Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kepemimpinan Kaum Muda Jangan Cuma Ikut-Ikutan Tren

23 Oktober 2023   10:42 Diperbarui: 23 Oktober 2023   12:44 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kepemimpinan kaum muda. (Dok Freepik)

Varadkar mulai dikecam oleh masyarakat Irlandia karena terlalu sibuk membangun citra positif dirinya dan Irlandia di mata dunia, sampai mengabaikan urusan-urusan domestik seperti pembangunan rumah bagi tunawisma. 

Ketika Covid-19 melanda dunia, Varadkar juga dianggap lamban dalam menangani dampak pandemi di negaranya. Sampai-sampai bintang UFC Conor McGregor berinisiatif sendiri membelanjakan lebih dari Rp 17 miliar uangnya untuk membeli alat pelindung diri (APD) dan menyerahkannya ke sejumlah rumah sakit di wilayah Leinster.

Kurz yang mengundurkan diri pada 2021 di tengah berbagai tuduhan korupsi, baru-baru ini kembali menjadi perhatian publik setelah beberapa film tentang dirinya dirilis sekaligus. 

Salah satu film yang paling ditunggu adalah film dokumenter kritis berjudul Projekt Ballhausplatz yang menggambarkan tentang naik turunnya karier Kurz di dunia politik. 

Analis politik Austria, Thomas Hofer mengatakan bahwa Kurz memiliki kebiasaan hanya menerbitkan buku atau film yang pandai memuji dirinya agar citranya tetap terjaga di mata publik.

Tantangan sebagai pemimpin muda juga tidak mudah bagi perempuan. Alih-alih sorotan atas pemikiran, kinerja atau prestasi di dunia politik, pemimpin muda perempuan kerap dihadapkan pada seksisme. 

Tak peduli sebaik apapun mereka bekerja, komentar dan pemberitaan miring soal penampilan, kehidupan pribadi atau hal-hal yang menyangkut keperempuanan, sering kali lebih heboh ketimbang sorotan tentang kerja-kerja politiknya.

Hal ini dialami oleh Sanna Marin (sekarang mantan PM Finlandia) yang dihujat publik hanya gara-gara foto dirinya dalam balutan blazer tanpa bra di majalah gaya hidup, Trendi. Ketika foto-foto dirinya di sebuah private party bocor, Marin dijuluki "Party Prime Minister", yang tentu saja dimaksudkan sebagai olok-olok.

Gaya "rebel", gaul, kekinian, dan kemampuan public speaking yang ciamik memang kombinasi yang mantap untuk menarik suara anak muda. Namun, sepandai-pandainya para politisi muda memoles citra dirinya, kemampuan dan integritasnya sebagai pemimpin harus bisa dibuktikan secara konkret. 

Tanpa itu semua, pencitraan di awal hanya omong kosong. Harapan akan pemimpin muda yang juga mampu mendengar dan menjawab keresahan banyak anak muda, ternyata sama saja seperti politisi boomer yang memanfaatkan suara anak muda hanya untuk memenangkan kontestasi 5 tahunan.

Janganlah kita jadi FOMO, sekadar ingin mencontoh negara lain yang sudah lebih dulu menelurkan pemimpin muda. Sebab, dalam memimpin suatu institusi, daerah bahkan negara, ada hal lain yang wajib dimiliki oleh pemimpin muda, termasuk pengalaman politik yang panjang plus kontribusi serta integritasnya sepanjang pengalaman politik tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun