Institusi pendidikan yang seharusnya dapat menjadi wadah untuk menyemai bibit-bibit toleransi, ternyata malah menumbuhkan sikap diskriminatif dan kebencian. Hal itu tampak ketika adik Maryam, Fatimah, yang masih SMA, mendapat nilai 5 di rapor pada mata pelajaran agama.Â
Sang ayah yang mengetahuinya, marah besar dan tidak terima. Ia pun mendatangi sekolah dan minta penjelasan. Ayahnya semakin kecewa ketika tahu bahwa alasan Fatimah diberi nilai merah hanya karena dia seorang Ahmadi.Â
Kebencian terhadap kelompok Ahmadiyah ini sampai-sampai membuat keluarga Maryam tidak dapat melaksanakan wasiat sang ayah untuk menguburkannya di Gerupuk. Warga menolak lantaran tidak sudi kalau tanah pemakaman itu dipakai untuk menguburkan jenazah orang sesat.Â
Keimanan Itu Personal
Membaca novel ini mengingatkan saya pada salah satu video di kanal YouTube Narasi Newsroom yang meliput kehidupan jemaah Ahmadiyah di pengungsian transito, NTB. Salah satu narasumber yang diwawancarai, Syahidin, menceritakan bagaimana dirinya yang terusir dan rumahnya yang sudah delapan kali dirusak, dibakar serta diratakan. Mirip kan, dengan kondisi keluarga Maryam yang terusir dari rumah dan kampungnya?Â
Kondisi transito yang kini ditempatinya bersama pengungsi Ahmadiyah lainnya sudah tidak layak. Sementara janji untuk memindahkan mereka ke tempat yang lebih layak hanya jadi wacana.Â
Ada pemikiran pada diri mereka yang melakukan persekusi bahwa kelompok yang dinilai sesat ini halal untuk dibunuh. Lengkap dengan propaganda dan imajinasi yang dibangun bahwa kalau kelompok-kelompok itu dibiarkan akan menyesatkan lebih banyak orang. Mungkin mereka lupa pada pesan Al-Quran yang menyuruh kita untuk berlaku adil meskipun kita tidak menyukai orang atau kelompok yang bersangkutan (Al-Maidah ayat 8).Â
Lagipula, siapa yang mampu menilai dengan akurat bahwa seseorang beriman atau sesat? Keimanan adalah sesuatu yang sangat personal. Manusia tidak punya instrumen secanggih itu untuk menilai kualitas keimanan seseorang. Bahkan kepada dirinya sendiri, seseorang tidak bisa menjamin bahwa keimanannya akan selalu baik-baik saja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H