Aku ada......
SREKKKKKK.....CIIITTTTT....(decit rem dan roda sepeda)
Pete, teman baik Nick datang ke taman itu. Ia langsung menyapa Nick.
"Hei, lagi ngapain?"
"Biasa, cari inspirasi," Nick membalas pertanyaan Nick, sambil mencari pijakan untuk turun dari pohon.
Paman Willie, begitu biasa mereka memanggil pohon itu. Tubuhnya yang penuh dengan urat-urat di sana sini, menunjukkan usia Paman Willie yang sudah ratusan tahun. Juluran jenggotnya yang panjang. Tangannya yang menjulang tinggi ke langit. Tak lupa bentuknya yang agak membungkuk. Khas kakek-kakek.
Namun, pohon yang tingginya dua tiga kali orang dewasa ini, selalu setia menemani Nick menciptakan puisi indahnya. Paman Willie selalu menjaga mereka berdua yang bermain-main sejak dahulu. Ia adalah saksi bisu persahabatan Nick-Pete sejak SMP.
Pete: "Udah makan ta? Pagi-pagi udah tidur ma Paman Willie lagi. Ati-ati kesambet lho, bro!"
Nick mendengar celoteh sahabatnya langsung tertawa keras. "Hahahahaha...."
"My bro, we live in modern life now. And you still believe on that stuff. Oh my god."
"Not not not, my prend," (Pete mulai jengkel kalau temannya ngomong Inggris. Sok kebarat-baratan. Jadi sekalian aja diajak ngomong Inggris. Walau Inggrisnya kacau bin ajaib.)