Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hukuman Cukur Rambut: Kekerasan yang Diwariskan dengan Dalih Mendisiplinkan Siswa

20 September 2023   10:02 Diperbarui: 22 September 2023   23:34 1867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hukuman sejatinya merupakan konsekuensi atas kesalahan seseorang. Hukuman yang efektif adalah hukuman yang memberikan efek jera sekaligus pelajaran berharga agar orang tidak mengulang kesalahan yang sama.

Namun, hukuman seharusnya dikomunikasikan dulu kepada pihak-pihak terkait. Jika terjadi dalam lingkup sekolah, hukuman juga harus disosialisasikan kepada peserta didik dan orangtua/wali murid, sebagaimana halnya tata tertib sekolah.

Sebenarnya, tidak melulu karena anak-anak zaman sekarang yang lembek, tapi karena zamannya sudah berbeda. Tantangan dan kebutuhannya pun berbeda.

Namun beberapa orang dari generasi tua memang terlalu mengglorifikasi zamannya sehingga tidak mau memahami dan berubah. Hanya karena sesuatu adalah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan secara turun-temurun, belum tentu itu baik dan benar.

Selain itu, apa yang dianggap baik oleh guru, belum tentu baik bagi siswa. Hukuman cukur rambut yang katanya untuk mendisiplinkan siswa malah membuat siswa malu bahkan trauma. Dan hukuman yang diterapkan tanpa consent, apalagi sampai menimbulkan trauma, sama saja dengan kekerasan.

Mendidik siswa untuk disiplin memang tidak gampang, terlebih di tengah perkembangan zaman yang semakin dinamis. Hukuman yang mengandung unsur kekerasan dan kontrol berlebih seharusnya diganti dengan hukuman yang lebih mendidik.

Yang lebih penting lagi, siswa sejak usia dini harus diajarkan (sesuai jenjang usia) untuk memahami konsekuensi atas setiap tindakan mereka.

Dengan demikian, kedisiplinan dan ketaatan pada aturan akan terbentuk karena kesadaran, bukan ketakutan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun