sepak bola di Kabupaten Rembang juga merindukan duet palang pintu Heru Wibowo dan Ilyas Sayogie. Untuk posisi penjaga gawang, ketenangan Yogi Eko Prabowo di bawah mistar akan menambah kekuatan Laskar Dampo Awang musim depan. Beberapa nama tersebut ditambah pilar-pilar lain dari dalam maupun luar daerah saya rasa cukup untuk menghidupkan asa PSIR melangkah lebih jauh pada musim ini.

 Publik Kabupaten Rembang sudah tidak sabar untuk menantikan lanjutan episode kiprah PSIR Rembang di kancah persepakbolaan nasional. Kita semua punya harapan yang tinggi pada kesebelasan ini karena sepakbola selalu menghadirkan animo yang tinggi dan menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat. Lagipula Laskar Dampo Awang merupakan satu-satunya tim kebanggaan yang ada di daerah ini. 

Klub ini pernah punya prestasi mentereng yang diraih pada masa lalu seperti 8 Besar Divisi Utama (1993/1994), Juara Divisi III Nasional (2005/2006), Juara Divisi II Nasional (2006/2007), dan promosi ke Divisi Utama sejak musim 2008/2009. Dengan sejarah tersebut, tidak salah rasanya jika saya menganggap sudah saatnya PSIR Rembang mulai naik kelas. baik dari segi kelas pengelolaannya menjadi lebih baik dan profesional, maupun naik ke kasta Liga 1 Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun