Mohon tunggu...
Lusiana Roamer
Lusiana Roamer Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hidup harus bermanfaat dan berguna untuk orang banyak. Berbuat ikhlas tanpa alasan..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aksi Nyata Modul 1.3 Penerapan Budaya Positif dengan Keyakinan Kelas

18 Agustus 2024   17:12 Diperbarui: 18 Agustus 2024   17:17 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam Penggerak !

Lingkungan sekolah adalah tempat dimana peserta didik belajar dan harus dapat menghadirkan suasana yang kondusif, aman, nyaman dan menyenangkan. Suasana positif di lingkungan sekolah memiliki urgensi yang tinggi karena harus bisa membuat peserta didik betah untuk belajar berlama-lama di sekolah tanpa ada rasa tertekan. Penciptaan suasana kondusif, aman, nyaman, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh pendidik melalui keteladanan terkait kedisiplinan, memulai pembelajaran dengan kesepakatan atau kontrak belajar. Di dalam kesepakatan atau kontrak belajar tersebut harus memuat tentang bagaimana memberikan kesempatan yang sama dalam berpendapat dan dalam memberikan pelayanan serta selalu memilih strategi yang sesuai dengan karakterisitik, potensi dan kebutuhan peserta didik agar mereka enjoy dalam belajar tanpa ada keterpaksaan. 

Untuk meningkatkan lingkungan sekolah yang positif  maka harus didukung dengan pembiasaan-pembiasaan yang akan menjadi budaya di sekolah tersebut. Budaya positif dalam konteks organisasi atau komunitas merujuk pada nilai-nilai, sikap, dan praktik yang mendorong lingkungan kerja atau interaksi yang produktif, sehat, dan mendukung. Sehingga peserta didik dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, dan bertanggung jawab. Berikut adalah lima budaya positif yang sering diterapkan dalam organisasi atau kelompok:

  1. Komunikasi Terbuka dan Jujur: Menciptakan suasana di mana setiap orang merasa nyaman untuk berbicara dan berbagi pendapat mereka secara terbuka tanpa takut akan reaksi negatif. Ini termasuk mendengarkan secara aktif, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat.

  2. Penghargaan dan Pengakuan: Menghargai dan mengakui kontribusi serta prestasi individu dan tim. Ini bisa berupa pujian verbal, penghargaan formal, atau bentuk pengakuan lainnya yang menunjukkan bahwa upaya dan hasil kerja mereka dihargai.

  3. Kepemimpinan yang Inspiratif dan Mendukung: Pemimpin yang mampu memberi contoh melalui tindakan mereka sendiri, mendukung pertumbuhan dan pengembangan anggota tim, serta memberikan arahan dan motivasi. Kepemimpinan yang baik juga termasuk kemampuan untuk membuat keputusan yang adil dan transparan.

  4. Kerja Sama dan Tim yang Solid: Mendorong kerja sama antar anggota tim dengan menumbuhkan rasa saling percaya, berbagi pengetahuan, dan bekerja menuju tujuan bersama. Budaya positif sering melibatkan pembentukan tim yang solid dengan dinamika yang mendukung kolaborasi.

  5. Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi: Menghargai pentingnya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Ini mencakup memberikan fleksibilitas dalam jam kerja, mendukung kebutuhan pribadi anggota tim, dan menciptakan lingkungan yang tidak membebani kesejahteraan mental dan fisik mereka.

Menerapkan lima budaya positif ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih produktif, harmonis, dan menyenangkan bagi semua anggota kelompok atau organisasi. 

Budaya positif yang dapat dilaksanakan dalam upaya menumbuhkan selfdicipline peserta didik adalah menanamkan motivasi intrinsik pada peserta didik untuk menjadi orang yang diinginkan  dan dapat menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Salah satu budaya positif yang dapat dikembangkan dan diterapkan adalah keyakinan kelas. 

Keyakinan kelas adalah nilai-nilai kebajikan (prinsip-prinsip) universal yang disepakati bersama, lepas dari latar belakang suku, bahasa, maupun agama. Keyakinan akan lebih memotivasi seseorang secara intrinsik, sehingga menjadi pribadi yang selalu ingin bergerak dan bersemangat dalam menjalankan keyakinannya itu, bukan sekedar mengikuti peraturan yang ada. Keyakinan lebih condong datang dari dalam diri sendiri dalam rangka keinginan untuk merubah keadaan diri sendiri, tanpa pengaruh orang lain. 

Ciri-ciri keyakinan kelas antara lain :

1) Bersifat lebih abstrak daripada peraturan yang terinci dan konkret 

2) Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal yang dibuat dalam bentuk kalimat positif

3) Keyakinan kelas tidak dibuat dalam jumlah banyak sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas

4) Keyakinan kelas merupakan sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan kelas tersebut

5) Pembuatan keyakinan kelas melibatkan semua warga kelas melalui kegiatan curah pendapat

6) Keyakinan kelas dapat ditinjau kembali dari waktu ke waktu

Bagaimana cara menumbuhkan budaya positif melalui keyakinan kelas ?

a. Memperkenalkan keyakinan kelas kepada peserta didik dengan memaparkan maksud dan tujuan dibuatnya keyakinan kelas 

     tersebut

b. Menyusun keyakinan kelas bersama-sama peserta didik sehingga menghasilkan kesepakatan

c. Membiasakan penerapan keyakinan kelas untuk menumbuhkan selfdicipline pada peserta didik

Pelaksanaan selanjutnya adalah memberikan pemahaman tentang keyakinan kelas dengan melibatkan seluruh anggota kelas dalam menyusun keyakinan kelas, dengan cara :

1) Melakukan brain storming tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan

2) Mencatat semua masukan

3) Mengajak peserta didik untuk menemukan nilai kebajikan (keyakinan) yang merupakan inti peraturan.

4) Menyusun keyakinan kelas dari nilai-nilai kebajikan

5) Membuat poster keyakinan kelas secara berkelompok

6) Menempatkan keyakinan kelas di posisi yang mudah dilihat warga kelas

Contoh keyakinan kelas XI PB 3 :

1) Menjalankan keyakinan dan ajaran agama

2) Menjaga kebersihan dan merawat fasilitas kelas

3) Menjadi murid yang sopan santun, saling menghargai, dan saling tolong menolong

4) Menghargai guru dan anggota sekolah lainnya

5) Menggunakan gawai hanya untuk penunjang pembelajaran

6) Mentaati peraturan sekolah

7) Rajin belajar dan mengerjakan tugas dengan baik

Tantangan yang dihadapi terkait dengan keyakinan kelas adalah dalam hal menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri peserta didik. Mindset yang sudah tertanam dalam diri mereka selama ini adalah peraturan, bukan keyakinan. Tujuan mereka mematuhi peraturan itu sendiri hanya untuk menyenangkan dan mendapatkan nilai baik dari guru, serta berlaku sesuai aturan dan hanya agar tidak mendapatkan hukuman atau menghindari ketidaknyamanan saja. Sehingga untuk mengubah mindset dari motivasi ekstrinsik ke motivasi intrinsik inilah yang menjadi tantangan bagi guru dalam penerapan keyakinan kelas. Maka dari itu dalam memberikan pemahaman untuk pelaksanaan keyakinan kelas ini perlu banyak waktu agar budaya positif ini bisa berproses dengan baik dan peserta didik bisa berkomitmen dengan keyakinannya yang memang berasal dari motivasi intrinsik mereka. 

Untuk rencana tindak lanjut keyakinan kelas yang bisa dilakukan :

1. Melakukan pembiasaan dalam penerapan keyakinan kelas di awal pertemuan

2. Membuka ruang komunikasi dengan peserta didik untuk mengakomodoasi kebutuhannya

3. Membiasakan diri untuk mengambil posisi kontrol sebagai manajer

4. Melakukan penanganan permasalahan peserta didik dengan segitiga restitusi perubahan paradigma :

    a. Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan

    b. Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan

    c. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan

    d. Restitusi diri adalah cara yang paling baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun