Mulai tanggal 16 Maret 2020 lalu, covid-19 memaksa semua kegiatan belajar mengajar dilakukan di rumah. Sistem pembelajaran pun juga berubah dari yang semula tatap muka langsung menjadi pembelajaran daring dan kemudian disusul lagi dengan pembelajaran melalui media televisi. Kebijakan tersebut diambil untuk memudahkan siswa dalam belajar. Tantangan belajar melalui televisi sudah saya tulis pada artikel sebelumnya.
Berbeda dengan guru mata pelajaran, eksistensi pustakawan sekolah jarang diperhatikan dan terekspos di tengah pandemi covid-19 ini.
Di berbagai media baik cetak maupun elektronik sedikit sekali memberitakan apa dan bagaimana pustakawan sekolah. Media lebih banyak memberitakan guru, siswa dan proses pembelajaran.
Padahal pustakawan adalah tenaga kependidikan yang mempunyai peran besar untuk keberhasilan siswa dalam belajar. Melihat hal seperti itu, pertanyaan besar pun muncul, apa yang dapat dilakukan oleh pustakawan sekolah?
Sebagai salah satu tenaga kependidikan yang kadang luput dari perhatian, pustakawan sekolah dapat menunjukkan eksistensi mereka dengan berbagai bentuk kegiatan yang mendukung pembelajaran dari rumah.
Selain usaha tersebut, pustakawan juga dapat berperan aktif membantu pemerintah dalam menekan peningkatan jumlah penderita covid-19. Usaha-usaha tersebut dapat dibaca di bawah ini.
Pustakawan sebagai pusat informasi
Pustakawan yang pekerjaannya tidak pernah lepas dari informasi dapat tetap menjadi tumpuan utama terhadap kebutuhan informasi pendidikan dan kegiatan pembelajaran di rumah.
Pustakawan sekolah dengan kompetensi informasi yang dimiliki dapat bekerja sama dengan guru dan siswa untuk memenuhi kebutuhan referensi pembelajaran. Pustakawan sekolah dapat mengarahkan guru dan siswa untuk memanfaatkan perpustakaan digital yang dimiliki sekolah jika ada.
Selain perpustakaan digital yang dimiliki sekolah, dari rumah pustakawan sekolah juga dapat mengarahkan siswa untuk memanfaatkan perpustakaan digital milik perpustakaan daerah, provinsi dan perpustakaan nasional.
Kaitannya dengan perpustakaan nasional, pustakawan dapat mengarahkan siswa untuk mengunduh dan menginstal aplikasi ipusnas milik perpustakaan nasional. Ipusnas dapat dimanfaatkan secara gratis oleh guru dan siswa untuk mencari materi.
Ledakan informasi saat ini juga dapat dimanfaatkan oleh pustakawan sekolah untuk mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan sekolah dan keterampilan siswa di rumah pada saat pandemi covid-19 ini.
Pustakawan sekolah yang memeroleh informasi tersebut dapat mempraktekkannya kemudian menyebarkan kepada siswa langsung atau melalui guru. Misalnya pada pembuatan sanitaizer rumahan yang dapat dibuat mandiri atau bersama keluarga oleh siswa.
Pustakawan produktif
Melihat dari segi profesi, pustakawan memang dituntut untuk produktif dalam mencari dan membagikan informasi serta menuliskannya untuk memeroleh kredit nilai.
Oleh karenanya, menulis menjadi keniscayaan bagi pustakawan sebagai bentuk tugas dan eksistensi diri. Selain itu, tuntutan pustakawan menulis datang dari program kerja perpustakaan dan laporan yang harus disusun setiap minggu, bulan, dan tahun.
Informasi-informasi yang diperoleh pustakawan dapat disarikan dan kemudian dituangkan kembali dalam bentuk gagasan dan pengetahuan baru. Gagasaan atau pengetahuan tersebut dapat diejawantahkan dalam bentuk tulisan.
Tulisan tersebut kemudian disusun dalam bentuk artikel atau langsung menjadi buku yang selanjutnya bisa disebarkan melalui web sekolah dan media lain yang bersifat cetak maupun elektronik.
Produktivitas pustakawan sekolah tidak hanya dapat dinikmati sendiri, tetapi pustakawan sekolah dapat menyalurkan dan menularkannya kepada guru dan siswa. Pustakawan sekolah yang sudah memiliki tulisan dapat menjadi prakarsa utama kebiasaan menulis bagi guru dan siswa di sekolah.Â
Pustakawan sekolah dapat membuat klub menulis dalam satu group di jejaring sosial seperti whatsapp. Syukur-syukur nanti tulisan yang terkumpul dapat menjadi antologi karya. Bekerja dan belajar dari rumah akibat covid-19 menjadi momentum yang tepat untuk memulai menulis.
Pustakawan anti hoax dan edukasi covid-19
Hoax atau berita palsu akhir-akhir menjadi semakin marak. Negara yang saat ini menghadapi pandemi covid-19 juga dibenturkan dengan kasus hoax yang dibuat oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Sebut saja misalnya hoax tentang paket data gratis 100 Giga byte, ternyata setelah ditelusuri pihak jasa seluler tidak pernah mengeluarkan paket gratis 100 GB tersebut.
Penyebaran berita hoax atau berita palsu di tengah pandemi covid-19 ini justeru menimbulkan keresahan dan kepanikan bagi masyarakat. Penyebar berita hoax atau palsu hanya memanfaatkam situasa dan eksistensi diri.
Dalam upaya menangkal kasus hoax di sekolah dan masyarakat peran pustakawan sangat penting. Pustakawan sekolah sebagai orang yang literat dan berjibaku dengan berbagai pola informasi dapat membanding dan memilih mana berita hoax dan mana berita yang asli dan benar. Selanjutnya, pustakawan dapat menyebarkan berita yang benar untuk menangkal kasus hoax tersebut.
Selain sebagai penyebar informasi yang terjamin kebenarannya, pustakawan dapat berperan memberikan edukasi covid-19 mulai dari pengenalan, pencegahan dan penanggulangan pasien covid-19. Masyarakat yang kurang paham terhadap covid-19 biasanya cenderung mengentengkan dan mengabaikan kebijakan pemerintah dalam menangani covid-19 ini.
Lebih jauh, masyakarat yang kurang paham dalam menyikapi korban covid-19 akan melakukan penolakan terhadap jenazah korban covid-19 seperti yang terjadi baru-baru ini.
Edukasi yang tepat akan memberikan pemahaman terhadap siswa dan masyarakat secara tepat pula. Oleh karenanya, peran pustakawan begitu penting saat ini.
Pustakawan dan keluarga saat bekerja dari rumah
Sampai saat ini kebijakan bekerja dari rumah masih tetap berlaku. Pustakawan sebagai seorang perencana dan pekerja  dalam kehidupan keluarga tentu memiliki program kerja yang diatur dengan kreativitas agar tidak jenuh saat berada di rumah secara terus-menerus. Pustakawan dapat mendampingi anak saat belajar dengan daring dan televisi.
Pada saat pandemi covid-19 ini menjadi kesempatan bagi pustakawan untuk mengenalkan dan menanamkan literasi keluarga di rumah. Literasi keluarga dapat dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana seperti membaca, berbicara, membaca doa sebelum dan sesudah makan, mencuci, memasak dan kegiatan lain. Dari kebiasaan tersebut yang terus diulang akan menjadi budaya yang akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Keluarga adalah taman pertama yang dikenal oleh anak. Jika taman tersebut indah maka anak akan bermain dengan riang gembira, jika tidak maka sebaliknya. Keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang dikenal anak. Dari keluarga pula karakter awal anak terbentuk.
Konklusi
Setiap orang memiliki peran masing-masing dalam setiap sektor kehidupan untuk melawan covid-19 ini. Pustakawan dapat memanfaatkan kemampuannya sebagai orang yang literat untuk ikut berjuang menekan dan melawan covid-19.Â
Peran itu dapat berupa penyediaan informasi yang benar dan akurat, pustakawan dapat menjadi pustakawan yang produktif, dan pustakwan dapat menjadi pahlawan anti hoax melalui jalur edukasi covid-19. Terkahir yang dibutuhkan setiap orang adalah literasi dan pustakawan dapat memulainya dari rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H