Mohon tunggu...
Lusi Rahmawati
Lusi Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa tingkat akhir jurusan manajemen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Artikel Studi Literatur Bab 2 Penelitian Ilmiah Lusi Rahmawati Kelas B2 Manajemen

11 Juli 2024   11:15 Diperbarui: 11 Juli 2024   11:36 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

2.1.1 Pengertian Manajemen

Manajemen sangat penting bagi semua aspek, dengan adanya manajemen akan mempermudah suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan, untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, dan untuk mencapai sebuah efektifitas dan efisiensi. Keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan tergantung pada manajemen yang telah dibuat sejak awal. Untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan keinginan harus menerapkan manajemen yang baik dan teratur.

Manajemen berasal dari kata "to manage" yang artinya mengatur. Artinya manajemen adalah sebagai suatu proses dalam sebuah organisasi atau Perusahaan untuk mencapai sebuah tujuan. Dengan adanya manajemen akan mempermudah suatu pekerjaan dan juga memberikan pembagian kerja yang sesuai dengan keahlian. Manajemen menjadi lebih bisa berkembang dengan adanya fungsi manajemen itu sendiri,

Menurut firmansyah (2018:4) manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan. Pengarahan dan pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah di tetapkan terlebih dahulu.

Beberapa ahli mendefinisikan arti dari manajemen, diantaranya yaitu menurut Hitt, Black, & Porter (2012) Manajemen adalah proses mengumpulkan dan menggunakan sekumpulan sumber daya dengan cara diarahkan pada tujuan untuk menyelesaikan tugas dalam suatu organisasi

menurut Gulati, Mayo, & Nohria (2017) manajemen adalah Tindakan bekerja dengan dan melalui sekelompok orang untuk mencapai tujuan atau sasaran yang diinginkan dengan cara yang efisien dan efektif.

2.1.2 Pengertian Manajemen pemasaran

Manajemen pemasaran merupakan kegiatan yang direncanakan dan dijalankan oleh perusahaan. Perencanaan membutuhkan strategi dan keahlian yang tepat untuk menentukan rencana tersebut. Peran manajemen pemasaran dalam sebuah perusahaan sangatlah penting, ini termasuk menyiapkan produk yang lebih inovatif, dengan memilih pangsa pasar yang diharapkan perusaahan, dan mempromosikan produk baru kepada pembeli yang potensial.

Menurut Kotler dan Keller (2017:6), manajemen pemasaran merupakan pasar sasaran untuk menarik, mempertahankan, dan meningkatkan konsumen dengan menciptakan dan memberikan kualitas penjualan yang baik.

Menurut Tjiptono (2016:63), manajemen pemasaran secara keseluruhan yaitu cara perusahaan melakukan bisnis yang mempersiapkan, menentukan, dan mendistribusikan produk, jasa, dan gagasan yang dapat memenuhi kebutuhan pasar sasaran.

Menurut Assauri (2018:12), manajemen pemasaran merupakan kegiatan menciptakan, mempersiapkan, melaksanakan rencana yang dilakukan perusahaan

untuk menghasilkan keuntungan.

Berdasarkan ketiga pernyataan yang telah dijelaskan beberapa para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa manajemen pemasaran merupakan ilmu yang diterapkan pada suatu bisnis agar tetap hidup melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program penciptaan konsep pemasaran.

2.1.3 Ekonomi kreatif

Ekonomi kreatif merupakan proses ekonomi yang termasuk kegiatan produksi dan distribusi barang serta jasa di dalamnya yang membutuhkan gagasan dan ide kreatif serta kemampuan intelektual dalam membangunnya. Ekonomi kreatif merupakan gabungan dua kata yang masing-masing memiliki makna tersendiri. Ekonomi itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan ilmu tentang asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan, sementara kreatif merupakan kemampuan dalam memiliki daya cipta serta kemampuan untuk menciptakan. Dapat dikatakan bahwa ekonomi kreatif merupakan proses perekonomian yang mengutamakan nilai kreativitas. Ekonomi kreatif pada mulanya merupakan aliran ekonomi baru yang lahir pada awal abad ke-21. Aliran ekonomi tersebut diketahui mengutamakan nilai intelektual dalam menciptakan uang, menambah kesempatan kerja, serta memberikan kesejahteraan pada masyarakat.

Alvin Toffler (1980) mengungkapkan dalam teorinya bahwa terdapat tiga gelombang dalam peradaban ekonomi. Pertama, ialah pertanian. Kedua, ialah ekonomi industri, dan ketiga adalah ekonomi informasi. Ia juga kemudian memprediksi bahwa akan ada gelombang keempat, yakni ekonomi kreatif.

 Dalam konsep ekonomi kreatif, salah satu hal terbesar yang dibutuhkan adalah kreativitas. Hal itu karena industri kreatif merupakan inti dari bidang ekonomi kreatif yang digerakan oleh para kreator dan inovator. Sederhananya, ekonomi kreatif merupakan bentuk pengembangan dari konsep ekonomi, namun dengan penambahan kreativitas. Namun, kreativitas tersebut tidak hanya terbatas pada kegiatan produksi saja, tetapi juga termasuk ke dalam bagaimana penggunaan bahan baku serta inovasi suatu teknologi di dalamnya.

Ekonomi kreatif dalam era digital saat ini, kata ekonomi kreatif atau yang biasa disingkat sebagai ekraf mungkin sudah tidak asing lagi di telinga. Berbagai bisnis dijalankan dengan mengutamakan konsep kreatif sehingga tidak saja memudahkan masyarakat, tapi juga mengintensifkan kreativitas. Seiring berjalannya waktu, perkembangan bidang ekonomi pada akhirnya sampai di taraf ekonomi kreatif. Di mana kreativitas menjadi hal yang utama dalam pengembangan ekonomi, apa lagi, jika mengingat keadaan saat ini di mana kita masih hidup melawan pandemi, tentunya kreativitas dan inovasi-inovasi baru harus terus bertambah mengingat kita semua harus menyesuaikan hidup dengan keadaan.

Ekonomi kreatif telah menjadi salah satu bagian yang besar dalam pengembangan masyarakat. Di Indonesia, bidang ekonomi kreatif ini diketahui sudah dikembangkan sejak tahun 2006 pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal tersebut kemudian terus berlanjut hingga saat ini di Indonesia. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai dunia ekonomi kreatif, berikut adalah penjelasan mengenai pengertian ekonomi kreatif beserta pengertian dari para ahli di bidangnya, ciri-ciri, jenis, serta manfaatnya bagi Negara Indonesia itu sendiri.

Sampai saat ini, kemenparekraf terus menggencarkan potensi ekonomi kreatif dengan tujuan besarnya sebagai kesejahteraan Masyarakat. Ada 17 subsektor ekonomi kreatif yang perlu di ketahui dan bisa menjadi sumber pendapatan bagi Masyarakat:

  • Pengembang permainan (Game)
  • Industry dan ekosistem permainan (game) lokal memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam ekonomi kreatif tanah air. Tercatat kontribusi game untuk ekraf Indonesia pada 2017 adalah 1,93% PDB, dengan 44.733 jumlah tenaga kerja di sub sektor ini dan terus bertambah. Banyak peluang yang bisa di dalami, baik sebagai pembuat maupun pemain profesional, mengingat demografi Indonesia semakin banyak segmen produktif dan jumlah middle income class yang tinggi.
  • Kriya
  • Kriya merupakan subsector berciri khas Indonesia yang sangat dekat dengan industry parawisata yang meliputi segala kerajinan berbahan kayu, logam, kulit, kaca, keranik, dan tekstil. Subsector ini maju karena berlimpahnya material bahan baku yang tersedia dan tingginya kreativitas para pelaku industrinya. potensi kriya Indonesia yang mengandung kearifan lokal tercatat sebagai salah satu dari tiga subsektor penyambung PDB ekonomi kreatif terbesar dengan kontribusi lebih dari 14% untuk PDB ekraf pada rentang tahun 2018-2019.
  • Desain Interior
  • Desain interior adalah salah satu cabang seni rupa dan desain yang fokus terhadap perancangan ruang dan berbagai elemen-elemennya didalam suatu bangunan. Penggunaan jasa desainer interior untuk merancang estetika interior hunian, hotel, dan perkantoran pun semakin meningkat. Potensi ekonomi dari industry desain interior sangat menjanjikan meskipun harus di jalankan oleh pelaku yang profesional dan bisa memenuhi keinginan pelanggan. Munculnya berbagai sekolah konsultan, Perusahaan, dan asosiasi desain interior menunjukan adanya semangat dari syb sektor ini untuk berkembang di pasar nasional bahkan internasional.
  • Musik
  • Musik adalah cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara ke dalam pola-pola yang dapat di mengerti dan di pahami manusia. Sebsektor ini telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan Sebagian orang menjadikan music sebagai kebutuhan hidup.
  • Tantangan besar bagi pelaku music ialah pembajakan karya yang masih marak sehingga menyebabkan perkembangan industry music di Indonesia terhambat. Pembajakan tentunya menyebabkan turunnya kualitas dan kuantitas produksi, menurunya apresiasi Masyarakat, dan turunnya minat investasi.
  • Seni rupa
  • Seni rupa adalah wujud budaya yang berasal dari pemikiran atau perasaan manusia dan mencerminkan manifestasi dari segala yang di lakukan oleh seseorang dengan menciptakan kemewahan, kenikmatan, dan kebutuhan spiritual. Indonesia mempunyai potensi terbesar baik secara kualitas, kuantitas, pelaku kreatif, produktivitas dan potensi pasar. Seni rupa Indonesia juga sudah memiliki jaringan yang sangat kuat baik dalam negri atau pun luar negri.
  • Desain produk
  • Desain produk merupakan proses kreasi sebuah produk yang menggabungkan unsur fungsi dengan estetika sehingga bermanfaat dan memiliki nilai tambah bagi Masyarakat. Potensi besar ini turut menjadi angin segar bagi pertumbuhan produk lokal yang mencoba peruntungannya. Populasi penduduk yang di dominasi oleh usia produktif menambah potensi terbentuknya interaksi antara pelaku industry dan sub sektor desain produk juga di dukung oleh para pelaku industry yang memiliki craftmanshif andal. Para desainer produk di harapkan bisa mengangkat kearifan lokal dan kekayaan budaya karya-karyanya.
  • Fashion
  • Tren fashion senantiasa berubah dengan cepat dan selalu muncul mode fashion baru dalam hitungan bulan. Ini tak lepas dari produktivitas para desainer fashion lokal yang inovatif serta munculnya generasi muda kreatif yang antusias dengan industri sati ini. Masyarakat sebagai pasar pun juga semakin cerdas dan berselera tinggi dalam memilih pashion. Namun ternyata banyak tantangan yangharus di hadapi seperti kebanyakan pasar menganaktrikan fashion lokal dan memprioritaskan ruangannya untuk produk-produk impor.
  • Kuliner
  • Kuliner adalah hasil olahan yang berupa masakan berupa lauk-pauk dalam makanan sehari hari baik panganan maupun minuman. Sub sektor ini tidak terlepas dari kegiatan masak- memasak yang erat kaitannya dengan konsumsi makanan sehari-hari atau bisa juga makanan khas.
  • Sub sektor kuliner memberikan kontribusi yang cukup besra yaitu 30% dari total pendapatan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Beberapa perilaku industry kuliner melihat ada beberapa hal yang harus di perbaiki dan di Kelola secara serius. Salah satu di antaranya adalah perlunya akses perizinan usaha melalui satu pintu sehingga lebih mudah dan efektif.
  • Film, Animasi, dan Vidio
  • Film, Animasi, dan video mengalami perkembangan yang positif di Indonesia. Para rumah produksi mulai berlomba-lomba menggenjit produktivitasnya menggarap filem yang berkualitas dari segi cerita sekaligus menguntungkan secara komersial. Sub sektor film, animasi, dan video memliki potensi menjadi lebih besar dengan peraturan hak karya intelektual, investasi dan permodalan, serta akses penonton yang lebih luas. Ada berbagai tantangan seperti minimnya SDM yang mempunyai keahlian di bidang tersebut sehingga pilihan untuk memperoleh tim produksi masih terbatas.
  • Fotografi
  • Fotografi merupakan sub sektor yang berkembang pesat dari waktu ke waktu. Hal ini di dukung oleh meningkatnya minat anak muda terhadap fotografi, seiring perkembangan media sosial dan peralatan yang makin terjangkau. Tak sedikit dari mereka yang kemudian memutuskan terjun di bidang ini sebagai profesional. Di samping itu, tantangan seperti perlindungan HKI terutama untuk hak penggunanya karya fotografi, belum adanya pengarsipan karya -- karya dan keikutsertaan kemenparekraf agar karya fotografi mendapatkan perhatian internasional di nilai belum maksimal.
  • Desain komunikasi visual
  • Desain komunikasi visual atau desain grafis berperan penting dalam mendukung pertumbuhan bisnis pengusaha swasta, pemilik merek serta kelancaran program-program pemerintah ini merupakan potensi yang sangat menjanjikan dimana DKV bisa menyampikan pesan-pesan tanpa harus banyak menjelaskan. Potensi ini masih harus di tingkatkan, seperti kesadaran pasar tentang pentingnya desain grafis. Seringkali kara desaingrafis sering di nilai dengan harga yang kurang layak. Padahal para desiner grafis membutuhkan proses yang cukup Panjang dakam bekerja, dari memikirkan filosofi, mengolah desain sehingga mempunyai makna, dan menghasilkan produk jadi.
  • Televisi dan radio
  • Televisi dan radio merupakan media penyebaran informatif yang paling di tunggu sebelum adanya telepon pintar dan internet. Meskipun keberadaanya sudah jarang di perhatikan, televisi dan radio masih mempunyai peran yang sangat besar dalam penyebaran informasi.
  • Keberadaan televisi dan radio sudah merata di semua lapisan Masyarakat. Namun, tayang televisi di masa kini mulai menjauh dari kata berkualitas. Mayoritas statsiun merancang programnya hanya untuk megejar rating tinggi, tak lagi memperhatikan kualitas program yang di tayangkan.
  • Arsitektur
  • Arsitektur adalah seni ilmu dalam merancang bangunan dan struktur lainnya. Sub arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Peran arsitektur di Indonesia sangat di nilai sangat penting dimana desain dan struktur pada karyanya mencerminkan budaya dan karakter bangsa. Potensi arsitektur yang sangat besar memiliki tantangan yang salah satu di antaranya adalah kekurangan arsitek di Indonesia.
  • Periklanan
  • Periklanan merupakan industry strategis yang bisa di manfaatkan untuk menggaet lebih banyak pasar. Seiring perkembangan zaman, dunia periklanan terus menunjukan inovasi untuk bisa mengikuti dinamisme teknologi, media, dan lingkungan ekonomi dan sosial.
  • Seni pertunjukan
  • Seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan Tindakan individua tau kelompok pada lokasi dan waktu tertentu. Sub sektor ini mencakup kegiatan seni utama seperti teater, tari, music, dan sirkus, tetapi kegiatan seni ini umumnya lebih di kenal sebagai seni pertunjukan. Peran pemeritah tentu sangat di perlukan, terutama dalam menetapkan regulasi yang komperehesnif untuk mendorong perkembangan seni pertunjukan lebih lanjut. Banyaknya jumlah seni pertunjukan baik tradisi maupun kontemporer yang selama ini di kreasikan, di kembangkan, dan di promosikan, telah mendaptakan apresiasi dunia internasional.
  • Penerbitan
  • Pasar industry penerbitan memang tidak sebesar sub sektor yang lain, namun industry ini punya potensi yang tak kalah kuat. Banyak penerbitan besar dan kecil yang memungkinkan penerbitan buku dalam bentuk digital seiring perkembangan teknologi. Penerbitan turut berperan aktif dalam membangun kekuatan intelektual bangsa. Karya-karya sastawan, penulis, peneliti,  dan para cendekiawan, tak lepas dari peran industri ini. Walaupun saatii profesi penulis masih di anggap kurangmenjanjikan, banyak para penulis muda yang sangat antusias, silih berganti menerbitkan karya-karyanya.
  • Aplikasi
  • Aplikasi merupakan bukti kemajuan teknologi yang memudahkan Masyarakat untuk mendapatkan apa yang di inginkan hanya dengan menggunakannya di telepon pintar. Kemudahan dalam menjalankan berbagai aplikasi ini juga menjadi salah satu pendorong tumbuhnya pengembangan aplikasi tersebut. Iklim perubahan inilah yang menjadikan peluang sub sektor yang satu ini menjadi sangat potensial. Disisi lain pihak sub bsektor yang satu ini menjadi sangat potensial keterbatasan SDM, setidaknya minat investor dan belum adanya kebijakan proteksi yang memihak pada kepentingan developer domestik

2.1.4 Co-working space

Umumnya, co-working space dipahami sebagai sebuah lingkungan/ruang dimana beberapa profesi dapat bekerja dalam suatu area secara bersamaan baik dalam ruang privat ataupun ruang kerja terbuka (Metz & Archuleta, n.d.; Septiani, Aldy, & Firzal, 2017). Dalam aktivitas utamanya, co-working space tidak hanya merupakan ruang sewa yang dilengkapi fasilitas kerja tetapi juga berfungsi sosial bagi penggunanya untuk saling berinteraksi, bertukar informasi, dan berkolaborasi (Marcelina, Ardana, & Yong, 2016; Soerjoatmodjo, 2015; Wijaya, Hasudungan, Sitindjak, & Suryanata, 2017).

Berdasarkan tipe penggunanya, co-working space dapat dibagi menjadi tiga tipe. Pertama, coworking space bagi profesi khusus, yang digunakan oleh satu pelaku. Kedua, co-working space umum, dimana sering digunakan oleh freelancer dan perusahaan kecil. Desain dibuat dengan menyesuaikan kebutuhan dan karakter pengguna seperti unik, friendly, dan menyenangkan. Ketiga, co-working space khusus sebagai inkubator bisnis atau startup bisnis yang merupakan ruang kerja dengan manfaat tambahan tipe yang terakhir ini biasanya digunakan oleh para perusahaan aplikasi yang sedang merintis, sehingga dibutuhkan ruang khusus digital yang memfasilitasi untuk pengujian aplikasi yang sedang dibuat. Oleh karena itu, berbeda dengan ruang kantor pada umumnya, co-working space cenderung lebih cocok disebut sebagai ruang kerja yang terkurasi, artinya ruang tersebut sudah dipersiapkan untuk dapat mewadahi kegiatan-kegiatan kerja tertentu (Jakonen, Kivinen, Salovaara, & Hirkman, 2017).

Co-working space mempunyai standar ruang yang dapat mewadahi untuk kegiatan utama, adanya kebutuhan fisik interior yang dapat membuat nyaman pengguna terkait dengan pencahaayaan, penghawaan, suasana, suhu, furniture, dan kenyamanan egonomi. Di samping itu, area co-working space dilengkapi seringkali dengan berbagai fasilitas penunjang lain sehingga tidak sepenuhnya biaya operasional dibebankan pada biaya sewa pengunjung. Standar aktivitas dibagi menjadi beberapa golongan seperti aktivitas perorangan, kolektif,kelompok dan sosial. Tidak kalah pentingnya kebutuhan psikologis pengguna menjadi kebutuhan yang vital seperti interaksi, stimulai, privasi, keamanan, dll. Fasilitas yang ada cenderung tidak hanya memfasilitas generasi milenial sebagai pengguna dominan, tetapi juga mendorong perkembangan dan pertumbuhan dari bisnis startup itu sendiri. Dengan begitu, ruang co-working space dapat lebih optimal dan tepat sasaran bagi penggunanya (Merkel,2015).

  • Karakteristik co-working space
  • Dari banyaknya coworking space yang ada saat ini, tentunya terdapat pola-pola serupa yang dapat disimpulkan. Pola-pola ini dapat membentuk karakteristik dari coworking space. Banyak studi yang telah membahas mengenai karakteristik lingkungan kerja, namun studi mengenai karakteristik coworking space masih terbatas. Leesman pada 2013 telah mensurvey lebih dari 1.200 coworking space serta menganalisis lebih dari 140.000 penggunanya. Data ini kemudian disebut sebagai 'database Leesman'. Oleh Liebregts (2013) dan Susante (2015), data ini kemudian diolah dengan cara menerapkan analisis faktor untuk mengidentifikasi faktorfaktor tertentu. Hartog (2015) kemudian menggunakan analisis faktor tersebut untuk menyusun tabel tentang aspek-aspek dari kantor multi-tenant juga karakteristiknya. Namun hanya beberapa poin dari aspek-aspek tersebut yang dapat dijadikan karakteristik dari coworking space. Poin-poin pada tabel ini merupakan gabungan antara studi Hartog (2015) dan Kwiatkowski dan Buczynski (2011).
  • Nilai-nilai penting pada co-working space
  • Ada bagian ini akan membahas lima nilai komunal penting dalam coworking, seperti yang dijelaskan oleh Kwiatkowski and Buczynski (2011). Seperti yang telah dijabarkan juga di awal, bahwa selain nilai fleksibilitas, terdapat juga nilai komunal yang menjadi faktor penting pemilihan coworking space sebagai tempat bekerja. Nilai komunal inilah yang dimanfaatkan oleh milenial untuk memperluas jaringan dalam rangka meningkatkan peluang sukses. Menurut Kwiatkowski dan Buczynski, nilai-nilai komunal ini mencerminkan filosofi coworking dan dianggap sebagai awal dari hadirnya fenomena coworking. Lima nilai inti dari coworking adalah Collaboration (Kolaborasi), Openness (Keterbukaan), Community (Komunitas), Accessibility (Aksesibilitas), dan Sustainability (Keberlanjutan).
  • Kolaborasi dan keterbukaan
  • Salah satu fungsi dari coworking space adalah untuk membentuk ruang yang dapat merangsang interaksi antar pekerja di dalamnya. Menurut (Hillman 2011), coworking space dapat dimasukan ke dalam kategori lingkungan 'kontak tinggi' dimana banyak pertemuan tidak terencana dan interaksi spontan terjadi di dalamnya. Kolaborasi sendiri merupakan kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain dengan tujuan menciptakan nilai bersama. (Spinuzzi 2012) menyatakan kolaborasi merupakan hasil umum dari interaksi yang terjadi secara alami. Sementara keterbukaan merupakan nilai inti yang dapat dikombinasikan dengan kolaborasi. Ada banyak kesamaan antara keterbukaan dengan kolaborasi, salah satunya adalah kesediaan bekerja dan berbagi ide dan informasi dengan orang lain. Menurut (Parrino 2015), adanya kehadiran fisik antar rekan kerja dapat memicu adanya pertukaran pengetahuan. Pertukaran pengetahuan ini merupakan hal yang penting dalam coworking (Moriset 2014). Banyak faktor yang yang dapat meningkatkan kolaborasi antar rekan kerja dalam coworking space, misalnya visibilitas rekan kerja di lantai yang sama, kekompakan, tempat kerja, dan tata ruang yang terbuka. Tata ruang yang terbuka dapat meningkatkan interaksi. Semakin terbuka, maka batas untuk berkolaborasi semakin sedikit.

Menurut (Elizabeth Claps 2010), milenial memiliki kecenderungan untuk bekerja secara terbuka karena adanya keinginan untuk mendapat pengakuan atas pencapaian-pencapaian mereka. Nilai kolaborasi dan keterbukaan pada coworking space ini dapat mewadahi kebutuhan akan acknowledgment pada milenial, karena di dalamnya terdapat kemungkinan terjadinya interaksi, diskusi, dan sharing feedback antar pengguna ruang.

Di Bandung Digital Valley dan Co&Co Space, keduanya sama-sama menyediakan fasilitas berupa ruang conference, area event, area informal dengan sofa, pantry, juga area tenang yang mendukung nilai kolaborasi dan keterbukaan. Fasilitas ini memungkinkan para penggunanya untuk saling bertemu dan saling bertukar pengetahuan atau informasi (knowledge sharing) sehingga dapat terjadi kolaborasi.

  • Komunitas dan keberlanjutan
  • (Hillman 2011) berpendapat bahwa nilai keberlanjutan dapat dikombinasikan dengan nilai komunitas. Dalam penerapannya, kata berkelanjutan selalu dikaitkan dengan kata-kata 'hijau', 'lingkungan', dan 'ekologis'. Coworking space menerapkan keberlanjutan secara ekologis karena sumber dayanya digunakan bersama. Para penggunanya menggunakan listrik, furniture, dan layanan lainnya secara bersama. Biaya sewa yang lebih murah juga merupakan nilai keberlanjutan dari sisi ekologis, ekonomi, dan organisasi. Dalam penerapannya, nilai keberlanjutan ini berkaitan dengan elemen-elemen interior dan sistem utilitas di dalam bangunan seperti pemilihan material lantai, dinding, ceiling, furniture, juga sistem pencahayaan dan penghawaan. Di Co&Co Space sendiri sudah memanfaatkan sistem pencahayaan alami dan penghawaan alami sebagai salah satu bentuk penerapan nilai keberlanjutan.

Selain itu, nilai paling penting dalam coworking space adalah nilai komunitas. Coworking space menciptakan adanya komunitas dari berbagai jenis pengguna dan perusahaan yang berbeda. (Spinuzzi 2012) menyebut coworking space sebagai community workspace atau ruang kerja komunitas. Poin penting dalam nilai komunitas adalah kemudahan dalam aksesnya dan keterbukaannya untuk semua pengguna. Hal ini terkait berbagi pengetahuan, berkomunikasi, mempelajari hal baru, dan ikut merayakan kesuksesan keberhasilan pengguna atau perusahan lain. Menurut (Capdevila 2013), coworking space merupakan 'mikrokluster' dimana di dalamnya terdapat kemungkinan terjadinya knowledge sharing antar anggota berbasis jaringan. Selain sebagai tempat bekerja, coworking space juga merupakan tempat yang kondusif untuk berbagi pengetahuan dan membuka akses ke jaringan baru (LaSalle 2016).

Nilai komunitas penting bagi milenial menurut (Hillman 2011), co-working space mendorong penggunanya untuk bisa mengeksplorasi minat di dalam  dan luar pekerjaannya. Komunitas sendiri dapat terbentuk jika didalamnya terjadi interaksi, dan coworking space menyediakan kesempatan tersebut. Sementara nilai keberlanjutan tidak hanya sebatas sumber daya yang digunakan, tetapi juga tentang bagaimana hubungan dan jaringan yang dibangun di dalam coworking space, dapat tetap berlangsung di luar lingkup coworking space.

Bandung Digital Valley dan Co&Co Space menggunakan networking event seperti seminar, workshop, dan training sebagai salah satu cara untuk menghadirkan nilai komunitas di dalam coworking space. Event ini biasa diselenggarakan oleh pihak coworking space, pihak ketiga, maupun kolaborasi antara pihak coworking space dan pihak ketiga.

  • Aksesibilitas  
  • Pengguna coworking space adalah orang-orang yang memilih untuk bekerja di sana. Orangorang tersebut bisa saja merupakan para pekerja kantoran yang tidak nyaman dengan lingkungan pekerjaannya dan memilih untuk bekerja di tempat lain. Para pekerja ini memilih sendiri dimana dan kapan mereka akan bekerja, serta apakah coworking space tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka. Di dalam coworking space ini, mereka dikelilingi oleh para pekerja yang juga datang dengan pemikiran yang sama (Capdevila 2013). (Sykes 2014) dan (Deijl 2011) keduanya menyebutkan bahwa daya tarik ruang kerja bersama disebabkan oleh fleksibilitas dan mobilitasnya. Selain itu, coworking space juga terbuka untuk segala jenis bidang pekerjaan dengan kisaran harga yang beragam. Hal ini memberi akses yang luas bagi pengguna dari segi lokasi, sosial, dan ekonomi, untuk memilih coworking space mana yang akan mereka gunakan sebagai tempat bekerja.

Lokasi berhubungan dengan nilai aksesibilitas, dimana sebuah coworking space seharusnya berada pada lokasi yang mudah diakses. Lokasinya ini sebaiknya berada dekat dengan fasilitasfasilitas umum seperti universitas, lingkungan perkantoran, Kawasan tempat tinggal, serta lokasi yang mudah dijangkau oleh transportasi umum. Menurut (Barnhill and Russo 2017), selain kemajuan teknologi, demografi klien juga harus diperhatikan. Jika target pengguna adalah pekerja profesional dari berbagai kalangan, maka lokasi coworking space yang dekat dengan rumah merupakan salah satu faktor penting dalam pemilihan tempat bekerja. (Barnhill and Russo 2017) mencatat bahwa dalam survey yang dilakukan oleh Global Workspace Association Shared Workspace Member Survey pada tahun 2017, menunjukkan sebanyak 46% responden memilih 'dekat dengan rumah' sebagai faktor penting dalam memilih coworking space. Untuk target pengguna pelajar maupun mahasiswa aktif dan fresh graduate, maka lokasi coworking space di lingkungan pendidikan seperti sekolah dan universitas dapat menjadi faktor penting dalam pemilihan tempat bekerja atau belajar. Bandung Digital Valley dan Co&Co Space sendiri berada di wilayah Bandung Utara, dimana di wilayah tersebut banyak terdapat sekolah dan universitas. Sehingga coworking space cukup banyak diminati oleh pelajar, mahasiswa, juga fresh graduate.

Menurut (Luca 2019), bagi millennial, fleksibilitas berada pada peringkat tertinggi dalam value bekerja. Milenial mewakili kelompok kerja tertinggi yang mencari fleksibilitas di mana, kapan, dan bagaimana mereka akan bekerja. Aksesibilitas yang mudah tentunya menjadi poin terpenting bagi milenial dalam memilih coworking space sebagai tempat bekerja.

Selain itu pada Co & Co Space juga terdapat banyak jenis ruang bekerja dan variasi pada furnitur. Hal ini tentunya menjadi poin cukup penting karena dengan adanya keberagaman ini memberikan pengunjung kesempatan untuk bisa memilih dan menentukan sendiri dimana dan bagaimana mereka akan bekerja sesuai dengan kebutuhannya. Dalam hal ini misalnya pengguna yang berencana untuk menghabiskan waktu lama di coworking space dapat memilih kursi yang memiliki backrest, arm rest, serta dudukan yang empuk.

2.1.5 Konsep dan Definisi co-working space

System bekerja jarak jauh (remote working) sebenarnya sudah berlaku jarak lama namun umumnya pekerja jarak jauh bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Dalam perjalananya, ditemui beberapa permasalahan dalam sistem WFH dimana sistem ini di rasa kurang produktif dan memiliki interaksi sosial yang sangat minim pada pusat-pusat bisnis (Yu, burke, & Raad, 2019). Akhirnya di tahun 2005, di bangunlah co-working space. Setahun kemudian, tercatat tidak kurang dari 700 co-working space berkembang di seluruh dunia (Yu, burke, & Raad,2019). Di Indonesia sendiri, co-working space baru mulai muncul di tahun 2008 di kota bandung.

Sebagai ruang kerja Bersama, co-working space di lengkapi dengan fasilitas yang di gunakan secara Bersama-sama atau berbagi. Co-working space menggabungkan ruang informal dan kreatif dengan elemen ruang kerja atau ruang fungsional, sehingga tipologi area kerja seperti ini pola kerja dapat di lakukan secara lebih fleksibel dan dinamis. Penggunaan co-working space yang dapat di lakukan secara berbagi menjadikan co-working space berkembang sebagai ruang kolaborasi dan bertukar ide di antara penggunaanya, sebagai ruang belajar pemngalaman dan pengetahuan baru secara ekonomis dan efesien (Ayu & Wijayanti , 2019). Tidak mengherankan, co-working space kemudian banyak di minati oleh para pekerja mandiri maupun komintas kreatif karena lingkungan kerja yang di tawarkan oleh co-working space memberikan keleluasan bekerja dan dapat merangsang kreativitas.

2.1.6 Pengertian startup

Pengertian startup atau star-up atau juga disebut dengan Perusahaan rintisan ini adalah sebutan yang mengacu pada sebuah perusahaan yang belum lama berjalan. Sebagian besar perusahaan yang masuk di dalam bisnis startup ini ialah sebuah perusahaan yang baru berdiri serta juga di dalam tahap pengembangan dan juga masih mengkaji pasar yang tepat untuk dapat memasarkan produk mereka. Banyak yang menghubungkan bisnis startup tersebut dengan seluruh macam hal yang berkaitkan dengan web, teknologi,internet serta lainnya yang masih terkait. Secara bahasa, startup tersebut berasal dari kata start (yang memiliki arti mulai) serta juga up (yang memiliki arti naik atau meningkat). Startup dengan secara Bahasa ialah "mulai meningkat" atau juga "mulai naik". Lawannya katanya startdown atau mulai turun. Istilah dari startup tersebut merujuk pada usaha atau juga perusahaan dengan memanfaatkan sebuah teknologi internet. Pengertian mengenai startup yang dimaksud sampai saat ini ialah "memulai usaha itu dengan secara online yang setelah itu akan berkembang" atau pun juga "sebuah bisnis berbasis online yang baru juga dirintis". Startup tersebut merupakan sebuah perusahaan yang baru saja dibangun atau didirikan serta juga berada di dalam tahapan atau fase pengembangan serta juga penelitian untuk dapat menemukan pasar yang tepat.

Kiwe (2018) awal mulanya startup hanyalah sebuah badan usaha untuk jasa dan produk yang saat itu banyak dicari dan dibutuhkan oleh banyak orang dengan jangkauan pasar yang masih kecil.

2.1.7 Tantangan startup kreatif

Stratup merupakan Perusahaan awal atau rintisan yang di bentuk untuk menciptakan produk inovatif, kreatif, dan belum pernah dibuat sebelumnya. Ries (2011) berpendapat bahwa stratup adalah sebuah organisasi yang di ciptakan untuk membuat produk atau layanan baru dan inovatif dalam sebuah kondisi ketidakpastian yang tinggi di luarkemampuan dan ketidak pastina. Dalam industri stratup di butuhkan kreativitas Perusahaan maupun individu yang memiliki daya cipta, kemampuan penciptaan kreativitas dan penemuan baru.

Di Indonesia sudah banyak stratup yang berhasildan tumbuh menjadi Perusahaan yang sukses dengan pendapatan yang sangat besar dan masuk dalam kelompok bisnis Tingkat dunia. Beberapa startup yang sukses seperti Go-Jek,Grab,Traveloka,Tokopedia,Bukalapak dan lain-lain. Namun tidak sedikit startup yang tumbang dan gagal sebelum masa launching, hampir 90% startup yang di ciptakan di dunia gagal.

2.1.8 Karakteristik Startup Kreatif

Karakter dapat di maknai sebagai values (nilai-nilai),tingkah laku,watak,tabiat dan kepribadian seseorang, terbentuk melalui proses yang Panjang, melalui tempaan lingkungan dan orang-orang yang berada di lingkungan tersebut. Dari sudut pandang etimologis, karakter yang berasal dari kata character yang berarti a distinctive differentiating mark tanda atau sifat yang membedakan sseorang dengan orang lain (syarbini,2012, hlm. 13). Demikian juga yang terjadi dengan para pelaku startu kreatif yang dalam interaksinya mempunyai karakteristik tersendiri dan unik.

2.1.9 Pengertian Freelancer

Menurut dermawan dan desi (2009), freelance adalah salah satu profesi yang bekerja pada suatu Perusahaan atau instansi tanpa perjanjian kerja jangka Panjang atau tanpa ikatan kerja. Menurut Moreira (2013), co-working space adalah kantor sewa yang bertujuan menciptakan inovasi dan kreativitas di bidang ekonomi dunia kerja berdasarkan kolaborasi, berbagi dan memasyarakat. Keberlanjutan keterbukaan dan aksebilitas untuk freelancer, usaha kecil, serta organisasi di seluruh dunia dengan semangat kewirausahaan dan visi kreatif yang terus menjadi inspirasi. Menurut Lazuardi dan Donny (2014), co-working space adalah konsep baru sebuah tempat bekerja yang di adaptasi dari eropa dan amerika serikat.

2.1.10 Tantangan freelancer

Freelancer yang menggunakan coworking space mengahadapi beberapa tantangan, termasuk kurangnya kemampuan pengelolaan oprasional usaha yang terintegrasi. Freelancer yang bekerja dari coworking space mungkin menhadapi kesulitas dalam mengelola oprasional bisnis mereka secara efektif, seperti pengelolaan waktu, pengelolaan proyek, dan pengelolaam keuangan. Belum adanya aplikasi pendukung oprasional bisnis yang dapat mengefektifkan usaha, freelancer mungkin tidak memiliki akses aplikasi yang dapat membantu mereka dalam mengelola bisnis secara efektif, seperti sistem pengelolaan proyek, sistem pengelolaan waktu, atau sistem pengelolaan keuangan. Freelancer juga kurang mampu dalam mengelola waktu dan prioritas, freelancer yang bekerja dari co-working space mungkin kesulitan dalam mengelola waktu dan prioritas, sehingga mereka mungkin tidak dapat mempertahankan bisnis mereka secara stabil.

Dengan demikian, freelancer yang menggunakan co-working space harus memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola oprasional bisnis, mengelola waktu, mengelola keuangan, dan mengelola prioritas untuk dapat bekerja secara efektif dan efesien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun