Berdasarkan tipe penggunanya, co-working space dapat dibagi menjadi tiga tipe. Pertama, coworking space bagi profesi khusus, yang digunakan oleh satu pelaku. Kedua, co-working space umum, dimana sering digunakan oleh freelancer dan perusahaan kecil. Desain dibuat dengan menyesuaikan kebutuhan dan karakter pengguna seperti unik, friendly, dan menyenangkan. Ketiga, co-working space khusus sebagai inkubator bisnis atau startup bisnis yang merupakan ruang kerja dengan manfaat tambahan tipe yang terakhir ini biasanya digunakan oleh para perusahaan aplikasi yang sedang merintis, sehingga dibutuhkan ruang khusus digital yang memfasilitasi untuk pengujian aplikasi yang sedang dibuat. Oleh karena itu, berbeda dengan ruang kantor pada umumnya, co-working space cenderung lebih cocok disebut sebagai ruang kerja yang terkurasi, artinya ruang tersebut sudah dipersiapkan untuk dapat mewadahi kegiatan-kegiatan kerja tertentu (Jakonen, Kivinen, Salovaara, & Hirkman, 2017).
Co-working space mempunyai standar ruang yang dapat mewadahi untuk kegiatan utama, adanya kebutuhan fisik interior yang dapat membuat nyaman pengguna terkait dengan pencahaayaan, penghawaan, suasana, suhu, furniture, dan kenyamanan egonomi. Di samping itu, area co-working space dilengkapi seringkali dengan berbagai fasilitas penunjang lain sehingga tidak sepenuhnya biaya operasional dibebankan pada biaya sewa pengunjung. Standar aktivitas dibagi menjadi beberapa golongan seperti aktivitas perorangan, kolektif,kelompok dan sosial. Tidak kalah pentingnya kebutuhan psikologis pengguna menjadi kebutuhan yang vital seperti interaksi, stimulai, privasi, keamanan, dll. Fasilitas yang ada cenderung tidak hanya memfasilitas generasi milenial sebagai pengguna dominan, tetapi juga mendorong perkembangan dan pertumbuhan dari bisnis startup itu sendiri. Dengan begitu, ruang co-working space dapat lebih optimal dan tepat sasaran bagi penggunanya (Merkel,2015).
- Karakteristik co-working space
- Dari banyaknya coworking space yang ada saat ini, tentunya terdapat pola-pola serupa yang dapat disimpulkan. Pola-pola ini dapat membentuk karakteristik dari coworking space. Banyak studi yang telah membahas mengenai karakteristik lingkungan kerja, namun studi mengenai karakteristik coworking space masih terbatas. Leesman pada 2013 telah mensurvey lebih dari 1.200 coworking space serta menganalisis lebih dari 140.000 penggunanya. Data ini kemudian disebut sebagai 'database Leesman'. Oleh Liebregts (2013) dan Susante (2015), data ini kemudian diolah dengan cara menerapkan analisis faktor untuk mengidentifikasi faktorfaktor tertentu. Hartog (2015) kemudian menggunakan analisis faktor tersebut untuk menyusun tabel tentang aspek-aspek dari kantor multi-tenant juga karakteristiknya. Namun hanya beberapa poin dari aspek-aspek tersebut yang dapat dijadikan karakteristik dari coworking space. Poin-poin pada tabel ini merupakan gabungan antara studi Hartog (2015) dan Kwiatkowski dan Buczynski (2011).
- Nilai-nilai penting pada co-working space
- Ada bagian ini akan membahas lima nilai komunal penting dalam coworking, seperti yang dijelaskan oleh Kwiatkowski and Buczynski (2011). Seperti yang telah dijabarkan juga di awal, bahwa selain nilai fleksibilitas, terdapat juga nilai komunal yang menjadi faktor penting pemilihan coworking space sebagai tempat bekerja. Nilai komunal inilah yang dimanfaatkan oleh milenial untuk memperluas jaringan dalam rangka meningkatkan peluang sukses. Menurut Kwiatkowski dan Buczynski, nilai-nilai komunal ini mencerminkan filosofi coworking dan dianggap sebagai awal dari hadirnya fenomena coworking. Lima nilai inti dari coworking adalah Collaboration (Kolaborasi), Openness (Keterbukaan), Community (Komunitas), Accessibility (Aksesibilitas), dan Sustainability (Keberlanjutan).
- Kolaborasi dan keterbukaan
- Salah satu fungsi dari coworking space adalah untuk membentuk ruang yang dapat merangsang interaksi antar pekerja di dalamnya. Menurut (Hillman 2011), coworking space dapat dimasukan ke dalam kategori lingkungan 'kontak tinggi' dimana banyak pertemuan tidak terencana dan interaksi spontan terjadi di dalamnya. Kolaborasi sendiri merupakan kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain dengan tujuan menciptakan nilai bersama. (Spinuzzi 2012) menyatakan kolaborasi merupakan hasil umum dari interaksi yang terjadi secara alami. Sementara keterbukaan merupakan nilai inti yang dapat dikombinasikan dengan kolaborasi. Ada banyak kesamaan antara keterbukaan dengan kolaborasi, salah satunya adalah kesediaan bekerja dan berbagi ide dan informasi dengan orang lain. Menurut (Parrino 2015), adanya kehadiran fisik antar rekan kerja dapat memicu adanya pertukaran pengetahuan. Pertukaran pengetahuan ini merupakan hal yang penting dalam coworking (Moriset 2014). Banyak faktor yang yang dapat meningkatkan kolaborasi antar rekan kerja dalam coworking space, misalnya visibilitas rekan kerja di lantai yang sama, kekompakan, tempat kerja, dan tata ruang yang terbuka. Tata ruang yang terbuka dapat meningkatkan interaksi. Semakin terbuka, maka batas untuk berkolaborasi semakin sedikit.
Menurut (Elizabeth Claps 2010), milenial memiliki kecenderungan untuk bekerja secara terbuka karena adanya keinginan untuk mendapat pengakuan atas pencapaian-pencapaian mereka. Nilai kolaborasi dan keterbukaan pada coworking space ini dapat mewadahi kebutuhan akan acknowledgment pada milenial, karena di dalamnya terdapat kemungkinan terjadinya interaksi, diskusi, dan sharing feedback antar pengguna ruang.
Di Bandung Digital Valley dan Co&Co Space, keduanya sama-sama menyediakan fasilitas berupa ruang conference, area event, area informal dengan sofa, pantry, juga area tenang yang mendukung nilai kolaborasi dan keterbukaan. Fasilitas ini memungkinkan para penggunanya untuk saling bertemu dan saling bertukar pengetahuan atau informasi (knowledge sharing) sehingga dapat terjadi kolaborasi.
- Komunitas dan keberlanjutan
- (Hillman 2011) berpendapat bahwa nilai keberlanjutan dapat dikombinasikan dengan nilai komunitas. Dalam penerapannya, kata berkelanjutan selalu dikaitkan dengan kata-kata 'hijau', 'lingkungan', dan 'ekologis'. Coworking space menerapkan keberlanjutan secara ekologis karena sumber dayanya digunakan bersama. Para penggunanya menggunakan listrik, furniture, dan layanan lainnya secara bersama. Biaya sewa yang lebih murah juga merupakan nilai keberlanjutan dari sisi ekologis, ekonomi, dan organisasi. Dalam penerapannya, nilai keberlanjutan ini berkaitan dengan elemen-elemen interior dan sistem utilitas di dalam bangunan seperti pemilihan material lantai, dinding, ceiling, furniture, juga sistem pencahayaan dan penghawaan. Di Co&Co Space sendiri sudah memanfaatkan sistem pencahayaan alami dan penghawaan alami sebagai salah satu bentuk penerapan nilai keberlanjutan.
Selain itu, nilai paling penting dalam coworking space adalah nilai komunitas. Coworking space menciptakan adanya komunitas dari berbagai jenis pengguna dan perusahaan yang berbeda. (Spinuzzi 2012) menyebut coworking space sebagai community workspace atau ruang kerja komunitas. Poin penting dalam nilai komunitas adalah kemudahan dalam aksesnya dan keterbukaannya untuk semua pengguna. Hal ini terkait berbagi pengetahuan, berkomunikasi, mempelajari hal baru, dan ikut merayakan kesuksesan keberhasilan pengguna atau perusahan lain. Menurut (Capdevila 2013), coworking space merupakan 'mikrokluster' dimana di dalamnya terdapat kemungkinan terjadinya knowledge sharing antar anggota berbasis jaringan. Selain sebagai tempat bekerja, coworking space juga merupakan tempat yang kondusif untuk berbagi pengetahuan dan membuka akses ke jaringan baru (LaSalle 2016).
Nilai komunitas penting bagi milenial menurut (Hillman 2011), co-working space mendorong penggunanya untuk bisa mengeksplorasi minat di dalam  dan luar pekerjaannya. Komunitas sendiri dapat terbentuk jika didalamnya terjadi interaksi, dan coworking space menyediakan kesempatan tersebut. Sementara nilai keberlanjutan tidak hanya sebatas sumber daya yang digunakan, tetapi juga tentang bagaimana hubungan dan jaringan yang dibangun di dalam coworking space, dapat tetap berlangsung di luar lingkup coworking space.
Bandung Digital Valley dan Co&Co Space menggunakan networking event seperti seminar, workshop, dan training sebagai salah satu cara untuk menghadirkan nilai komunitas di dalam coworking space. Event ini biasa diselenggarakan oleh pihak coworking space, pihak ketiga, maupun kolaborasi antara pihak coworking space dan pihak ketiga.
- Aksesibilitas Â
- Pengguna coworking space adalah orang-orang yang memilih untuk bekerja di sana. Orangorang tersebut bisa saja merupakan para pekerja kantoran yang tidak nyaman dengan lingkungan pekerjaannya dan memilih untuk bekerja di tempat lain. Para pekerja ini memilih sendiri dimana dan kapan mereka akan bekerja, serta apakah coworking space tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka. Di dalam coworking space ini, mereka dikelilingi oleh para pekerja yang juga datang dengan pemikiran yang sama (Capdevila 2013). (Sykes 2014) dan (Deijl 2011) keduanya menyebutkan bahwa daya tarik ruang kerja bersama disebabkan oleh fleksibilitas dan mobilitasnya. Selain itu, coworking space juga terbuka untuk segala jenis bidang pekerjaan dengan kisaran harga yang beragam. Hal ini memberi akses yang luas bagi pengguna dari segi lokasi, sosial, dan ekonomi, untuk memilih coworking space mana yang akan mereka gunakan sebagai tempat bekerja.
Lokasi berhubungan dengan nilai aksesibilitas, dimana sebuah coworking space seharusnya berada pada lokasi yang mudah diakses. Lokasinya ini sebaiknya berada dekat dengan fasilitasfasilitas umum seperti universitas, lingkungan perkantoran, Kawasan tempat tinggal, serta lokasi yang mudah dijangkau oleh transportasi umum. Menurut (Barnhill and Russo 2017), selain kemajuan teknologi, demografi klien juga harus diperhatikan. Jika target pengguna adalah pekerja profesional dari berbagai kalangan, maka lokasi coworking space yang dekat dengan rumah merupakan salah satu faktor penting dalam pemilihan tempat bekerja. (Barnhill and Russo 2017) mencatat bahwa dalam survey yang dilakukan oleh Global Workspace Association Shared Workspace Member Survey pada tahun 2017, menunjukkan sebanyak 46% responden memilih 'dekat dengan rumah' sebagai faktor penting dalam memilih coworking space. Untuk target pengguna pelajar maupun mahasiswa aktif dan fresh graduate, maka lokasi coworking space di lingkungan pendidikan seperti sekolah dan universitas dapat menjadi faktor penting dalam pemilihan tempat bekerja atau belajar. Bandung Digital Valley dan Co&Co Space sendiri berada di wilayah Bandung Utara, dimana di wilayah tersebut banyak terdapat sekolah dan universitas. Sehingga coworking space cukup banyak diminati oleh pelajar, mahasiswa, juga fresh graduate.
Menurut (Luca 2019), bagi millennial, fleksibilitas berada pada peringkat tertinggi dalam value bekerja. Milenial mewakili kelompok kerja tertinggi yang mencari fleksibilitas di mana, kapan, dan bagaimana mereka akan bekerja. Aksesibilitas yang mudah tentunya menjadi poin terpenting bagi milenial dalam memilih coworking space sebagai tempat bekerja.
Selain itu pada Co & Co Space juga terdapat banyak jenis ruang bekerja dan variasi pada furnitur. Hal ini tentunya menjadi poin cukup penting karena dengan adanya keberagaman ini memberikan pengunjung kesempatan untuk bisa memilih dan menentukan sendiri dimana dan bagaimana mereka akan bekerja sesuai dengan kebutuhannya. Dalam hal ini misalnya pengguna yang berencana untuk menghabiskan waktu lama di coworking space dapat memilih kursi yang memiliki backrest, arm rest, serta dudukan yang empuk.
2.1.5 Konsep dan Definisi co-working space