Kisah Pak Bandi yang diculik genderuwo pun memicu berbagai gosip di desa.Â
Para Ibu "memanfaatkan" cerita Pak Bandi untuk menakut-nakuti anak-anak mereka yang nakal. Utamanya anak-anak yang gemar bermain hingga azan magrib berkumandang. Hampir tiap hari mereka dinasihati dengan kisah Pak Bandi yang diculik dan disiksa oleh genderuwo, serta deskripsi genderuwo itu sendiri. Membuat bocah-bocah polos itu bergidik dan tak ada pilihan lain selain menuruti perintah ibunya.Â
Pak Bandi sendiri dilarikan ke rumah sakit di kota setelah kejadian itu. Setelah dirawat sekitar tiga bulan, dokter mencoba untuk mendiagnosis penyakit yang diderita Pak Bandi, namun tak ada jawaban atas penyakit yang diidapnya. Hingga pada akhirnya, dokter tak mampu mengobati sakitnya dan Pak Bandi pun wafat. Kata-kata terakhirnya tetap sama, yaitu, ia akan disiksa oleh genderuwo.Â
Pasca kematian Pak Bandi, desa tersebut terasa makin mencekam. Tiap malam selalu ada warga yang kesurupan---dua atau tiga orang dalam semalam, dengan kondisi yang sama persis dengan Pak Bandi saat pertama kali ditemukan warga. Duduk meringkuk sambil menunjuk sesuatu. Namun, ada satu kejadian yang mengerikan. Warga yang kesurupan selalu muntah tanah dan darah hitam. Wajahnya berubah menjadi pucat, dengan mata melotot dan mulut menganga. Mirip seperti seseorang yang mengalami sakaratul maut.Â
Setelah sadar, beberapa hari setelahnya, beberapa anggota badan warga yang kesurupan itu menjadi lebam. Entah tangan, kaki, kepala, maupun perutnya---tanpa ada sebab yang jelas. Dan tetap saja mereka menceracau sedang disiksa oleh genderuwo.Â
Anehnya, korban kesurupan tersebut hanyalah bapak-bapak yang saat itu membantu Pak Bandi, sedangkan warga yang lain tidak.Â
Kabar santer tersiar jika Pak Bandi adalah korban ilmu hitam, dan Pak Bandi berusaha membuat 'segel' dengan mengunci dirinya selama satu bulan untuk mencegah kutukannya menyebar, namun warga merusak 'segel'nya.Â
Tetua desa berusaha menghubungi orang-orang pintar untuk 'menutup segel'nya. Ustaz-ustaz dibikin sibuk karena menangani kasus orang kesurupan. Anak-anak dilarang bermain di dekat gubug Pak Bandi.Â
Pak Kepala Desa tentu saja tak mempercayai kabar burung tersebut. Pasti ada penjelasan yang masuk akal tentang hal ini. Benang merah yang mengaitkan kisah-kisah beberapa malam ini dengan kejadian Pak Bandi.Â
Tetap saja, rak ada kejelasan.Â
Namun pada akhirnya, Pak Kepala Desa meyakini jika kematian Pak Bandi adalah kejadian mistis. Dan beliau berusaha untuk menyingkap rahasianya, tepat di malam 40 hari kematian Pak Bandi.Â