Ini patut dicatat. Vicky Lumentut meraih gelar doktornya di bidang “competitive intelligence”, dengan thesis tentang “competitive intelligence”.
Dan untuk itu Vicky Lumentut tidak perlu bergulat dengan teori, membaca buku. Tidak perlu pulang pergi ke Marseille atau Proven di Perancis sana. Vicky Lumentut tetap duduk manis sebagai Sekretaris Daerah. Tulis saja apa yang sudah dilakukan-nya sebagai pejabat. Sebut saja istilah “competitive intelligence” beberapa kali. Maka, jadilah Vicky Lumentut seorang doktor. Cerdas.
Lalu, apa sebenarnya “competitive intelligence” dan layakkah praktek ini menyandang gelar PhD/Doktor?
Mari bertanya ke Wikipidia (https://en.wikipedia.org/wiki/Competitive_intelligence). Apa itu competitive intellingence. Ini jawabnya: Competitive intelligence is the action of defining, gathering, analyzing, and distributing intelligence about products, customers, competitors, and any aspect of the environment needed to support executives and managers making strategic decisions for an organization. Competitive Intelligence adalah proses menentukan, mengumpulkan, menganalisis, menyebarkan “informasi intelijen/mata-mata” tentang produk, pelanggan yang dimiliki pesaing. Competitive Intelligence atau CI, menurut wikipidia, biasa juga disebut “analisis kompetitor”.
Majalah bisnis internasional Fortune pernah muat tulisan menarik yang menjelaskan secara ringkas keterkaitan Competitive Intelligence dengan dunia bisnis. Judulnya langsung menohok: “How The Biz World Took a Page from the CIA (http://fortune.com/2012/12/20/how-the-biz-world-took-a-page-from-the-cia/)
Artikel itu menulis, Competitif Intelligence (CI) adalah profesi yang tengah naik daun ketika persaingan di dunia bisnis semakin ketat. Di tulisan ini, dunia dan profesi CI memang identik dengan dunia spionase ala CIA. Bahkan, asal mula praktek CI di dunia bisnis ini memang terkait dengan CIA. Jan Herring, Direktur Intelijen di Motorola pada 1980-an yang disebut dalam artikel ini, adalah mantan intel CIA.
Penelusuran apa itu Competitive Intelligence di bidang akademik di Sulawesi Utara dan Manado, ternyata juga membawa kita ke dunia “intelijen ekonomi” ini. Cek saja link dan nama ini: http://competitive-intelligence.asia/ci/index.php/our-services/the-experts/18-sri-damayanty-manullang.
Ada nama Sri Damayanty Mannullang. Gelarnya Dr dan HDR. HDR adalah Habilitation à Diriger des Recherches HDR”, sertifikat lain lagi yang diperoleh setelah Doktor di bidang Competitive Intelligence ini. Dengan gelar HDR ini menunjukkan seseorang punya kapasitas untuk kerjasama dengan lembaga pemberi gelar di Prancis untuk menggelar program yang sama di Indonesia.
Yang menarik, nama-nama yang terlibat memberi gelar “HDR” pada Sri Damayanti Manullang memang terkait dengan dunia intelijen ekonomi. Ada nama Philippe Clerc (Direktur of Competitive Intelligence in the AFCI Assemblee of the French Chambers of Commerce and Industry for all the France, KADIN-nya Prancis). Lalu Luc Quoniam (University Professor, sebelumnya Atase di Brazil dan Direktur Perusahaan Cendotec). Lalu juga nama Alain Juillet, mantan penasehat PM Prancis di bidang intelijen ekonomi.
Karena keterkaitannya dengan dunia intelijen atau spionase ini, profesi Competitive Intelligence atau CI di dunia selalu dikaitkan dengan pertanyaan: etis atau tidak, legal atau illegal.
Pertanyaan berikut: dengan mudahnya memberi gelar DEA dan PhD di bidang ini di berbagai negara, adakah kepentingan dunia intelijen ekonomi Perancis?