Aku hanya pasrah dan menerima keadaan. Dan pria itu hanya katakan maaf padaku di pesan whatsappku. Selepas itu aku berkali kali bertanya ada apa dan mengapa?, tapi tetap aku di abaikan. Dan aku memilih menyerah untuk berkomunikasi lagi dengannya. Otomatis kisah perjalananku dan dia sudah patah dan sudah berakhir.
Aku sempat marah dan kecewa. Bertanya kenapa harus hadir kalau pergi dan menjauh?
Aku berdiam diri beberapa waktu, bahkan aku rehat dari menulis puisi. Akhirnya aku sadar dan berdamai dengan diriku dan dengan waktuku, aku berpikir dan menerima bahwa si dejavu aries  hadir hanya sebagai persinggahan yang diijinkan Tuhan mengingatkanku untuk kembali menulis puisi.
Bagaimanapun aku bersyukur atas kehadirannya, melalui kehadirannya aku kembali boleh menulis bahkan akhir Desember 2018 aku sudah boleh menerbitkan buku puisi ku sendiri.
Melalui persinggahan pria itu aku juga boleh menikmati waktuku melalui puisi-puisi yang kutulis, karena apapun yang kurasakan dan kupikirkan itu dapat dituangkan melalui tulisan.
Aku juga sudah mengikuti beberapa lomba puisi, dan sejauh ini per Januari 2019 sudah ada 6 puisi yang lolos seleksi dan dibukukan penerbit. Dan aku akan terus menulis dan berkarya melalui puisi-puisi ku. Dan aku kembali menulis setelah 7 tahun.
Kisahku kembali menulis setelah 7 tahun, itu semua tidak lepas dari kehadiran si dejavu aries.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H