Satu-satunya bidang ilmu yang berkembang secara pesat yakni Neurosains. Semakin jelas dala mengamati aktivitas otak, maka akan semakin mudah mengontrol perilaku seseorang, dan semakin pesat pula kegiatan neurosains.
Neuronscience mengkaji sistem saraf yang terdapat pada otak manusia. Tak hanya itu, kesadaran dan kepekaan otak juga dikaji dalam neuronscience ini. Otak menjadi bagian utama dalam neuronscience. Neurosains menciptakan adanya hubungan antara proses kognitif yang ada dalam otak dengan tingkah laku yang akan dihasilkan.
Tujuan utama  neurosains yakni mempelajari  dasar-dasar  biologis  dari  setiap perilaku. Dalam artian menjelaskan perilaku manusia dilihat dari aktivitas di dalam otaknya.  Penelitian mutakhir  di bidang  neurosains  menemukan sejumlah  bukti  bahwa tidak dapat terlepaskan hubungan antara otak dan perilaku manusia.
Berkembangnya neurosains secara pesat tentu tidak terlepas dari teknologi pemindai otak. Semakin canggih teknologi yang digunakan akan semakin detail hasilnnya. Pemindaian otak (Neuroimaging) mencakup penggunaan berbagai teknik untuk menggambarkan secara langsung atau tidak langsung struktur, fungsi, atau farmakologi otak.
Kategori Neuroimaging
a. Structural Imaging
Berhubungan dengan struktur otak dan diagnosis penyakit intrakranial skala besar, seperti tumor, serta cidera.
b. Functional Imaging
Mendiagnosis penyakit dan lesi metabolik pada skala yang lebih halus, seperti penyakit Alzhemer dan juga untuk penelitian neurologis dan kognitif-psikologi.
Berikut ini beberapa teknologi pemindai otak yang sangat mendukung kegiatan neurosains diantaranya :
1. Positron Emission Tomography (PET) Scan
Alat ini terkenal mahal dan invasive, namun teknologi hanya dapat menemukan area umum dari aktivitas otak saja. Menggunakan alat ini dapat mengetahui mengenai fungsi vital tubuh, seperti aliran darah, penggunaan oksigen, metabolise gula darah, dan alzheimer. PET mengukur kadar glukosa gula di otak untuk menggambarkan dimana penembakan saraf terjadi dikarenakan neuron aktif menggunakan glukosa sebagai bahan bakar.
Cara kerja alat ini yakni dengan cara menggunakan zat pelacak yang mana disuntikkan ke dalam darah. Kemudian ketika bagian otak sudah mulai aktif darah yang diisi zat pelacak tadi dikiri untuk mengirimkan oksigen. Hal tersebut yang nantinya akan menciptakan titik-titik yang terlihat kemudian diambil oleh detektor dan digunakan untuk membuat gambar video tentang otak saat melakukan tugas tertentu.
2. Magnetoencephalography (MEG)
Ada banyak kegunaan dari alat ini, diantaranya : (1) membantu ahli bedah dalam melokalisasi patologi, membantu peneliti dalam menentukan fungsi berbagai bagian otak, neurofeedback, dan lain sebagainya. Tetapi pada umumnya alat ini digunakan untuk mengukur medan agnet yang dihasilkan oleh aktivitas listrik di otak melalui perangkat yang sangat sensitif.
3. Computed Tomography (CT)
Alat ini dapat mendeteksi kondisi otak, seperti stroke dan demensia vaskular. Dimana pada alat ini menggunakan energi sinar-X dari tabung sinar-X, tetapi banyak superiposisi radiograf dengan mendemonstrasikan tubuh dalam serangkaian bagian. Gambar yang dihasilakn oleh alat ini yakni dapat memberikan informasi rinci tentang jaringan otak dan struktur otak. Cara kerja alat ini yakni berputar mengelilingi tempurung kepala manusia.
4. Funcional Magnetic Resonance Imaging (FMRI)
Alat ini memiliki kegunaan untuk mengukur aktivitas otak dengan mendeteksi perubahan oksigenasi dan aliran darah yang terjadi sebagai respons terhadap aktivitas saraf. Bukan hanya itu tetapi juga digunakan untuk menghasilkan peta aktivasi yang menunjukkan bagian otak mana yang terlibat dalam proses ental tertentu. Â
Ketika area otak lebih aktif, maka area otak mengkonsumsi lebih banyak oksigen untuk memenuhi peningkatan permintaan, aliran darah meningkat ke area aktif. Alat ini dapat menunjukkan area-area otak yang lebih besar atau lebih kecil ketika memproses informasi. Faktanya bahwa bagian otak yang lebih aktif membutuhkan oksigen dan nutrisi yang lebih tinggi.
5. Electroencephalography (EEG)
EEG dapat membaca bagaimana informasi diproses dalam otak dengan waktu yang cepat. Untuk dilakukan pengukuran, alat ini mendeteksi aktivitas elektrik dan magnetik yang terjadi pada otak selama proses mental termasuk proses belajar-mengajar berlangsung. Secara kontinyu alat ini mencatat perubahan yang terjadi di dalam otak, yakni dalam kisaran umum waktu yang dibutuhkan otak untuk memproses kata sebesar satu mili detik. Hasil pencatatan tadi akan memberikan informasi mengenai waktu yang dibutuhkan oleh otak untuk memproses dalam hal membaca atau menghitung angka matematika.
6. Micro CT (Computed Tomography Scanning)
Istilah Micro CT ini yakni micro dimana merupakan salah satu teknik dari pemeriksaan diagnostik imaging atau pencitraan yang cenderung menggunakan teknologi dari komputer berbasis x-rey. Pada alat ini menggunakan CT yang kegunaannya untuk memindai melalui mikroskop, yang mana dapat menghasilkan citra-citra 3D dari struktur-struktur yang sangat kecil sebelumnya.
7. Transcranial Magnetic Stimulation (TMS)
Alat ini merupakan golongan alat Neurofisiologi. TMS juga memiliki kegunaan yakni untuk membantu diagnosis dari gangguan saraf tersebut tetapi juga dapat digunakan untuk melakukan pengobatan terhadap gangguan saraf.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H