Hukuman sejatinya merupakan konsekuensi atas kesalahan seseorang. Hukuman yang efektif adalah hukuman yang memberikan efek jera sekaligus pelajaran berharga agar orang tidak mengulang kesalahan yang sama.
Namun, hukuman seharusnya dikomunikasikan dulu kepada pihak-pihak terkait. Jika terjadi dalam lingkup sekolah, hukuman juga harus disosialisasikan kepada peserta didik dan orangtua/wali murid, sebagaimana halnya tata tertib sekolah.
Sebenarnya, tidak melulu karena anak-anak zaman sekarang yang lembek, tapi karena zamannya sudah berbeda. Tantangan dan kebutuhannya pun berbeda.
Namun beberapa orang dari generasi tua memang terlalu mengglorifikasi zamannya sehingga tidak mau memahami dan berubah. Hanya karena sesuatu adalah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan secara turun-temurun, belum tentu itu baik dan benar.
Selain itu, apa yang dianggap baik oleh guru, belum tentu baik bagi siswa. Hukuman cukur rambut yang katanya untuk mendisiplinkan siswa malah membuat siswa malu bahkan trauma. Dan hukuman yang diterapkan tanpa consent, apalagi sampai menimbulkan trauma, sama saja dengan kekerasan.
Mendidik siswa untuk disiplin memang tidak gampang, terlebih di tengah perkembangan zaman yang semakin dinamis. Hukuman yang mengandung unsur kekerasan dan kontrol berlebih seharusnya diganti dengan hukuman yang lebih mendidik.
Yang lebih penting lagi, siswa sejak usia dini harus diajarkan (sesuai jenjang usia) untuk memahami konsekuensi atas setiap tindakan mereka.
Dengan demikian, kedisiplinan dan ketaatan pada aturan akan terbentuk karena kesadaran, bukan ketakutan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H