Apa yang harus aku lakukan?
Aku tak ingin di kalahkan, tiga hari berikutnya aku berhasil mengiriminya puisi. Dan butuh waktu cukup lama pria itu membaca pesan whatsappku. Setelah menunggu akhirnya pria yang di panggil "dejavu aries" akhirnya membaca dan merespon pesan whatsappku. Puisi yang pertama kali ku tulis berjudul "siulan awal pertemuan".
Kenapa itu yang ku tulis?
Karena ketika aku bersiul, dia mendengar dan spontan mengantakan cewek kok bersiul? Lah, aku ketus menjawab, adakah larangan cewek tidak boleh bersiul. Dan si dejavu aries terdiam, tapi sebenarnya aku sering mendengar orang mengatakan bahwa cewek tidak baik bersiul. Entah karena mitos, entah karena ketidaksopanan.Â
Aku pun tak tahu, tapi aku belum menerima itu sepenuhnya. Karena aku suka bersiul dan aku menikmati siulanku. Â Itu juga alasan aku bisa bertemu dengan si dejavu aries, karena siulan.
Dan tentang puisi pertamaku, Â siulan awal pertemuan. Dia banyak mengkoreksi, beri masukkan dan dia bilang wajar saja karena sudah cukup lama aku melupakan puisi. Dia jadi pertemuan yang baik dan menyenangkan bagiku. Yang pasti, sampai saat ini setelah 3 bulan berlalu sejak pertemuan kami, puisi pertamaku tentang "siulan awal pertemuan" belum ku publish ke media sosial manapun, Â entah apa yang membuatku terkesan orang lain tidak harus tahu tentang puisi itu.
Puisi yang pertama kali ku publish ke akun media sosial adalah tentang kehadiran nya, kehadiran si dejavu aries dan aku beri judul "Senin, 01 Oktober 2018" tapi pria itu tidak pernah tahu tentang puisi itu.
Ceritaku dengannya sebenarnya cukup membuat aku sempat dilema, setelah pria itu dan aku berkomunikasi selama sebulan dan pria itu memberikan aku puisi dengan judul namaku "Lusy", dan itu kali pertama ada yang memberikan aku puisi. Hal itu juga membuatku merasa bahagia juga istimewa ketika itu.
Kemudian, di pembicaraan chatting kami dia mengatakan akan pergi ke luar kota di pulau Jawa karena urusan pekerjaan. Nelangsa menyergap hatiku, karena aku sadar dia tak ada waktu lagi untuk berbagi denganku. Tapi aku juga sadar, dia harus memprioritaskan pekerjaannya. Akhirnya tiba saatnya si dejavu aries pergi, Â dan otomatis kami sudah jarang berkomunikasi.
Tapi, aku terus belajar menulis puisi. Hanya ada 7 puisi yang tercipta melalui pertemuan dan komunikasi kami. Karena perihal dirinya, aku sudah berhenti. Tak lagi ada gairah menulis tentang dia. Pria itu tanpa pemberitahuan dan penjelasan pergi menjauh, enggan bicara lagi denganku.
Aku bisa apa?