Sebut saja misalnya hoax tentang paket data gratis 100 Giga byte, ternyata setelah ditelusuri pihak jasa seluler tidak pernah mengeluarkan paket gratis 100 GB tersebut.
Penyebaran berita hoax atau berita palsu di tengah pandemi covid-19 ini justeru menimbulkan keresahan dan kepanikan bagi masyarakat. Penyebar berita hoax atau palsu hanya memanfaatkam situasa dan eksistensi diri.
Dalam upaya menangkal kasus hoax di sekolah dan masyarakat peran pustakawan sangat penting. Pustakawan sekolah sebagai orang yang literat dan berjibaku dengan berbagai pola informasi dapat membanding dan memilih mana berita hoax dan mana berita yang asli dan benar. Selanjutnya, pustakawan dapat menyebarkan berita yang benar untuk menangkal kasus hoax tersebut.
Selain sebagai penyebar informasi yang terjamin kebenarannya, pustakawan dapat berperan memberikan edukasi covid-19 mulai dari pengenalan, pencegahan dan penanggulangan pasien covid-19. Masyarakat yang kurang paham terhadap covid-19 biasanya cenderung mengentengkan dan mengabaikan kebijakan pemerintah dalam menangani covid-19 ini.
Lebih jauh, masyakarat yang kurang paham dalam menyikapi korban covid-19 akan melakukan penolakan terhadap jenazah korban covid-19 seperti yang terjadi baru-baru ini.
Edukasi yang tepat akan memberikan pemahaman terhadap siswa dan masyarakat secara tepat pula. Oleh karenanya, peran pustakawan begitu penting saat ini.
Pustakawan dan keluarga saat bekerja dari rumah
Sampai saat ini kebijakan bekerja dari rumah masih tetap berlaku. Pustakawan sebagai seorang perencana dan pekerja  dalam kehidupan keluarga tentu memiliki program kerja yang diatur dengan kreativitas agar tidak jenuh saat berada di rumah secara terus-menerus. Pustakawan dapat mendampingi anak saat belajar dengan daring dan televisi.
Pada saat pandemi covid-19 ini menjadi kesempatan bagi pustakawan untuk mengenalkan dan menanamkan literasi keluarga di rumah. Literasi keluarga dapat dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana seperti membaca, berbicara, membaca doa sebelum dan sesudah makan, mencuci, memasak dan kegiatan lain. Dari kebiasaan tersebut yang terus diulang akan menjadi budaya yang akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Keluarga adalah taman pertama yang dikenal oleh anak. Jika taman tersebut indah maka anak akan bermain dengan riang gembira, jika tidak maka sebaliknya. Keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang dikenal anak. Dari keluarga pula karakter awal anak terbentuk.
Konklusi