Mohon tunggu...
Lutfiani Sayyida
Lutfiani Sayyida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Politik Universitas Airlangga

Hanya ingin belajar sebanyaknya dan membagikan hasil kepada sesama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malam-malam Durjana

14 November 2022   12:25 Diperbarui: 14 November 2022   12:53 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Malam-malam Durjana, begitu ucapan para warga ketika lagi-lagi kasus kesurupan terjadi. 

Hari ini tepat 40 hari pasca kematian Pak Bandi. Orang-orang yang sudah muak dengan keadaan memutuskan untuk membongkar makam Pak Bandi, dan menguak apa yang sebenarnya terjadi padanya, karena sudah jatuh korban meninggal. Ya, Kepala Desa meninggal dunia dengan keadaan mengenaskan, setelah mengalami kesurupan selama 2 hari berturut-turut. 

Pihak keluarga Pak Kepala Desa memilih untuk diam, dan menganggap kematian tersebut adalah takdir Tuhan. Namun, kematian yang janggal dan mendadak itu memicu tanda tanya warga. 

Akhirnya, masa itu pun tiba. Tepat di tengah malam, para warga berkumpul di balai desa. 

Setelah mengadakan rapat terakhir bersama tetua desa, warga pun berbondong-bondong pergi ke makam umum dengan membawa cangkul untuk membongkar makam Pak Bandi. Kabut tebal sempat menghalangi jalan mereka menuju makam, seperti peringatan akan kejadian tertentu. Namun warga tak ambil pusing karena sudah muak. 

Dengan bersamaan, mereka membongkar makam Pak Bandi. Mengeruk tanahnya, dan mengeluarkan kayu-kayunya. Namun, mereka tak menemukan jasad Pak Bandi. Kain kafannya pun berisi bebatuan besar dan kerikil. 

Hawa dingin mulai menyelimuti keadaan sekitar. Suasana malam mencekam, karena terdengar bisikan-bisikan amarah, entah dari mana. 

Mereka melihat sesosok manusia---entah manusia atau dedemit---sedang menyeringai menatap mereka. Matanya mengeluarkan cahaya merah, dengan bibir tebal yang mengeluarkan cairan hitam. Di pundaknya, nampak sedang memanggul sesuatu. 

Makhluk itu berjalan mendekat. Sontak, warga panik, namun mereka tak bisa bergerak. Makhluk itu seakan memaku kaki mereka ke dalam bumi, sedangkan dia berjalan secepat kilat. Lidah mereka serasa kelu, tak mampu bagi mereka untuk bersua. 

Makhluk itu berjalan semakin dekat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun